⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KEKERASAN SEKSUAL, MENTALHEALTH, SELFHARM, CACIAN DAN KATA-KATA KASAR. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA!
Sudah end, belum direvisi!
Awalnya kehidupan Keisya Amanda hanyalah kehidupan remaja pada umumnya. Ia gadis yang ceria, dan s...
Mungkin part ini agak sedikit nyesek😭 so, siapin hati kalian ya ...
Eh tapi, sebelum baca vote dulu dong, baru kita besti😚
Happy Reading 🐈
* * *
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah hampir membunuh Keisya jika saja Ayunda dan Daniel tidak datang, Damian diseret kesebuah ruangan kosong serba putih. Cowok itu memberontak, tenaganya yang kuat membuat dua orang suruhan Daniel kewalahan mengatasinya. Meskipun membutuhkan waktu yang lama, akhirnya mereka berhasil membuat Damian tak berkutik.
Laki-laki pengidap bipolar itu diikat tangannya dengan tali. Kakinya juga tak bisa bergerak lantaran dipasung oleh alat yang sudah ada sejak ia dinyatakan memiliki gangguan mental berbahaya.
Damian sungguh benci jika dirinya dipasung, hal itu membuatnya tak bisa bergerak bebas. Damian juga benci dengan ruangan ini. Sudah lama Daniel tak memasukkannya dirinya diruang isolasi, tempat biasanya Damian dikurung jika sedang kambuh berat. Ruangan ini dianggap aman, karena tak ada apapun barang yang bisa digunakan Damian untuk menyakiti dirinya sendiri.
Tidak, Damian tidak akan tahan berlama-lama disini. Ia ingin cepat-cepat keluar, dibebaskan seperti selayaknya. Ini hukuman yang paling ia hindari sejak dulu. Rasanya sangat menyakitkan. Dia akan benar-benar gila jika dipasung untuk waktu yang lama.
"LEPASIN GUE SIALAN!"
"GUE GAK MAU LAMA-LAMA DISINI!"
"S-siapapun tolong datang ..." Damian menggerakkan badannya dengan brutal, upaya melepaskan dari cengkraman yang melilit tubuhnya. "Aku nggak mau disini, rasanya sesak. Sakit."
"Bunda ..."
Tangisannya pecah, lelaki itu menyenderkan punggungnya ke dinding, lalu ...
Duk!
Damian menghantamkan kepalanya sendiri kedinding. Kepalanya terasa penuh dengan berbagai kenangan penuh luka yang sialnya selalu terbayang-bayang dan menyakiti jiwanya.
Damian sama sekali tak ingin mengingat itu, bahkan memikirkannya sekalipun. Tapi, peristiwa memilukan itu seolah mengejeknya sehingga selalu datang secara berulang-ulang.
"Pergi, pergi, pergi ..." Damian menghantukkan kepalanya ke dinding sekali lagi.
"Sialan! Keluar dari kepala gue!"
"ARGGHH, LEPASIN GUE!" Erangnya.
"GUE NGGAK SALAH, CEWEK SIALAN ITU YANG MULAI DULUAN!"
"LEPASIN GUE BANGSAT! LEPASIN GUE ..."
Damian kembali tak terkontrol. Emosinya naik turun, juga pemberontakan yang semakin brutal. Namun, pemberontakan itu semakin lama akan semakin reda, tenaga Damian sudah pasti habis terkuras.