"Vr, aku pulang dulu ya," pamit Buih setelah mendapat pesan dari Kania.
"Hati-hati, besok kalau mau ke sini lagi kasih tau lewat dm ya."
Buih senyum dan mengangguk lalu membuka pintu ruangan staf untuk keluar. Masih banyak yang menikmati lukisan-lukisannya. Mereka terlihat senang dengan pajangan ini. Kaki Buih melangkah pergi dan mengambil cardigan yang disimpannya di dalam tas, memakainya sambil jalan, menutupi noda kopi.
Kania berada tepat di jalan keluar galeri ini. Membawa mobil putih milik fajar yang diambilnya dari bengkel, pulang kemah beberapa hari lalu langsung dimasukkan ketok magic milik temannya, katanya perlu disihir agar bisa berjalan dengan baik lagi. Kania berteriak meminta Buih untuk segera masuk dan menuju tempat barunya.
"Jadi kalian akan tinggal bersama?" Tanya Buih.
"Kenapa? Lo gak rela Fajar gue ambil?"
"Hahaha, gak gitu Kania lagi pula aku lebih senang karena sahabatku dan kakakku adalah sepasang kekasih jadi kalian tidak akan ke mana-mana, berputarnya pasti ke aku lagi 'kan. Hanya saja aku tidak menyangka kalau akan tinggal sendiri lagi, padahal kita sudah tinggal bersama sejak masuk kuliah."
Kania tersenyum mendengarkan tuturan Buih. "Buih ini hanya pindah tempat, bukan lo yang pindah tempat dan mencari apartemen baru, lo gak izinin gue pergi dari tempat lama jadi lain kali lo nginepnya di apartemen lama, sesekali kita pajamas party."
"Iya, aku ingin tinggal di daerah yang dari jendela bisa melihat pegunungan dan ketemunya lumayan jauh di Barat."
"Di sana lebih aman tetapi tetap harus bia jaga diri dan berhati-hati ya."
@itsvart mulai mengikuti anda. Buih tersenyum mendapatkan notikasi yang sudah diduganya. Buih mematikan ponselnya dan menatap jalanan yang sangat cerah hari ini. "Kania, mau jajan dulu gak? Buih, pengen jajanan jalanan yang ada di Bundaran."
"Ayo! Sudah lama gak ke sana juga kita."
Kedunya membeli jajanan sangat banyak dengan porsi kecil untuk dihabiskannya setelah menata banyak barang. Setelahnya, Kania pulang meninggalkan bekas tawa di ruang sepi dan sendirian. Buih, masih memakan jajanannya dengan melihat keluar jendela yang di sana persis seperti yang diharapkannya.
Buih menata makanan dan jus ke dalam paper bag, dia akan mengunjungi tetangga unitnya untuk dijadikan teman dan semoga seperti yang diharapkannya. Dua tas yang dia siapkan karena di lantai ini hanya ada tiga unit bersamaan dengan Buih. Dirinya akan berkunjung setelah membersihkan diri, sudah bau kopi.
"Aku terlihat cantik 'kan? Haha, ini sesuai dan bajunya sangat pas untuk bertamu," kalimat dirinya sendiri untuk meyakinkan diri kalau Buih itu pemberani.
Kakinya yang beralaskan flatshoes melangkah gugup mengunjungi satu per satu pintu unit tetangganya. Buih menyiapkan surat perkenalan dan kalimat ucap perkenalan jika bertemu langsung. Ibu jarinya menekan bel unit di sebelah kirinya, menarik napas dalam dan membuangnya untuk menghilangkan rasa gugup.
"Siapa?" suara dari dalam menjawab belnya.
"Suara ini...
Maaf mengganggu waktunya, saya penghuni baru di unit tengah."
Pintu itu terbuka ketika suara Buih memasuki telinga penghuni 01. Dia laki-laki, tersenyum manis kepada Buih dan mengenakan pakaian tidurnya dijam yang masih sore. Buih tersenyum kemudian menunduk, mengalihkan pandangannya karena tiba-tiba merasakan gugup.
"Buih, ayo masuk dulu!"
"Eh?" Buih kaget sebab orang di depannya sudah mengetahui namanya.
"Buih, kamu lupa suaraku?"
"Aaah, jadi benar aku mengenalmu tadi aku pikir suaranya hanya mirip. Kamu tidak memakai masker, it's that okay?"
Vr menggeleng tidak masalah, "ayo masuk dulu!"
"Sebentar, ini untuk kamu dan satunya aku harus ke tetangga di sana."
"Ayo!" Ucap Vr dan lagi-lagi menggandeng tangannya untuk menuju unit ketiga bersama.
"Vr?"
"Maaf, aku tid... saya tidak permisi dulu," sesal Vr dan melepaskan gandengannya.
"Pakai 'aku' saja dan gak papa, no need to sorry."
Di sini terlihat seperti Vr yang sedang bertamu, Buih di belakangnya. Vr memencet bel dan kemudian meletakkan bingkisannya di depan pintu. "Kita tidak menunggu penghuninya datang menemui kita dulu Vr?"
"Tidak perlu, kasih bingkisannya saja gak perlu kenal juga," ujar Vr yang membuat Buih kesal.
"Mengapa begitu? Tujuanku adalah berkenalan."
"Buih, kenalnya di sini sama aku saja jangan yang lain ya, bahaya."
"Bahaya termasuk kamu?"
Vr mengangguk, "jangan membuat keputusan tinggal di sini dan akhirnya kamu akan menyesal, cukup kenal aku saja ya?"
"Kalau begitu aku akan meninggalkan surat."
Vr lagi-lagi menghentikan Buih. Membawa suratnya untuk dibacanya kemudian merobek bagian yang menurutnya itu tidak perlu. "Vr mengapa kamu melakukan itu?"
"Ada tujuannya dan jujur kamu tidak perlu tahu, cukup dibagian tulisan ini saja jadi tetap dikasih suratnya."
Buih membacanya kemudian setuju, "aku mempercayaimu sebagai orang yang baru aku kenal dan aku percaya kamu orang baik."
"Terima kasih ya.
Jadi ke tempatku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuas, Kata dan Kita [TERBIT]
Roman pour AdolescentsKeputusannya untuk berhenti menulis mungkin pilihan tepat juga membingungkan. Katanya akan beristirahat, pikirannya pusing, kacau sampai menganggap dirinya sendiri gila. Buih Eleia mengatakan, bahwa dirinya jatuh cinta kepada tokoh utama pria yang d...