*****
Masih dengan rasa kesal Jeremy lanjut mengetik kata di laptop miliknya. Membaca lagi buku pedoman kampus bekal skripsi yang di buat. Dan mengabaikan tingkah laku Jenan (abang kedua) yang sengaja menyulut emosi dengan mengatai tidak kompeten.
Meski Jeremy tau itu hanya lelucon agar dirinya semakin bersemangat bergelut dengan revisi, tapi kenyataan moodnya ikut hilang dan berakhir jadi mengetik sembarangan.
"Ji pulang.. " Sapaan atau kalimat Jifaldi sebagai abang tertua terdengar saat pintu di buka.
"Selamat pulang, Abang." Sahut Jeremy yang masih duduk di depan meja ruang tamu beralas tikar bulu.
"Tumben jawabnya gitu?" Sulung Ji ini emang terbiasa sama tingkah absurd dua adeknya, tapi kadang bingung juga.
"Jajan gue mana, bang?"
Harusnya Jifaldi tau sambutan itu cuma modus belaka.
"Lagi otw,"
"Hah? Kok otw?"
"Iya, online tadi belinya." Nggak sepenuhnya salah jawabannya. Karena Junata bilang beli cakenya online. Jifaldi cuma menyampaikan apa yang dia tahu.
"Jadi beli apa?" Adeknya bertanya lagi.
"Tadi mintanya apa?"
"Cake?"
"Kok kayak nggak yakin?"
"Itu asbun sih bang, soalnya gue lagi ngobrol sama Jenan."
"Terus nggak mau cake?"
"Manis tapi bang, nanti batuk."
"Nggak bakalan. Paling cuma diabetes."
"Anjir bang, mulut lo kalo ngomong suka jelek."
"Soalnya kurirnya juga manis, haha."
Jeremy masih diam. Saat ingin menyahut lagi terdengar suara ketukan pintu. Bukan keluarga mereka karena baik Ayah atau Bunda sudah di rumah sejak tadi.
"Siapa bang?" Tanya Jeremy.
"Jajan lo kayaknya." Jawab Jifaldi lalu bergegas meninggalkan Jeremy di ruang tamu seorang diri.
"Lah anjir, nggak sekalian di ambilin." Decak Jeremy sambil bangkit bermaksud menerima delivery online (kata abangnya) itu.
Namun saat pintu di buka malah menemukan Junata berdiri dengan paperbag di tangannya.
©fromjekecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
young age ; jeongkyu.
Fanfictiontentang junata, jeremy dan kisah mereka. berisi narasi dari au jeongkyu / kyujeongwoo di X(twitter). @fromjekecil.