Bab 2

170 21 1
                                    

Begitulah, akhirnya Bachira dan (Name) di hukum membersihkan kolam ikan. Sebenarnya kolam ikan di sini ada 8, jadi bakal butuh waktu lebih buat ngebersihin nya.

Karena hukuman, Anri sudah memberikan izin agar mereka tidak mengikuti pelajaran sampai mereka selesai.

"Bingung, padahal sekolah swasta, tapi kolam ikan kayak pernah di bersihin selama 5 abad.."

Bachira melihat kolam ikan di area lapangan olahraga. Terdapat sekitar 10-15 ikan koi yang berenang di sana.

"Gue juga heran sih, tapi lebih heran lagi.."

"Kenapa sekolah kita banyak kolam ikan ya? Padahal kebanyakan yang sekolah di sini kan karena berminat pada sepak bola, tapi kolam ikannya ada banyak anjir."

Dua manusia itu sama-sama heran, lalu (Name) mengambil jaring jaring untuk menangkap ikan di dalam kolam.

"Meguru, lu ambil semua ikan di dalam kolam, habis itu taruh di baskom ini." Ujar (Name) sambil mengambil baskom berukuran besar.

"Sip, laksanakan!" Bachira membuat gerakan hormat pada (Name).

"Dih, cepetan sana! Gak usah ngenyek-ngenyek!"

(Ngenyek-ngenyek : lebay, alay, banyak drama)

Setelah beberapa saat Bachira sudah selesai melakukan tugas yang di berikan oleh (Name).

"(Name)!! Meguru udah selesai!!"

Bachira memeluk (Name) dari belakang, sedangkan (Name) ia hampir mendorong Bachira ke kolam karena terkejut.

"Alah bangsat! Gue kaget cok!!"

"Hehehe.. Maaf (Name), btw (Name) lagi ngapain?" Tanya Bachira.

"Oh, lagi ngeliatin air kolam yang keluar. Susah banget ngelepasinnya, udah lengket, banyak sampah pulak."

Bachira ikut melihat air kolam yang keluar, setelah kolam sudah kosong. Saatnya mereka mengeksekusi.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

''WEH ANJIR, JANGAN DISIRAM KESINI CHIRENG BUSUK!!''

''AKU GAK BUSUK!!''

''CUMA CANDAAN!!''

Begitulah percakapan dua orang absurd ini, tidak ada batasan apapun untuk bercanda.

Setelah membersihkan sekitar 4 kolam ikan, (Name) terduduk lemas sambil menatap langit yang sudah berubah warna menjadi oranye. benar, ini sudah jam pulang.

''Duh.. Males banget mau bersihin semua.. Mau pulaaanggg.."

(Name) mengeluh, matanya langsung tertuju pada seragam yang tengah dirinya gunakan. Terdapat bekas di seragamnya karena tidak ia bersihkan setelah terkena tumpahan.

"Uhh.. Sama, Meguru juga mau pulang~"

Setelah cukup beristirahat, datang Anri sambil membawa dia botol berisi air putih, ini adalah hadiah karena mau bertanggungjawab.

"Bachira, Kenjiro, terimakasih banyak! Ini hadiah untuk kalian!"

Wanita itu meletakkan dua botol air di samping mereka berdua,

"Kalian boleh pulang, nah.. Jadikan ini pelajaran yah! Bachira, kamu gak boleh keterlaluan sama orang lain, harus sering hati-hati!"

"Kenjiro, kamu juga harus belajar bersabar ya, ibu paham kok mungkin kamu kesel. Tapi kita harus menerima sesuatu dengan lapang dada!"

Kedua murid itu menggangguk, tanda mereka paham dengan penjelasan Anri.

"Baiklah, pulang ya, jangan keluyuran sampai malam!"

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Angin menerpa pelan rambut (Name), sedangkan dirinya sendiri hanya mengamati langit sambil melamun.

Telinganya terus mendengar hitungan angka dari mulut Bachira, dia melakukan juggling sambil berjalan. Tantangan dari (Name).

Jika pemuda itu berhasil melakukan juggling sampai pulang, (Name) akan memberikan sesuatu kepadanya sebagai tanda terimakasih.

Bachira setuju dan melakukan tantangan tersebut.

"Chireng, cita-cita lu mau jadi apa?" Tanya (Name) dengan nada lembut.

Bachira tidak langsung menjawab, dia sempat terdiam, lalu menjawab—

"Mau jadi atlet sepak bola terhebat! (Name) sendiri mau jadi apa!"

"... Mau jadi awan."

"Hah?"

"Aghh.. Udah ah, lupain aja!"

(Name) kembali menutup mulutnya, karena perbincangan tadi pemuda dengan rambut bob itu menghitung dari awal.

Singkat cerita, mereka telah sampai di kediaman Kenjiro. (Name) mengambil sesuatu dari tasnya lalu menyimpan di tangan.

"Thank you udah nganter, hati-hati dijalan."

"Hehe.. Iyaaa, oh iya, omong-omong hadiahnya—"

"Tau, nih, buat lu."

(Name) memberikan permen lolipop pada Bachira, sedangkan yang dikasih tersenyum semeringah.

"Wihh permen! Makasih banyak (Name)!"

Sang gadis hanya menggangguk, tetapi.. Masih ada satu hadiah untuk Bachira.

"Cir, cir, sini dulu."

Langkah kakinya berhenti, Bachira segera menoleh menatap (Name).

"Kenapa—"

Cup! (Name) mencium kening Bachira dengan lembut,

"Hadiah terakhir, udah, pulang sono! Lu bau anjir."

Tubuh Bachira didorong keluar oleh (Name), sedangkan dirinya buru-buru masuk ke dalam rumah.

"E-eh? Tadi (Name) cium Meguru?.."

Wajah Meguru memerah.

(TBC)

MUWAHAHAHAH, AKHIRNYA AUTHOR BISA UPTADE SETELAH KEHILANGAN IDE UNTUK NGETIK.

BLUE LOCK-!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang