Bab. 3

18 0 0
                                    


__
“Rima, ...”

“Aku nggak tahu apa-apa tentang masa lalumu, Mas. Tapi, kenapa mas Adam tega menyakitiku dengan cara menikahiku seperti ini?”

Luar biasa sakit itu. Seolah laksana tombak yang ditancapkan dalam palung hati perempuan lemah ini.

“Rima, ... maafkan aku!”

Berharap bahagia akan hadir dalam hidupnya  setelah semua kesusahan yang dilalui, tapi sekali lagi Rima harus tahu diri.

Laksana pungguk yang merindukan bulan. Begitulah Rima menggantung harapan dan rasa pada lelaki yang bergelar suaminya.

Buliran air mata itu masih jatuh satu-satu. Mengungkapkan bagaimana rasa sakit yang beberapa hari ini memberi tanda, akan hadir lewat perasaan gusar dan khawatir dalam hati perempuan sabar ini.

Bahkan sebelah tangan Rima masih menggenggam sebuah  sendok yang akan Adam gunakan untuk menyuap makanan kedalam mulutnya.

Ada rasa yang mencubit nurani lelaki ini. Ingin rasanya maju dan mendekap Rima yang sedang meluapkan rasa sakitnya. Namun, Adam menahan diri, sebab bau parfum Violetta tertinggal begitu banyak pada kemeja yang  ia digunakan.

“Rima, ...”

“Makanlah dulu, Mas. Jaga kesehatanmu.”

Kemudian Rima mengambil tisu, me-nge-lap sendok makan itu lalu meletakan di atas piring makan yang sudah ia isi nasi dan lauk pauk untuk suaminya.

“Rima, ...”

“Biarkan piringnya disitu, besok baru aku cuci.”

Kemudian Rima berlalu, membawa sesak yang menyergap dada. Saking sesaknya, perempuan miskin ini harus menekan dadanya berulang kali, berharap sakit itu jangan bertahta terlalu lama.

Adam bisa melihat bagaimana bahu kurus istrinya berguncang dengan hebat. Hati lelaki ini benar-benar tercubit.

Setega apa dia selama ini.

Tega menyakiti perempuan yang mengabdikan dirinya untuk melayaninya hampir dua tahun ini, demi cinta masa lalu yang kembali hadir membawa dirinya yang begitu rapuh dan terkoyak.
“Maafkan aku!”

Terburu Adam berlari mengejar Rima yang akan masuk ke kamar belakang. Kamar yang tak seharusnya Rima tempati.

Didekapnya tubuh istrinya. Begitu erat. Memohon maaf atas luka dan rasa sakit yang diberi.

Namun sebak itu terlanjur menggumpal. Laksana pahat yang mengukir luka pada sebuah hati.

Rima semakin tergugu. Suami yang sedang mendekap dirinya, jelas memancarkan wangi parfum seorang perempuan. Wangi sensual yang disukai para lelaki.

“Maaf, jangan sentuh aku, Mas!”

Terburu Rima menggeliat. Melepaskan diri dari depakan lengan kekar itu. Dekapan yang harusnya hangat. Namun Adam berikan saat luka hati baru saja ia goreskan di hati istrinya.

Rima berhasil meloloskan diri dari dekapan yang begitu ia rindui. Membuat Adam terkejut dan semakin merasa bersalah.

Rima menguatkan dirinya sendiri.

Meninggalkan Adam yang termangu dengan perasaan  berkecamuk di depan pintu kamar yang harusnya ditempati seorang pembantu.
__
Cerita lengkapnya bisa dibaca di FIZZO ya
Judul: RIMA-LUKA DALAM PERNIKAHAN

Rima- LUKA DALAM PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang