CYLM 5

17 8 2
                                    

Aca terbangun dari tidurnya karena mendengar dering alarm dari handphone nya, "Eugh jam berapa ini."

Dia mengerjapkan matanya berkali-kali dan dia baru sadar kalau sekarang dia bukan dirumahnya melainkan dirumah Bu Gina, dia langsung bangun dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08.23.

"Sialan gue kenapa bisa bangun sesiang ini,"

Aca bingung harus bagaimana, dia ingin keluar dari kamarnya tetapi malu dan takutnya nanti dia berhadapan langsung dengan Pak Risky. Aca berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar dan akhirnya dengan kekuatan dan niat yang penuh dia memberanikan diri untuk keluar dari kamar itu.

"Sudah bangun putri?" ucapan seseorang membuat Aca kaget dan langsung menoleh padanya. Ternyata seorang pelayan dengan wajah yang super duper judes.

Aca tebak pasti pelayan ini tak suka padanya, "Iya sudah buktinya saya sudah berdiri disini, sa-saya mau pulang tolong ucapkan terimakasih pada Bu Gina karena sudah mau memberi saya tumpangan semalam." Tutur Aca mencoba sopan karena tau yang di depannya ini lebih tua darinya. Dari yang dilihat sepertinya usianya 30 tahunan.

Pelayan itu hanya menatap sinis Aca dan menganggukkan kepalanya. Aca pun yang ditatap seperti itu akhirnya ikut merasa kesal dan akhirnya berjalan menjauh keluar dan pulang kerumahnya.

"Adek." Panggil Mamahnya saat melihat Aca yang masuk ke dalam rumah.

Aca tersenyum manis dan mendekati Mamahnya, "Mamah udah makan?" tanya Aca sembari mengelus pundak Mamahnya pelan.

"Udah, kamu sendiri udah? Kenapa semalem tiba-tiba nginep dirumah Cica Dek?" Deg! Aca membeku mendengar pertanyaan itu dari Mamahnya.

"Eum itu mah Adek anu tiba-tiba ada tugas dari kampus hehe." Jawab Aca asal. Sari hanya menganggukkan kepala percaya.

"Kalau gitu Adek mau mandi dulu Mah bau keringet ini."

"Iyaa udah nanti makan ya itu Mamah masak sayur lodeh sama goreng perkedel kentang." Suruh Mamahnya sedangkan Aca hanya menganggukkan kepalanya.

Aca lari ke kamarnya dan langsung mengunci kamarnya, "Hah~ untung Mamah percaya."

"Kakak apa kabar ya? Aku sama Mamah harus kesana kan? Jam berapa ya?"

10 menit Aca berkutat di kamar mandi akhirnya selesai juga, "Gue hari ini ngampus aja dulu nanti pulang kampus langsung ke kantor polisi." Ucap Aca bermonolog.

"Mah Adek ke kampus dulu, nanti kalau udah pulang kita ke Kakak ya mah." Pamit Aca.

"Iyaa sayang, jam berapa kamu pulang?"

"Jam 11 an kayaknya."

"Iyaa udah hati-hati dijalan yaa."

"Iyaa mah."

Aca mengendarai motor Kakaknya yang entah Aca tidak tau sejak kapan sudah terparkir di depan rumahnya. Dia membuka gerbangnya dengan susah payah dan siapa sangka ternyata sejak tadi ada yang memperhatikannya.

"Mau berangkat ke kampus?" tanya Ibu-ibu yang ternyata Bu Gina.

Aca terbelalak kaget melihat kedatangan Bu Gina kerumahnya, mau apa beliau? Pikirnya.

"Iya, Ibu mau apa kesini?" ketus Aca yang tak senang akan kedatangan Gina.

Gina hanya tersenyum dan masuk tanpa dipersilahkan oleh Aca, "Ibu kamu ada dirumah?"

"Ada, bukankah kemarin saya sudah bilang jangan ganggu Mamah saya." marah Aca yang mendapat gelengan dari Gina.

"Saya bukan mau mengganggu, saya mau ngobrol sesuatu dengan Ibu kamu."

"Saya gak sudi Ibu ngobrol sama Ibu saya, sebelum rasa hormat saya hilang Ibu silakan keluar." usir Aca dengan ketusnya.

Sari yang mendengarkan keributan dari luar rumah pun akhirnya keluar dan menghampiri anaknya di teras.

"Ada apa ini sayang?" tanya Sari sambil merangkul anaknya yang terlihat marah.

"Wah perkenalkan saya Gina, sepertinya Ibu sudah tau saya siapa kan?" Raut muka Sari langsung berubah datar.

"Ada apa anda kesini?" tanya Sari dingin.

"Saya ingin mengobrol empat mata saja." Pinta Gina yang hanya diangguki oleh Sari.

"Sayang kamu berangkat ke kampus yaa takut nanti telat." Suruh Sari sambil mengelus kepala Aca lembut.

"Gak mau Adek mau nemenin Mamah."

"Adek nurut sama Mamah, ayo berangkat."

"Iya udah Adek berangkat dulu, saya gak bakal diem aja kalau Mamah saya kenapa-kenapa." sinis Aca dan langsung berangkat meninggalkan Sari dan Gina berdua.

"Mari silakan masuk ke dalam." Ucap Sari mempersilahkan.

Mereka berdua pun masuk dan duduk saling berhadapan.

"Anak itu Aca dari pertama kali saya lihat saya sangat suka dengan cara bicaranya dan caranya menatap orang yang lebih tua darinya, itulah kenapa saya ingin sekali dia menikah dengan putra saya Bu." Ucap Gina tiba-tiba, Sari hanya diam menyimak.

"Kedatangan saya kesini bukan untuk meributkan hal itu, saya tau benar cara saya untuk meminta Aca menikah salah tapi saya sendiri juga bingung harus bagaimana lagi mencari calon untuk anak saya." Jelas Gina dengan nada sedih.

"Anak Ibu disabilitas?" tanya Sari yang membuat Gina tersenyum.

"Tidak, anak saya sehat walafiat. Anak saya memiliki trauma semasa dia masih berpacaran dan sekarang dia tidak ingin menikah bahkan untuk sekedar berpacaran saja dia tidak mau saya takut dia menyimpang dan salah jalan Bu."

"Tapi kenapa harus anak saya Bu? Apakah tidak ada yang lain? Ibu lihat saja sendiri anak saya sangat tidak sopan bahkan dia sangat kasar dan urakan." kata Sari mencoba mempengaruhi Gina agar berubah pikiran.

"Saya tau anak Ibu sebenarnya anak yang baik dan sangat sopan, saya bisa merasakannya dari caranya berbicara." bantah Gina.

Sari menghela nafas sabar, memang susah jika sudah berbicara dengan sepuh seperti ini.

"Apakah tidak bisa saya bayar saja dengan uang Bu? Anak saya masih terlalu muda untuk menikah bahkan dia tidak bisa mengurus rumah untuk sekedar beberes dan bebenah saja dia tidak bisa apalagi memasak dia juga tidak bisa bagaimana dia bisa membangun rumah tangga dan mengurus suaminya nanti?"

"Tidak masalah, saya mencari istri untuk putra saya bukan mencari baby sitter."

Skakmat! Sari terdiam seribu bahasa dengan ucapan Gina itu, Sari akui Ibu-ibu yang di depannya ini sebenarnya baik sangat baik namun memang benar apa yang dikatakannya tadi caranya meminta salah.

"Untuk masalah itu gampang Bu, saya memiliki beberapa pelayan di rumah dan Aca tidak usah repot-repot harus mengurus putra saya dan memasakannya nanti, dia hanya perlu mencintai putra saya, mengandung cucu saya dan melahirkannya serta mengurus putranya."

"Nah justru itu Bu, anak saya pasti tidak bisa mengurus putra dan putrinya nanti, maka dari itu ibu harus mencari yang lain yang kira-kira bisa mengurusnya dengan baik dan saya akan membayar perihal Aca menabrak mobil Ibu dengan uang." kekeuh Sari yang tetap mencoba mempengaruhi Gina dengan keburukan anaknya agar Gina tidak menjodohkan anaknya dengan tua bangka itu.

"Kalau begitu nanti bisa sewa baby sitter untuk cucu saya nanti." Sari buntu tidak tau harus menyangkal apalagi.

"Kalau sudah begini saya tidak tau harus bagaimana lagi Bu, saya serahkan semuanya kepada anak saya." Pasrah Sari, dia sudah tidak bisa lagi melindungi anaknya.

"Anak Ibu sudah setuju dengan perjodohan ini." Sari tertegun dengan pernyataan Gina, benarkah itu? Benarkah anaknya setuju?

"Baik sepertinya cukup sampai sini pertemuan saya hari ini, terimakasih atas sambutan hangatnya."

"Mari saya pulang dulu." Pamit Gina dan Sari hanya menganggukkan kepala sopan.

Setelah kepergian Gina Sari hanya bisa diam termenung, semudah itu kah kekuasaan merenggut semuanya? Semudah itu kah kekuasaan membuatnya terdiam dan buntu?

Sari menangis atas kebodohannya yang tidak bisa menahan dan melindungi anaknya dari perjodohan ini, "Maafin Mamah nak Mamah gak bisa bantu." gumam Sari.

Can You Love Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang