Bab. 2

25 0 0
                                    

RIMA_LUKA DALAM PERNIKAHAN (2)
➡️FIZZO
__
“Assalamualaikum.”

Adam masuk ke rumah sudah hampir pukul sepuluh malam. Tak disangka ia dan Violetta menghabiskan waktu hampir dua hari.

Adam menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia teringat bagaimana Violetta menghipnotis dirinya hingga rasanya enggan berpisah. Bahkan untuk saling melepas pelukan pun rasanya begitu berat. Mungkinkah ia sedang dilanda puber kedua. Mengingat usianya yang sudah hampir tiga puluh enam.

Mungkin bukan puber kedua, tapi cinta lama yang terulang kembali. Kini lebih gila dan jauh lebih indah. Meski dosa jelas di depan mata. Namun, rasanya benar-benar memabukkan.

Violetta belajar banyak untuk urusan ranjang. Usia dewasa dan pengalaman berumah tangga dua kali, membuat perempuan itu mampu mengendalikan Adam dan membuat lelaki itu lupa jalan pulang.

Dengan perasaan sedikit heran, Adam melangkah masuk kedalam rumah. Biasanya suara lembut Rima akan terdengar menjawab salamnya. Namun malam ini ia tak mendengar suara merdu perempuan itu.

“Sakitkah dia?”

Adam tiba-tiba khawatir. Bagaimana kalau Rima benar-benar sakit, sementara ponselnya sengaja ia matikan agar istrinya itu tak  bisa menghubunginya.

“Rima!”

Dipanggilnya nama perempuan yang selalu menjawab dengan lembut. Namun tak ada suara. Ia berlari naik ke kamar utama dan membuka pintu. Namun Rima juga tak ada. Bahkan kamar itu terasa kosong.

“Rima!”

Adam gegas kebawah. Ia coba menyalakan ponselnya. Sambil berjalan memeriksa kamar belakang yang sering Rima gunakan untuk shalat. Dan ...

“Ketiduran rupanya.”

Rasa lega dan bersalah menyergap nurani lelaki ini. Kala melihat perempuan yang menjadi istrinya hampir dua tahun ini tertidur masih dengan menggunakan mukena.

Sepintasnya diperhatikannya kamar kecil ini. Terlihat cukup penuh dan barang-barang Rima ada disini.

Apa Rima sudah tahu kalau suaminya sedang berselingkuh? Merajukkah dia? Tapi apa perduli Adam. Baguslah kalau Rima sadar diri bila Adam tak pernah sama sekali menginginkan dirinya.

Rima berhak bahagia dengan lelaki yang mencintainya. Bukan dengan Adam yang raga dan hatinya milik perempuan lain.

Hanya saja, bagaimana bila ibunya datang. Nantilah baru Adam pikirkan. Sudah tak sekamar dengan perempuan ini saja Adam cukup lega. Biarlah Rima menyadari bila perjodohan mereka tak pernah Adam inginkan.

“Rima.” Adam menepuk pelan tangan Rima yang menggenggam tasbih berwarna biru.

“Astagfirullah, Mas. Maaf aku nggak dengar kamu datang!”

Terburu Rima bangun dan mengambil tangan suaminya kemudian meletakkan di keningnya.

Adam tersenyum miris. Begitu santun perempuan ini, tapi mengapa ia begitu tak bisa jatuh cinta padanya. Sesekali Adam berusaha menyentuh Rima kala naluri lelakinya bergejolak. Namun sebisa mungkin ia tahan. Ia tak ingin menyentuh Rima hingga perempuan itu menyerah nanti.

“Kapan kamu kasih cucu ke mama?”

Adam diberondong dengan pertanyaan yang sama setiap kali mamanya datang menengok menantu kesayangannya.

Dan Rima hanya akan tersenyum menunduk, menyembunyikan kesedihannya sebagai istri yang tak pernah disentuh.

Sementara Adam akan menjawab, “Nanti pasti ada waktunya.”

“Jangan terlalu lama, mama ini sudah tua. Ingin juga menggendong anak kamu sebelum mama meninggal.”

“Mama jangan bicara begitu, nanti malah jadi pikiran untuk Rima.”

Rima- LUKA DALAM PERNIKAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang