Best I Ever Had

21 1 0
                                    


*Percakapan Chat Group*

 Nabila : "Pokoknya kita tunggu lo sekarang ya, Ta."
Riri : "Sumpah gue musuhin lo 7 turunan kalo kali ini gak dateng lagi. Ini birthday party gue, Ta."

*Letta is typing..

Icha : "Jangan banyak alesan, Letta. Lo dimanaaa??"

Letta belum sempat menjawab chat group sahabat SMA nya. Karena sedang menyetir, ia membaca sekilas chat group itu ketika mobil berhenti di perhentian lampu lalu lintas. Sebenarnya Letta sedang menyetir tanpa arah tujuan. Hanya ingin melepas penat di hari liburnya.

Letta sudah lama tidak bertemu sahabat SMA nya. Jiwa introvert nya makin menjadi. Sejak hampir dua minggu menghindari Nares. Tapi Nares tidak pernah lelah berusaha menghubunginya, mencari kabarnya ke mama dan teman kantor Letta, masih mengirimkan makan siang hampir setiap hari. Berkali-kali juga Nares berusaha menemui Letta. Tapi Letta selalu menolak dan menghindar. Karena kejadian di cafe malam itu berakhir membuat Letta kecewa dan pergi meninggalkan Nares dengan penuh derai air mata. Ia tak menyangka jawaban Nares sungguh sangat mengecewakan. Nares mengakui bahwa ia seakan masih harus bertanggung jawab menjaga Viola. 

Tapi kemudia ia teringat kemarin sore di kantor, Manda tiba-tiba berseru seraya menunjukkan feed sosial media miliknya, "Ta, Viola udah punya cowok di Jakarta."

Sasya dan Jihan refleks menoleh, langsung mengerubungi Manda.

"Yakin ini cowoknya?" Letta gak percaya.

"Ini baca caption nya 'Thanks for always be there, my love.' Terus pose pelukan gini pake megang bunga segala," jawab Manda yakin.

"Eh, cowoknya ganteng ya, pilot pula. Sorry, salah fokus. Maksud gue, ini fix pasti cowoknya, Ta," ujar Sasya sembari meneliti foto itu.

Jihan memukul pelan lengan Sasya. "Kebiasaan lu mah, gak bisa aja lihat cowok ganteng dikit. Padahal cowok lu sendiri aja udah ganteng banget, Sasya. Kalo lu udah bosen, gue siap nampung Ethan, deh. Capek gue jomblo mulu."

"Enak aja, lu! Ethan sih always be my number one. Ya tapi kan gue wajar dong, doyan liat cowok ganteng. Tuh si Gerry nganggur," Sasya menunjuk teman pria sesama customer service yang feminine.

Gerry menoleh, lalu bergidik melihat Jihan.

"Astaga lu pikir gue setan, Ger? Geblek bener emang punya temen. Serah lo deh, Sya!" Jihan putus asa.

Manda dan Letta sontak tertawa mendengarnya.

"Nah kan, akhirnya Arletta bisa jadi sering ketawa lagi gara-gara gue," seru Jihan bangga.

"Iye, sering-sering deh lo lawak. Lumayan hiburan gratis," ejek Sasya.

*BIM! BIM!

Bunyi klakson mobil menyadarkan Letta. Ia terkesiap karena melamun dan tak sadar lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Buru-buru ia menginjak gas dan menjalankan mobilnya lagi.

Ringtone ponsel nya seketika berdering. Icha meneleponnya. Letta memencet speaker phone.

"Lo dimana, Lettaa??" Tanya Icha sudah tak sabaran.

"Jalan Riau."

"Nah kan deket banget, buruan ke Dago sekarang, ya!"

Letta pun akhirnya menurutinya. Susah payah ia berusaha menutupi perasaannya yang masih tak karuan. Ia melangkah perlahan.

Ia pun sampai di cafe outdoor yang cukup luas. Ternyata banyak sekali teman Letta berkumpul.

Are You Really The One?Where stories live. Discover now