Bagian 8

27 5 0
                                    

~ Happy Reading ~

Keesokan harinya, Beomgyu pergi ke sekolah diantar oleh Yeonjun. Sebenarnya itu bukan keinginannya, hanya saja motornya mendadak rusak dan Bunda tak mengijinkannya untuk naik kendaraan umum. Beruntungnya, Yeonjun tidak memiliki kelas hari ini sehingga dapat mengantarkan sang adik ke sekolahnya.

Mobil yang dikendarai oleh Yeonjun itu diliputi oleh suasana canggung yang mencekik. Beomgyu tak ingin berbicara, sedangkan Yeonjun bimbang untuk mengangkat topik pembicaraan. Orang lain takut membuat Beomgyu tidak nyaman, walaupun sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan keadaan sang adik.

Akhirnya Yeonjun memutuskan untuk berbicara, "Gyu, are you okay?", pertanyaan klasik dengan jawaban yang sulit.

Beomgyu melirik kakaknya sekilas lalu mengangguk singkat. "Ntar malem free?", tanya Yeonjun lagi.

"Gue cuma mau ngerjain tugas setelah pulang sekolah", balas Beomgyu acuh.

Yeonjun menghela nafas pelan, ia berusaha untuk memulai pembicaraan dan yang lain selalu mematahkan topik. Berpikir sejenak, Yeonjun memilih untuk mengajak Beomgyu berjalan - jalan. Yeonjun merasa perlu untuk menghilangkan kecanggungan yang sangat menyiksa ini!!.

"Mau ikut ke suatu tempat?", ujar Yeonjun menawarkan.

Hening sejenak.

"Nanti aku pikir - pikir  lagi, tugas lagi banyak banget soalnya. Gue ngga mau lalai", balas Beomgyu.

Yeonjun mengangguk, "Kalo mau, kabarin aja", ujarnya sambil tersenyum hangat. Beomgyu pun ikut memberikan senyum nya.

ooo

Hari ini merupakan hari yang cukup buruk bagi Beomgyu. Mendapatkan kabar bahwa Heeseung pindah adalah alasannya. Sejak kemarin sahabatnya itu bertingkah aneh, namun Beomgyu memilih abai. Sekarang setelah kepergiannya, Beomgyu merasa marah kepada dirinya sendiri karena tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Bagaimana bisa dirinya tidak menyadari isyarat - isyarat yang diberikan Heeseung untuk memberi tahu kepergiannya?.

"Mau ngerokok?", tawaran seseorang membuat Beomgyu terkejut. Seingatnya, tidak ada orang lain di atap gedung sekolah tempatnya berada saat ini. Pintu sudah ia tutup, bagaimana bisa seseorang masuk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun?.

"Orang kayak lo ngerokok juga?", pertanyaan itu sukses membuat laki - laki yang kini duduk disampingnya itu menoleh.

Laki - laki itu tertawa kecil, "Gue memang kadang ngerokok, cuma ngga sering aja. Bahkan bisa dibilang jarang banget, cuma akhir - akhir ini agak berat aja rasanya. Btw, lo ngerokok ternyata. Padahal gue kira lo tipe - tipe anak baik yang ngga akan nyentuh barang semacam ini", perkataannya membuat Beomgyu termagu.

"Taehyun, boleh gue tanya sesuatu?", laki - laki yang tak lain adalah Taehyun itu hanya membalas dengan anggukan sembari menyalakan rokoknya.

"Gue keliatan anak baik banget ya?", pertanyaan Beomgyu membuat Taehyun hampir saja tersedak. Alisnya terangkat, "Kenapa tiba - tiba tanya begitu?", bukannya membalas, Taehyun kembali melayangkan pertanyaan.

Beomgyu menghela nafas, "Ngga apa - apa, gue agak kacau jadi semoga lo ngerti", ujar Beomgyu. Taehyun menatap Beomgyu cukup lama sebelum mengangguk pelan.

"Gue akui, lo emang keliatan anak baik - baik. Gue ngga akan maksa lo cerita apapun, karena dari yang gue liat,  lo juga ngga ngasih tau apa - apa ke Jeongin. Untuk Heeseung, gue ngga tau karena dia udah pindah, tapi kayaknya lo juga ngga bilang apa - apa ke dia?", ujar Taehyun.

Beomgyu tak langsung membalas, ia mengambil rokok dari bungkusnya dan menyalakannya. "Lo ngga pulang? Biasanya selalu sama Kai", ujar Beomgyu mengalihkan pembicaraan.

Taehyun mendengus, "Kai pulang bareng adek perempuannya", balasnya.

Beomgyu menoleh, "Bahiyyih ya? Gue pernah ketemu Kai sama Hiyyih di depan minimarket deket rumah gue", ujarnya. Taehyun menoleh, "Memang rumah lo dimana? Sepengetahuan gue, Kai itu bukan orang yang suka keluar malem - malem", Beomgyu membalasnya dengan jujur.

Mereka terlibat pembicaraan cukup lama hingga waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Setelah menghubungi Yeonjun untuk menjemput, Beomgyu menyemprotkan parfum untuk menghilangkan bau rokok disekitarnya. Sementara itu Taehyun hanya mengamati tanpa berkomentar apapun.

"Lo pake motor sendiri?", tanya Beomgyu pada laki - laki itu. Taehyun mengangguk singkat sebagai balasan, kini keduanya menuruni anak tangga dan berpisah di parkiran.

Tak lama kemudian, mobil milik Yeonjun mulai tampak dari kejauhan dan berhenti tepat di hadapan Beomgyu. Ia segera masuk kedalam dan mobil pun kembali melaju membelah jalanan.

ooo

Heeseung menatap spam chat dari kedua sahabatnya di grup maupun di chat pribadi. Banyak sekali pertanyaan - pertanyaan yang diberikan oleh mereka, namun Heeseung memilih untuk tak membalas. Bukannya tidak ingin, ia hanya mengulur waktu sebelum benar - benar yakin dengan segala alasan yang akan disebutkan nya nanti.

"Heeseung, kamu udah siap?", suara lembut dari wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibunya membuat Heeseung menoleh. Heeseung menarik kopernya dan mengikuti sang Ibu menuju mobil yang mengantarkan mereka ke bandara.

Hari itu, Heeseung pergi ke luar negeri untuk mengikuti Ibunya. Ada hal yang tidak ia katakan kepada sahabatnya, bahwa kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan hak asuh jatuh pada Ibunya. Heeseung dengan patuh mengikuti dan tidak banyak berkomentar apapun. Termasuk tentang perceraian keduanya.

Apakah Heeseung sedih? Jawabannya adalah tidak!. Meskipun orang lain selalu tampil ceria, itu sebenarnya hanyalah sebuah topeng belaka. Namun Heeseung tidak benar - benar merasa sedih, karena ia sudah melihat banyak pertengkaran antara Ibu dan Ayahnya. Menurutnya, lebih baik kedua orang tuanya bercerai agak tidak menyakiti dirinya lebih banyak. Semakin lama mereka bercerai, semakin banyak orang yang terluka karenanya.

Teringat bagaimana Ayahnya meminta maaf karena tidak dapat mempertahankan keluarga ini. Heeseung hanya bisa tersenyum dan mengatakan tidak apa - apa. Perlu diketahui bahwa ayah dan ibunya menikah tanpa dasar cinta alias karena bisnis. Ibunya pun tampak baik - baik saja ketika berhadapan langsung dengan ayahnya. Mereka saling menghormati keputusan yang ada dan menerima dengan lapang dada. Bagaimana pun juga mereka telah berusaha dengan keras, jika akhirnya mereka berpisah, masih ada hal yang patut di apresiasi.

"Menurut Ibu, haruskah aku mengatakan yang sebenarnya kepada Beomgyu dan Jeongin? Aku takut mereka kecewa, tapi aku juga ngga mau mereka khawatir", Heeseung mencoba meminta saran kepada Ibunya.

Ibunya mengelus lembut surai sang anak sambil tersenyum hangat, "Bilang aja yang sebenarnya, ngga perlu menutupi hal - hal ini. Tentu kalo kamu ngga keberatan. Dengarkan Ibu dengan baik, kejujuran adalah kunci utama kepercayaan seseorang. Jadi kalo kamu udah dapat kepercayaan dari orang lain, jangan pernah mencoba untuk bohong atau melakukan hal - hal yang buat orang lain ngga percaya lagi sama kamu. Heeseung, kepercayaan adalah salah satu barang termahal di dunia ini", jelas Ibunya panjang lebar.

Heeseung menunduk, tahu bahwa dirinya telah salah berpikir. Ia awalnya ingin membohongi sahabatnya dengan alasan Ayahnya pindah tugas atau segala macam namun ia mengurungkan niatnya.

Heeseung membuka aplikasi chatnya dan membalas pesan dari kedua sahabatnya. Tatapannya menjadi datar ketika menyadari bahwa pesannya tidak dapat terkirim. Bagaimana bisa dirinya lupa? Ia masih di dalam pesawat!.

TBC.

Haloo ada yang kangen cerita ini ngga? Maaf kalo alurnya makin ngga jelas. Semoga kalian suka ya, jangan lupa tinggalkan jejak. Thank youu~❤️.

Ѕᥱ⍴ᥙᥴᥙk Ѕᥙrᥲ𝗍 || Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang