Berdandan. Bersiap-siap dipagi hari. Buih seorang morning person yang sudah akan segera berangkat mengisi harinya dengan segala aroma kertas dan jari lentiknya yang menari-nari di atas keyboard laptopnya. Menjadi penulis yang namanya masih berada dipuncak rating chart teratas membuat dirinya semakin senang dan pusing. Berkutat dengan segala hal sebagai dalang dan menghidupkan semua wayangnya dengan perbedaan yang harus diingat para pembacanya.
Satu hal yang berada dipikarannya saat ini. Nama yang terus saja muncul didaftar buku peminjaman buku perpustakaan. Dia siapa dan mengapa Buih selalu kalah cepat untuk meminjam buku yang ingin dibacanya. Nama Buih Eleia selalu berada di bawahnya.
Sampai hapal dengan wajah Buih Eleia yang hampir setiap hari datang. Resepsionis yang masih merapikan tempat kerjanya berbincang-bincang dengan Buih sudah seperti teman yang akrab.
"Mbak hapal pengunjung yang sering ke sini juga gak? Kan sama Buih kenal banget nih, terus kalau sama yang lainnya. Misal Pradipta Paris yang namanya selalu mucul didaftar buku yang akan aku pinjam."
"Maaf mbak, saya kenalnya ya mbak saja. Soalnya yang ngobrol begini tepat waktu perpustakaan buka yang mbak Buih. Kalau dari namanya sih laki-laki ya, kalau ke sini lagi mungkin mbak mau nitip pesan apa? Tapi saya gak yakin karena namanya terakhir muncul tahun lalu."
"Ehm... boleh deh mungkin orangnya memang sedang sibuk dan tidak berada di kota ini 'kan? Lagi pula memangnya buku sebanyak ini sudah dibaca semua? Buku barunya juga banyak 'kan? Pasti dia ke sini lagi mbak."
Buih menulis sebuah surat singkat yang ditujukan untuk Pradipta Paris. Dia menitipkan surat itu kepada mbak Prima petugas resespsionis perpustakaan. Buih mengambil tempatnya, kursi favorit yang tidak akan ada yang mengganggunya sebab posisi tempatnya tidak berhadap-hadapan atau memang dirancang untuk kelompok. Kursi paling akhir yang menghadap langsung ke luar jendela. Membuka buku catatannya dan memulai membaca buku yang baru saja diambilnya. Lagi-lagi nama itu.
"Aku penasaran, dia lagi, dia lagi."
Buih beranjak dari kursi sejenak tidak lagi melanjutkan aktivitasnya. Gadis berambut panjang itu lebih memilih membuka-buka buku dirak hanya untuk membaca daftar peminjam buku dikomputer perpustakaan yang sudah diberikan izin akses sebab Buih merupakan penyumbang buku terbesar di sini. Si penulis yang menyukai keindahan seni menulis dan memiliki buku sendiri.
"Serius hampir sepuluh buku yang aku buka dan namanya muncul terus. Waktunya banyak sekali untuk membaca buku diperpustakaan ini."
Perpustakaan memang tidak selalu sepi walau pun banyak sepinya dibanding kafe seberang atau pusat perbelanjaan. Dari kecil hingga sekarang berumur dua puluh empat tahun Buih tidak pernah berpapasan dengan laki-laki di sini atau sekadar melihatnya duduk. Ada kebanyakan sudah dewasa, umurnya lebih tua dari Buih atau mungkin memang om-om yang suka baca, mengingat dirinya sekarang juga sudah remaja pasti juga mereka akan bertambah usianya atau juga anak kuliahan yang seumuran dengannya tetapi jarang sekali melihatnya karena Buih terlalu fokus pada pekerjaannya dan buku. Atau mungkin, dia ke sini saat Buih tidak datang dan membawa bukunya pulang, membacanya ditempat paling nyaman menurutnya.
"Pasti seperti itu, baiklah aku tidak akan penasaran lagi mari lanjut bekerja."
Membuka platform baca-tulis adalah aktivitas wajibnya setiap hari, jam berapa pun. Melihat-lihat cover bacaan dan membaca tulisan para penulis baru yang sedang memenuhi berandanya. Betterfly yang memberinya banyak uang dari tulisan-tulisannya yang berhasil menarik banyak pembaca dan pembeli bukunya. Pada akhirnya, Buih melamar sebagai editor sekaligus penulis kontrak di sana. Mereka memberikan penawaran terbaik dan itu menyenangkan.
"Ayo semangat naik chartnya my baby born!" Buih baru saja memposting cerita barunya.
She is get new notification. Diantara para readers setianya, subscriber barunya membuatnya lebih penasaran lagi sebab sebelumnya Buih memilih untuk melupakan Pradipta Paris dari pikirannya. Belum genap lima menit dirinya memposting 'I am not that Cinderella type of girl' tetapi pikirannya sudah kembali ke menit lalu. Username-nya praparis, the name Pradipta Paris. Akun tanpa foto profil yang membuat Buih lagi-lagi ingin mengenalnya.
"Apakah dia reviewer?"
Buih membereskan semua peralatannya dan melangkah pergi keluar. Seseorang sudah menunggunya di seberang jalan sana sambil melambaikan tangannya. Menyeberang jalan sedikit berlari dan menghampiri sahabatnya sekaligus managernya. Dibawakan susu strawberry dan berjalan berdampingan
"Kanyara?" Pasti ada hal serius ketika Buih memanggil sahabatnya itu dengan lengkap.
"Ada apa, babe?" ujar Kania dengan menyedot susu dalam kemasan menunggu cerita dari sahabatnya itu.
"Aku mau hiatus setelah cerita ini end."
"Hei, kenapa?"
"Aku sudah gila karena mencintai Rangka! Kamu tahu aku jadi pusing sendiri menulisnya, kemudian kamu tahu aku baru memulai tetapi astaga alur cerita dan konsep untuk ceritaku kali ini membuatku ingin menjadi Irish."
"Kenapa lo gak taruh nama asli lo disitu saja, cerita Rangka dan Buih yang judulnya 'I am not that Cinderella Type of a Girl' Jadi sepasang kekasih dicerita lo sendiri?" Tukas Kania pusing mendengar sahabatnya ini.
"Gaklah, gila! Kalau aku ganti Irish dengan Buih itu sama saja merusak suasana, mereka juga tidak ditakdirkan bersama 'kan? Lagi pula memang aku butuh istirahat."
"Buih Eleia, saya sebaagai manager mau mengingatkan kalau kamu baru dua hari bekerjasama dengan Betterfly untuk cerita baru ini. Kamu juga harus ingat kalau akan ada tiga cerita yang kamu ajukan dalam waktu dua tahun.
"Dalam waktu dua tahun 'kan? Jadi aku bisa istirahat disemester kedua."
"Sebenarnya selain itu, apa yang lo mau Buih?"
"Hehe, aku ingin berpacaran dengan Rangka."
"Selain itu, sayang diluar ceritamu. In your real life?"
"Aku ingin menemukan Rangka Darma di dunia nyata, Kania."
"BUIH!"
Seharusnya, lebih tepatnya adalah ingin mencari Pradipta Paris yang misterius seperti Rangka Darma. Padahal tidak semisterius itu Rangka Darma tetapi ini sebuah keajaiban karena Buih Eleia tertarik dengan manusia di dunia nyata dan itu seorang pria. Sejak memutuskan menulis adalah pekerjaannya, penulis adalah profesinya Buih sangat larut dalam imajinasinya dan Kanyara membatunya agar tidak gila saja. Hasilnya, tetap saja berhasil tetapi juga gagal. Namun, kebahagiaan Buih sudah kembali seperti semula semenjak orang dewasa itu merenggut pelangi sahabatnya itu. Kanyara dan impiannya, menjadi seorang food vloger dan membantu Buih dalam pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuas, Kata dan Kita [TERBIT]
Novela JuvenilKeputusannya untuk berhenti menulis mungkin pilihan tepat juga membingungkan. Katanya akan beristirahat, pikirannya pusing, kacau sampai menganggap dirinya sendiri gila. Buih Eleia mengatakan, bahwa dirinya jatuh cinta kepada tokoh utama pria yang d...