Keputusannya untuk berhenti menulis mungkin pilihan tepat juga membingungkan. Katanya akan beristirahat, pikirannya pusing, kacau sampai menganggap dirinya sendiri gila. Buih Eleia mengatakan, bahwa dirinya jatuh cinta kepada tokoh utama pria yang d...
"Terima kasih, kak," bahagianya ketika mendapatkkan tanda tangan Buih dibuku yang baru saja satu jam rilis itu.
"Nama kamu siapa? Aku tulis sekalian di sini," tanya Buih sembari tersenyum.
"Seina, kak," jawabnya sambil tersenyum.
Buih mengembalikan bukunya kepada Seina, melanjutkan buku-buku lain yang sudah mengantri dengan para pemiliknya. Di galeri Vr dirinya mengadakan pertemuan kecil dengan para pembacanya sekaligus pertunjukkan terbarunya yang akan diadakan pukul 18.30 wib nanti. Kolaborasi pertamanya dengan seorang pelukis dan merupakan kekasihnya.
Novelnya sangat berbeda dari sebelumnya, bisa juga dibilang ini adalah buku cerita bergambar. Bisa ditebak bukan jobdesk masing-masing mereka. Ini adalah buku terakhir yang dirilis Buih sebelum hiatusnya. Dirinya memutuskan itu untuk melakukan hal lainnya seperti jalan-jalan atau hal lainnya yang belum pernah dilakukan tanpa ada ingatan untuk membuat cerita yang belum di-posting atau pun yang lupa dieditnya. Juga menghilangkan rasa gelisahnya semenjak ingatan yang bersemayam dalam memorinya itu pasang naik.
Dari arah belakang antrian, Paris menyambut Buih, memberinya bunga dan ucapan selamat. Keduanya tersenyum, saling tatap dan mendapat cuitan dari pengunjung. Buih mengambil bunganya, berterima kasih dan mempersilahkan Paris duduk di sebalahnya. "Kamu kenapa harus telat?"
"Maaf ya, Love tadi aku harus antar Heita ke vet dulu," ujar Paris sembari mengambil tangan Buih, digenggam dan dimasukkan ke dalam sakunya.
"Heita, sakit kasihan," ucap Buih sambil mengerucutkan bibirnya.
Paris menggelengkan kepalanya, takut sekali dirinya mencium bibir Buih tiba-tiba di depan banyak orang. Kemudian, Paris, bukan Vr kembali fokus akan acara ini. "Selamat sore, semuanya terima kasih berkenan hadir di sini untuk merayakan hari pertama perilisan buku dari Buih Eleia yang kali ini akan ada pertunjukkan seninya juga. Bisa kalian lihat dibuku yang kalian pegang, banyak sekali ilustrasinya berbeda dari buku sebelumnya 'kan."
"Buih, juga banyak terima kasih untuk semua yang terlibat termasuk Vr yang memiliki peran penting di sini. Ide ini merupakan dari dirinya yang ingin sekali membuat sebuah buku gambar tetapi katanya Vr gak bisa menulis cerita makanya mengajak Buih kolaborasi. Untuk pertunjukkan seni yang akan digelar nanti juga melibatkan banyak pihak, sekali lagi ini ide dari Vr juga, di sini Buih hanya membuat ceritanya saja, menulis skenario dan bisa kalian baca dalam bentuk buku. Buih sangat excited untuk acara ini karena ini merupakan pertama kalinya, Buih menganggap ini adalah live drama yang benar-benar harus dikerjakan sekali seumur hidup. Kalau film atau series pasti banyak yang bosan ya, ini terobosan baru untuk bisa dinikmati semua orang dan rated-nya juga semua umur untuk pertunjukkannya."
"Dari tadi bicaranya aku yang paling berperan terus padahal Buih Eleia yang paling berperan, kalau tidak ada cerita dari Buih juga gak akan terlaksana. Okay, kita melakukannya bersama-sama dengan sangat baik."
*
Semua orang memasuki teater yang ada di belakang gedung galeri. Terlihat dari balik layar tempat duduknya sudah bertuan. Mata Hello Kitty itu berbinar, jantungnya berdetak anomali, tangannya dingin sedikit gemetar. Buih nervous. Rasanya ingin menangis saja, lalu pulang dan kembali ke depan laptop. Ini pertama kalinya ikut andil langsung dalam acara, biasanya dia menyerahkan semuanya pada para ahli, adaptasi-adaptasi dari novelnya itu biasanya Buih hanya mempercayakan kepada mereka. Kali ini berbeda, ini permintaan Paris. Katanya, 'buatlah terkesan sebelum kamu pergi sejenak. Buat mereka lebih rindu akan sosok Buih Eleia dan saat kamu kembali akan mendapatkan sambutan meriah.'
Paris mengusap kepala Buih halus, Buih mendongak menampilkan wajah tegangnya. Paris tersenyum, lalu menangkup wajahnya itu dengan kedua tangannya. "Acaranya akan berhasil, Love. Kamu nervous, sama aku juga, ini sama-sama pertama kalinya. Charging dulu ya," Paris menenangkan Buih dan membawanya kepelukan.
"Ayo ambil tempat duduk, nanti kita gak dapat tempat," ujar Buih dengan mengurai pelukannya.
"Paris, terima kasih ya."
Paris mengangguk dan menuntun Buih untuk keluar.
Musik pembukaan telah dimulai, Buih benar-benar tegang sampai-sampai tangan Paris dia remat kencang sekali. Paris hanya tersenyum saja, mengusap-usap punggung tangan kekasihnya dan menikmati pertunjukkannya. Voice record-nya terdengar, semua orang berteriak kagum melihat para pemeran yang sedang berakting. Buih, malu mendengar suara sendiri sampai menutup mukanya sendiri. Paris tergelak.
Suasana tiba-tiba berubah saat scene kedua sudah masuk seperlimanya. Mendekati konflik yang membuat semua orang tidak berkedip termasuk Buih, menahan kedipan mata karena takut tertinggal adegan yang paling penting. Paris yang hanya menikmati wajah Buih yang berubah-ubah ekspresi, dirinya merekam setiap detiknya dikepala. Lalu, tiba-tiba Paris mengganggu fokus Buih setelah melihat sekelebat orang yang baru saja masuk dan duduk. "Buih?"
"Apa? Aku sedang fokus jangan diganggu dulu ya," ujar Buih berbisik tanpa menoleh ke arah Paris.
"Sayang? Ayo pulang!"
"Belum selesai acaranya," ucap Buih yang belum mau menoleh ke arah Paris, matanya fokus ke panggung teater.
Paris mengambil langkah lain, mengambil kuncir Buih agar rambutnya tergerai, menata rambutnya dan Buih baru mengambil fokusnya untuk Paris. Wajah Buih kesal sekali sebab diganggunya. Tangan Buih menengadah, isyarat agar karet itu dikembalikan. Namun, Paris memeluknya dan membisikkan kalimat yang membuat Buih terdiam. "Paris, aku takut."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.