Paper Cuts (Potongan Kertas)
Solar x Thorn (Duri)
*Thorn Ver*
Happy Reading~
________________________________
-
-
-
-Namaku Thorn Faelan. Orang orang banyak yang memanggilku dengan sebutan Duri. Aku hanyalah seorang manusia yang kesepian. Dari kecil aku sendirian setelah ditinggal Ayah dan Ibu yang sudah pergi menuju surga. Aku sangat sedih.. aku takut.. tapi bagaimanapun aku harus melanjutkan hidup ini. Hingga pada akhirnya aku bertemu dengannya. Seseorang berparas tampan dengan kacamata visor jingga yang selalu ia pakai mau berteman denganku yang kumuh ini. Yah.. Namanya Solar Andara dan ia adalah temanku satu satunya dari sekolah menengah hingga Perguruan tinggi saat ini.
Sedikit penjelasan, aku bisa bersekolah hingga kuliah karena beasiswa. Kami cukup dekat, sering bermain bersama, jalan jalan bersama, makan siang bersama, bahkan kami sering tidur bersama. Jangan salah artikan kata 'tidur bersama' yah,maksudku itu saling menginap. Solar bukanlah orang sepertiku yang adalah yatim piatu dan miskin. Dia orang yang cukup terpandang dan masih lengkap memiliki orangtua, dan beruntungnya orangtua Solar pun berhati malaikat sepertinya yang mau menerima diriku yang berteman dengan anak mereka. Mereka sangat baik dan sudah ku anggap seperti keluarga sendiri.
Sampai akhirnya perasaan itu muncul. Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya.. setiap ia menatapku dengan senyuman khasnya membuat detak jantungku tidak normal. Semua perhatian dan kepeduliannya terhadapku terkadang membuatku merona. Apakah ini yang dinamakan cinta? Aku senang saat melihat ia tersenyum dan tertawa rasanya seperti ada kupu-kupu yang bertebaran menggelitik didalam perutku. Dan juga dadaku akan merasa sesak jika melihat ia bersedih akan sesuatu. Aku merasa sangat nyaman bersamanya hingga merasa tak butuh orang lain selain dirinya.
Tetapi, aku harus bersadar diri. Ayolah Thorn bagaimana kau bisa mempunyai perasaan pada seseorang yang jauh lebih sempurna dibanding dirimu? Solar adalah orang yang sempurna dan sangat populer di lingkungan kampus jadi tak heran jika banyak yang berbondong bondong mengantri ingin menjadi kekasihnya. Yah.. setidaknya aku beruntung bisa berteman dengannya. Hanya sebagai sahabat, walau aku ingin menginginkan yang lebih tapi aku tahu itu mustahil. Yang kulakukan hanya bisa menyalurkan semua perasaan ini pada sebuah buku diary dimana isi buku itu adalah tentangnya. Tentang bagaimana ia tersenyum, bagaimana ia tertawa, bagaimana ia menangis, bagaimana ia merajuk, semua yang kulihat kutuliskan dalam buku itu. Yah setidaknya ini lebih baik daripada memendam perasaan dalam diam walau tidak ada bedanya sih.
Hingga hari itu datang.
Dimana ia dengan tatapan tajam menahan emosi sambil memegang buku diary ku."Apa ini Duri?" Ucapnya dengan penuh penekanan. Aku hanya diam dan menunduk tak tahu mau berkata apa.
"JELASKAN INI THORN FAELAN!" Ia membentakku sambil membanting buku itu.
"Maaf.." lirihku pelan.
"Maaf? Maaf kau bilang!? Sejak kapan ini terjadi Duri?" Tanyanya masih dengan nada datar.
"C-cukup lama."
Aku hanya menunduk tak berani menatapnya. Bisa ku dengar ia menghela nafas kasar.
"Menjijikkan."
'Deg'
Seakan ada palu yang menghantam dadaku. Hanya sebuah kata dengan 11 huruf dapat membuatku mematung. Rasa sakit ini tak hanya di dada tapi menyalur ke seluruh tubuh hingga aku merasa lemas namun ku kuatkan dengan memejamkan mata.
'Tes'
Airmataku entah mengapa menjadi aliran sungai yang terus mengalir tak ingin berhenti.
"Cukup Duri." Solar berucap lagi.
"Lebih baik kau lupakan saja perasaan anehmu mulai sekarang, karena percuma aku tidak akan membalas perasaan mu.. Tidak akan pernah."
Ya Solar. Aku tahu.. aku sangat tahu kau tidak akan bisa menerimanya. Tetapi..
"Tidak." Ucapku sambil menegakkan wajah menatap wajah datarnya.
"Aku tak masalah jika kau tak membalasnya tapi jangan larang aku untuk melupakannya. Sungguh.. aku sangat mencintaimu Solar.."
"TAPI KENAPA DURI!? KENAPA HARUS AKU HAH!? APA KARENA HANYA AKU YANG SELALU BERSAMAMU!? Kurasa tidak Duri. Kau hanya merasa bergantung padaku. Kau hanya merasa nyaman bersamaku." Ucapnya namun ku jawab dengan gelengan.
"Tidak Solar.. aku bukan merasa bergantung tapi aku memang sangat mencintaimu."
"Dan kau memendamnya dalam buku ini hah?"
Ia membungkuk mengambil buku diaryku.
'Srek'
Satu halaman ia sobek membuatku membulatkan mata.
"Solar apa yang kau lakukan!? Kembalikan padaku!"
Aku berusaha merebut buku itu namun kekuatanku tak sebanding dengannya.
'Sreek'
'Sreek'
'Sreek'
Aku menangis.. Aku tak bisa melawan saat Solar menyobek habis lembar buku itu.
"Hiks.. kumohon Solar.. kembalikan buku itu padaku.."
Tangisku pecah sudah saat ia melemparkan robekan robekan kertas itu ke wajahku bagai bulu yang berterbangan. Semuanya... semua ada didalam buku itu. Semua kenangan yang selalu ku jaga bertahun tahun hancur sudah menjadi serpihan kertas.
"Ini sebagai awal dari dirimu Thorn." ia bahkan sudah tak memanggilku 'Duri' lagi.
Solar berucap namun tak ku hiraukan. Aku lebih memilih menunduk menatap miris semua serpihan kertas itu.
"Aku harap kau bisa melupakan semua kenangan lalu dan membuka lembaran baru tanpa ada perasaan itu padaku. Aku harap kau mengerti Thorn."
Tangannya terulur mencoba mengusak rambutku namun aku tepis dengan kasar.
"Kau bisa mengatakan aku menjjikkan Solar, kau bisa marah padaku, kau bisa juga menjauhiku, tapi satu hal yang pasti... aku mencintaimu."
"Baiklah.. aku akan menjauhimu agar membuatmu sadar kalau semua ini salah!"
Ia berjalan keluar kamarku dengan membanting pintu dengan kasar meninggalkan aku yang masih terisak sambil berjongkok mengutip semua serpihan kertas yang berserakan. Semua serpihan aku kumpulkan tanpa ada satupun yang tersisa, kuremat semua serpihan itu menjadi sebuah gumpalan dan mendekapnya didada.
"Hiks.. kalian akan selalu bersamaku.. aku tak akan melepaskanmu.."
-
-Malam yang dingin disertai hujan deras petir dan kilat. Disinilah aku duduk diatas ranjang masih dengan gumpalan kertas yang selalu ku pegang agar utuh.
'DUAAR!'
Suara gemuruh itu membuatku terkejut. Aku takut.. sungguh aku takut. Biasanya disaat seperti ini akan ada Solar yang mendekapku, mengelus punggungku dengan halus, dan membisikan sebuah kalimat yang membuatku menjadi tenang. Tapi tidak sekarang. Sekarang aku sendiri. Duduk meringkuk dan bergetar sambil terisak.
Didalam hati aku berpikir. Apakah benar jika aku semenjijikkan itu dihadapannya? Apakah aku salah jika mencintainya? Apakah aku tidak boleh berharap mendapatkan cintanya? Bahkan apakah aku tidak boleh jika hanya memendam perasaanku padanya? Mengapa? Mengapa semua ini terjadi padaku?
Aku menatap gumpalan kertas ditanganku yang gemetar.
Buat Solar bahagia Duri.
Berikan senyum dan tawa padanya. Yeah.. akan ku lakukan dengan menjauh darinya.Aku akan pergi.. ketempat dimana ia tak akan bisa menemuiku lagi. Ini demi dirinya agar ia bisa tersenyum cerah lagi, jujur saja aku agak takut dengan wajah datarnya tadi. Yah.. aku akan membuat senyum itu kembali, semoga saja aku bisa melihat itu dari jauh.
Aku akan menurutimu Solar... menjauh darimu dan tak akan kembali.. selamat tinggal...
To Be Continue~~
Chap selanjutnya versi Solar yaaa
Ditunggu hehehe..
Don't forget to vote and comment
Thanks for Reading 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita [ELEMENTAL SHIP]
FanfictionHanya berisi penggalan kisah mereka(oneshoot). Bisa kisah happy sad apapun yang ada dipikiran author. WARN! SHIP YAOI! YANG GA SUKA MINGGIR! Halilintar x Taufan Gempa x Fang Ice x Blaze Solar x Thorn saya hanya meminjam karakter, pemilik asli hanya...