Almost is never enough

249 14 6
                                    

Ave tersenyum tulus saat mendengar cerita Jelly tentang hubungannya dengan pacarnya, Dara.

Ini Kali kedua Jelly mau berbicara tentang Dara. Mungkin Jelly mengira Ave sudah benar-benar tidak lagi memiliki perasaan untuknya.

Padahal perasaan itu masih tersimpan rapat di hatinya. Dia hanya tidak mau memaksakan keinginnanya. Tidak ingin terjebak dalam cinta sepihak. Ave tentu ingin bahagia meski bukan dengan Jelita.

Bedanya, Kali ini, tanpa Ave sadari, hatinya tidak lagi sesakit dulu ketika mendengar nama Dara disebut oleh Jelita.

Hatinya tidak lagi seperti diremas ketika Jelita dengan senyum cerahnya menceritakan tentang dirinya dan Dara.
Entah karena sudah mulai terbiasa. Atau karena saat ini ada seseorang yang mengalihkan rasa sakit itu.

"Wajib kasih pajak Anniversary ya," ucap Ave menanggapi.

"Bisa diatur. Apasih yang nggak buat adik kecil ini."

Ave mengacungkan kedua ibu jarinya.
Sekali lagi, hatinya tidak lagi merasakan perasaan tercubit ketika Jelly hanya menganggapnya adik.

"Daripada tantrum," lanjut Jelly lalu tergelak.

"Huh," Ave pura-pura merajuk.

Ponsel Ave tiba-tiba bergetar tanda ada pesan masuk.
Ekpresi gadis itu langsung berubah cerah ketika melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Hanya sebuah sticker kucing rebahan lalu diikuti pesan 'gabut'.

Senyum Ave tersungging sangat lebar, wajahnya berbinar, hatinya berdebar-debar, tapi gadis itu tidak menyadarinya.
Jari-jarinya gesit membalas pesan dari orang tadi.

"Eheemm."

Ave mengangkat wajahnya ketika mendengar deheman Jelly. Dia tersenyum kikuk. Beruntung percakapannya dengan orang tadi telah berakhir.

"Chat sama siapa sih sampe senyum-senyum begitu," sindir Jelly dengan muka jengah.

"Hehe maaf," Ave nyengir.

"Kamu lagi deket sama seseorang?" selidik Jelita yang dijawab anggukan pelan oleh Ave.

"Siapa?"

Wajah Ave memerah bersamaan dengan rasa hangat di pipinya yang merambat sampai ke telinga, hanya karena mengingat orang itu.

"Dih gitu aja blushing," ejek Jelly dengan nada Judes khas dirinya.

"Siapa sih orangnya?"

"Rahasia."

"Dih. Kasih tahu nggak siapa orangnya?" paksa Jelly sedikit mengancam dengan melototkan kedua matanya.

"Rahasia kak," jawab Ave dengan suara kalemnya.

Jelita menghembuskan nafas kasar sembari menyandarkan punggungnya di kursi begitu tidak berhasil membujuk Ave.

Ponsel Ave kembali bergetar, namun kali ini sebuah panggilan telepon dari Nancy, cewe tomboy dengan visual tampan khas anak basket.

Dia belum lama kenal dengan Nancy, namun mereka telah membangun hubungan persaudaraan yang baik. Nancy memperlakukannya layaknya seorang adik kecilnya yang selalu dia jaga. Meski tampangnya sangar, Nancy justru sangat lembut. Sikapnya, biacaranya, Ave belum pernah mendengar umpatan apapun yang keluar dari mulut gadis tampan itu.

Dia juga pendengar yang baik, apapun yang Ave ceritakan, ia akan mendengarnya dengan penuh respek dan akan menaggapinya dengan bijak.
Nancy bisa jadi tipe ideal untuk dijadikan kekasih, sayangnya, Ave hanya menganggap Nancy sebagai kakak.

"Halo kak?" Ave menjawab panggilan tadi.

"Lagi dimana, Dek?"

"Lagi di luar nemenin kak Jelly. Kenapa?"

Oneshot Fiksi RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang