Bab 3

432 16 3
                                        

"Woy Athar! Sini woy!" Saat baru memasuki kantin, tiba-tiba salah satu temannya memanggilnya dengan heboh.

"Apa? Gue lagi mager!" Saat ingin berbalik badan, gak ada angin, gak ada badai. Secara tiba-tiba datanglah seorang cewek dengan pakaian minimnya dan tidak lupa dengan antek-antek yang selalu senantiasa menemaninya.

"Akhhh! Ya ampun, my switinya Nana kenapa muka kamu penuh keringet gini?! Nanti gantengnya hilang loh!" teriak cewek itu dengan histeris.

"Ihhh ... nenek lampir tiba euy," celutuk Arya dengan tatapan merinding saat melihat tingkah alay Nana.

Mendengar apa ucapan Arya, Nana langsung berlari ke arahnya dan menjewer telinga Arya dengan kuat.

"Woy sakit woy! Lepasin anjir! Athar tolongin gue dari nenek lampir!" teriak Arya sambil memohon-mohon ke arah Athar.

Sedangkan sang empu hanya bisa menatap mereka dengan jengah. Lalu tak sengaja matanya melihat ke arah meja lain yang dimana meja itu diduduki oleh Nayla dan Arkan.

'Cih! Sok romantis.'

Aditya hanya diam dan enggan untuk nimbrung dengan kehebohan yang dibuat oleh sahabatnya.

"Thar!" Athar mengalihkan pandangannya ke arah Aditya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Apa?"

"Gue mau bahas yang kemaren." Mendengar itu raut wajah Athar langsung berubah menjadi dingin. Aditya yang melihat hal itu hanya bisa menghela napas dan menepuk baju sahabatnya dengan pelan.

"Jam berapa?" tanya Athar dengan suara yang seperti menahan emosi.

"Nanti gue kasih tau, sekarang tenangin diri lo dulu! Jangan sampai ada yang curiga." Mendengar itu, Athar langsung menormalkan ekspresinya dan pergi meninggalkan mereka semua.

'Gue tau sehancur apa lo Thar!'

***

"Apa sih kamu!" Nayla tak henti-hentinya tertawa saat mendengar lelucon yang di berikan oleh Arkan.

"Lah, emang ngapa sih Sayang? Kok ngakak gitu," ucapan Arkan dengan suara yang menggoda.

"Dih! Apa sih!" Nayla membuang wajahnya ke samping, seakan malu menatap wajah Arkan.

"Loh kok gak mau liat aku, ciee ... baper nih yeh?"

"Dih, ogah!"

"Emm ... Nay!"

"Iya, kenapa?"

"Kamu cinta kan sama aku?" Nayla menatap wajah Arkan dengan serius, lalu menganggukkan kepalanya tanda dia betul-betul cinta kepada Arkan.

"Kenapa sih ngomong gitu? Ada masalah emangnya?" tanya Nayla dengan tatapan yang dalam.

"Enggak sih, aku cuma takut Nay. Hubungan kita mungkin terbilang baru sebentar yah, tapi aku benar-benar tulus sama kamu! Karna aku tau, dapetin kamu itu sulit banget, tapi satu yang aku takut! Kamu berpaling dari aku."

"Maksud kamu ngomong gitu apa yah? Kamu raguin aku?" tanya Nayla dengan suara dinginya.

"Bukan raguin kamu, Nay! Aku cuma takut kehilangan kamu, gini maksud aku. Kalau kamu misalnya udah bosan sama aku? Atau ada orang lain di hati kamu? Kamu jujur aja, biar aku kecewanya enggak terlalu gedek. Karna kamu tau kan Nay, setulus apa aku?"

Nayla seketika bungkam dengan apa yang dikatakan oleh Arkan, dia memang mencintai laki-laki itu. Bahkan tidak ada yang bisa menggantikannya. Tapi Nayla juga takut jika pernikahannya terbongkar, dan Arkan mengetahui hal itu. Jujur, Nayla belum siap untuk kehilangan Arkan.

"Gak! Aku cuma milik kamu! Itu janji aku."

'Semoga Nay!'

Atharla (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang