Bagian 4

44 9 0
                                    

~ Happy Reading ~

Pagi harinya, Beomgyu sudah bersiap menggunakan hoodie abu - abu. Ia segera keluar dari kamar dan bergabung bersama Wooyoung di dapur untuk membuat segelas susu. Beomgyu menyapa Wooyoung dengan senyuman, sementara laki - laki yang tampaknya baru bangun itu hanya mengangguk pelan.

"Udah siap aja lo, gue aja baru bangun", ujar Wooyoung lalu meminum kopi buatannya sendiri. "Kemarin Kak Yeonjun nyuruh gue bangun pagi, daripada kalian yang nungguin gue, mendingan gue yang nungguin kalian", balas Beomgyu.

Wooyoung tertawa kecil, "Jangan jadi orang yang ngga enakkan, kalo memang ngga bisa ya jangan dipaksa. Kalo gitu gue ke kamar dulu ya, mau cuci muka", Beomgyu hanya mengangguk singkat tanpa membalas apapun. Dirinya termenung memikirkan serangkaian kalimat yang diucapkan oleh teman kakaknya itu.

"Gue cuma ngga mau jadi egois, kalo pada akhirnya gue jadi begini itu diluar kendali gue", batin Beomgyu.

"Halo adekk~ gue liat daritadi lo bengong aja. Awas nanti kesurupan lohh~", suara Changbin membuyarkan lamunan Beomgyu. Beomgyu menatap Changbin tak suka, "Jangan panggil gue 'adek', gue bukan adek lo!", sarkasnya.

"Anjing lah, lo sama ngeselinnya kayak Yeonjun ternyata!", kesal Changbin. Beomgyu mengangkat bahunya acuh, toh bukankah apa yang ia katakan benar? Changbin bukanlah kakaknya dan dirinya memang tidak suka dipanggil dengan sebutan 'adek'. Menurutnya itu sangat menggelikan.

"Lagian kenapa lo panggil gue adek?", tanya Beomgyu. Yang ditanya hanya meliriknya sekilas, "Kan lo lebih muda dari gue, dan gue liat lo masih minum susu tuh. Kayak bocil", celetuk Changbin.

Beomgyu memutar bola matanya malas, "Lah Kak Soobin aja lebih muda dari lo, tapi lo ngga manggil dia adek tuh?. Dan lagi gue bukan bocil, susu bukan cuma buat bocil ya. Ooh, jangan - jangan lo ngga pernah minum susu ya makanya pendek? yahh kasian pendekk~", Beomgyu meninggalkan Changbin sambil menjulurkan lidahnya.

Sementara itu yang diledek hanya bisa meneriakkan kata - kata kasar untuk pemuda bermarga Choi tersebut. "Dasar bocil kematian!", ujarnya penuh permusuhan.

ooo

Soobin menatap mentari yang mulai menunjukkan dirinya, meskipun pantai cukup ramai namun suasana disana begitu hening. Mereka semua menikmati sunrise dengan tenang dan tenggelam pada pikirannya masing - masing.

"Cantik", Soobin melirik adik temannya yang berucap pelan. Beomgyu tersenyum sambil menatap keindahan didepannya, "Gue tebak lo baru pertama kali liat sunrise ya?", Beomgyu menoleh dan mengangguk pelan.

"Gue terlalu banyak ngurung diri, jadi ngga pernah tau gimana indahnya dunia yang selalu gue anggap kejam ini", balasan Beomgyu membuat Soobin terkekeh.

"Dunia itu ngga selalu kejam Gyu, cuma kadang ngga adil aja", ujar Soobin. Beomgyu hanya tertawa kecil, dia tidak mengerti apa yang coba dikatakan oleh teman kakaknya itu. Menurutnya kata - kata Soobin itu sama saja dengan pendapatnya tentang dunia.

"Woyy cepetan bangun, kita mau lari sekarang!", perintah Wooyoung pada Soobin dan Beomgyu. Soobin bangkit terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Beomgyu. Beomgyu meraih tangan Soobin dengan senyuman dan berterima kasih setelahnya.

Mereka berlari hingga pukul 7 pagi dan memilih untuk beristirahat di penginapan. Soobin menjadi orang yang pertama mandi kemudian disusul oleh mereka semua. Mereka hanya mengobrol ringan, menonton tv, dan bermain game. Semua hal dilakukan untuk menghilangkan rasa bosan.

"Laper ngga sih? makan yok", ajak Changbin. Yeonjun menatap Changbin dan mengejeknya. "Lo mah laper tiap menit kali, kalo ngga makan sesuatu sama sekali, stroke kali ya?", ejekan Yeonjun langsung dibalas dengan lemparan sandal milik Beomgyu disebelahnya.

Ѕᥱ⍴ᥙᥴᥙk Ѕᥙrᥲ𝗍 || Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang