Tepat jam 7, Zean sudah sampai di depan rumah Ashel. Dia sudah memberi tahu Ashel dirinya sudah di depan rumah. Menunggu beberapa menit barulah Ashel keluar. Zean keluar dari mobil menyambut Ashel dengan senyuman.
"Jadi dimana kita bakal ngerjainnya?" Tanya Zean to the point ke Ashel.
"Tempatnya arah ke kampus, nanti gue tunjukin jalannya." Jawab Ashel.
"Okee. Orang rumah udah tau lo pergi?" Ashel mengangguk sebagai jawaban. Zean memberikan isyarat bahasa tubuh 'ini gue harus izin dulu ke orang rumah lo ngga?'. Ashel sedikit kebingungan tapi akhirnya mengerti dan terkekeh sebentar.
"Mau masuk dulu? Ada Mommy doang."
"Boleh." Jawab Zean sambil mengangguk.
Ashel kembali masuk ke rumah tapi sekarang bersama Zean di belakangnya. Menghampiri Mommy nya yang sedang asik menonton TV bersama adiknya.
"Mom, ada temen Ashel..." Ucapnya lembut.
"Ehh.. Iyaa..."
"Malem Tante... Saya Zean temennya Ashel." Zean menyalami tangan Mommy Ashel.
"Ohiyaaa Zean.. Kalian mau ngerjain tugas ya? Pada ngerjain dimana?"
"Eum iyaa, Tan. Di cafe sambil refresh suasana baru, Tan. Izin Zean bawa Ashelnya sebentar.."
"Oalahh iya iyaa silahkan. Jangan kemaleman ya pulangnya."
"Siap Tan."
"Ashel berangkat dulu ya, Mom."
Mereka pamitan lalu keluar rumah dan memasuki mobil Zean. Pintu mobil untuk Ashel di bukakan oleh Zean lalu di tutup kembali barulah dia masuk ke dalam mobil.
"Lo yakin bisa nyetir? Tangan lo masih di gips itu." Tanya Ashel bersamaan dengan Zean yang menyalakan mesin mobilnya. Zean menoleh sebentar ke arah Ashel.
"Bisa, lo tenang aja." Jawabnya penuh keyakinan.
Selama perjalanan diisi dengan suara musik yang random tersetel dalam mobil untuk mengisi kesunyian. Zean mengendarai mobil dengan tangan kirinya yang lebih banyak bergerak. Ashel sesekali meliriknya memastikan aman-aman saja menyetir dengan satu tangan.
"Btw yang lainnya udah tau tempatnya?" Tanya Ashel.
"Yang lain? Maksudnya?" Keduanya sama-sama keheranan.
"Yaa kita diskusiin sponsor nanti emang anggota yang lain ngga ikutan?" Tanya Ashel setelah memilah pertanyaan yang pas dari otaknya.
"Oh... Engga. Kita berdua dulu aja. Karena gue banyak ketinggalan info juga ngga masuk kuliah dan beberapa agenda rapat kemarin kan. Makannya ngajak lo aja." Ashel berhem ria sambil mengangguk kecil.
Setelah melewati kampus, Ashel mengarahkan jalan menuju cafe yang dia maksud. Ternyata tidak terlalu jauh dan sekarang mereka sudah sampai. Kelihatannya cukup banyak yang berkunjung ke cafe ini terlihat dari kendaraan yang terparkir di areanya.
Mereka berdua masuk dan langsung memesan makanan. Mereka sama-sama memilih lalu menentukan tempat sesuai arahan pegawai disana yang memberitahu mana saja tempat yang kosong. Pilihannya di area indoor. Zean langsung memberikan kartu debitnya sebelum Ashel yang lebih dulu.
"Ze.."
"Hemm?"
"Pinnya Kak." Ucap mas-mas kasirnya. Tidak sempat melanjutkan obrolan mereka langsung ke meja yang di maksud.
Tempatnya cukup enak dan tidak terlalu berisik karena banyak yang mengobrol atau ketawa. Semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing mengobrol pun masih dengan volume yang wajar. Karena ada beberapa cafe yang orang-orangnya pasti ada saja mengganggu kenyamanan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEAN JAYENDRA
HumorAku pernah mencintai seseorang dengan sangat luar biasa, tapi pada akhirnya dipatahkan oleh sikapnya. - Zean Aku tidak sebaik masalalu mu, karena aku ya aku, Ashel. Aku tahu cintamu sudah habis di masalalu mu sisanya kamu hanya melengkapi kehidupan...