"Apa Mama lo perduliin lo?" Ucap Larva bertanya dengan emosi tertahan. "-Apa Mama lo anggap lo ada?"
"Sadar! Jangan bego! Lo cuman dijadiin bayang-bayang sama nyokap lo! Sampe kapan lo gini? Dari kecil Gra, Dari kecil! Berapa tahun lo harapin kasih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Ilustrasion)
Larva dan juga para sahabatnya berkumpul di warung yang letaknya di dekat Rumah Damian. Warung ini sudah menjadi pangkalan mereka untuk dijadikan basecamp. Dan Banyak sekali remaja-remaja seusianya yang juga sekedar nongkrong.
Setelah pulang sekolah dan istirahat sebentar mereka memutuskan untuk berkumpul di warung ini, niatnya ingin refresing sebentar dari lelahnya belajar selama beberapa hari belakangan ini.
"Gara gak bakal kesini?" tanya Damian membuka obrolan.
Raska yang tengah bernyanyi sambil bermain gitar itu langsung terhenti. Dia sedikit mencondongkan badannya. "katanya mau ngadain makan malem sama rekan bokap nya. Terus nih, gue denger-denger sekalian mau ngenalin anaknya yang cewek."
Larva yang sedang minum langsung muncrat mengenai wajah Raska. Raska memejamkan matanya menahan emosi. "maksud lo dijodohin?!"
"Hujan lokal lo muncrat bego! Bisa santai aja kagak ngomongnya?"
Larva cengengesan di tempat. "Ya maap."
"Lo serius? Emang Gara mau?" Kata Damian lagi.
Raska langsung menepuk tangannya. "Itu dia masalahnya, gak yakin gue. Kayaknya sekarang tu bocah lagi misuh-misuh dalam hati,"
"Mukanya yang datar sedatar keramik itu pasti makin datar, fix yakin gua!" Sorak Larva heboh.
Gara yang mereka kenal memang pendiam dan dingin orangnya. Tapi tidak sedingin itu juga, sebenarnya. Gara bersikap dingin hanya kepada orang-orang yang tidak dekat dengannya. Dan satu hal yang membuat kaget adalah yang dibicarakan Raska tadi, Agaknya orang tua Gara ingin menjodohkan Gara.
Ntah setuju atau tidak. Yang pasti mereka tahu bahwa Gara pasti tidak bisa setuju. Karena hati cowok itu benar-benar susah untuk dicairkan.
"Terus ini Agrain mana? Biasanya suka bareng lo, Va."
Iya juga. Sejak pulang sekolah tadi Larva tidak menemui nya, mereka berpisah di parkiran.
"Mungkin belajar? Gue juga nggak tau sebenarnya."
"Lu sepupu sendiri masa gak tau? Rumah lo bersebrangan juga, yeuh!" Cetus Raska geleng-geleng kepala.
"Lo pikir gue bapaknya?! Gelut hayuk!" Larva mengambil ancang-ancang untuk meninju.
"Udah! Lo berdua ribut mulu. Jangan kekanakan, lo berdua bukan anak tk lagi."
"Maap," balas mereka berdua.
"Kita balik aja, udah malem. Inget besok sekolah awas bolos gue Pletekin tangan lo berdua!"
"Iya Pak ketos! Muhun! Udah ah cabut."
"Kemana lo?"
"Mau nyaleg gue mah," balas Larva ngasal. "-ya pulang lah anjir! Anda ini ya,"
******
Di tempat lain. Agrain mengerjapkan matanya yang terasa berat, setelah melihat jelas Agrain langsung bangun. Ternyata masih di tempat yang sama. Tapi tunggu....
Agrain membelalak kaget melihat seseorang tergeletak lemah di bawah rerumputan dengan darah yang membanjiri tubuhnya. Bukan hanya itu itu, Agrain juga terkejut melihat tangannya yang memegang pisau, dan dia langsung melemparkan nya.
Agrain mundur perlahan, dan menggeleng tidak percaya.
"Ng-nggak! Zan... REZAN! BUKA MATA LO!" Agrain menepuk-nepuk pelan pipi Rezan yang terasa... Dingin?
Pikirannya kacau berkecamuk. Agrain berteriak namun tidak ada seorang pun yang mendengar. Mengingat tempat ini begitu sepi.
"SIAPUN TOLONG!"
Sial! Sekarang dia harus apa. Tapi, Agrain mengambil HP nya berusaha untuk menghubungi teman-temannya.
"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi coba beber-"
"SIALAN!" Teriak Agrain keras. Tidak ada satu orang pun yang dapat dia hubungi.
"Gak usah ngelantur! Waktu kita gak banyak!" Sentak Agrain.
Rezan tersenyum tipis. "Orang tulus di zaman ini emang masih ada?"
*****
"GIMANA KEADAAN PUTRA SAYA?! DIMANA DIA!"
Teriak seorang wanita yang berlari tergesa dari arah lorong Rumah sakit. Agrain yang semula duduk langsung berdiri mendengar teriakan sekaligus sentakan itu.
"tenang! Rezan pasti baik-baik aja. Rezan anak yang kuat." Ucap pria disampingnya.
"Tenang? Gimana bisa aku tenang!" Sentak Wanita yang bertama Vela itu.
Tatapan tajam itu langsung teralih kearah Agrain. "KAMU? KAMU YANG UDAH BUAT PUTRA SAYA GINI! KAMU PEMBUNUH!"
"MA!" Tegur Dafin-yang merupakan suami Vela. "Jangan asal nuduh seperti itu! Bahkan kita belum menemukan bukti dan saksi yang kuat!"
Orang-orang yang berlalu lalang sempat berhenti menyaksikan keributan itu. Mereka pasti beranggapan jika yang dibicarakan Vela adalah benar. Karena Agrain juga terlihat bersimpah darah membuat kecurigaan mereka besar.
"Polisi sudah menyidiki di TKP! Dan mereka menemukan sidik jari, Dan aku yakin kalau sidik jari itu milik dia," tunjuk Vela.
Agrain bahkan tidak membela dirinya karena percuma. Semua kata yang akan dia ucapkan nanti pasti akan di anggap palsu, karena tidak ada sanksi disana.
"Kalau terjadi apa-apa dengan Rezan, Saya tidak akan pernah memaafkan Anda, ingat itu."
******* Tbc
Wah udah mau masuk konflik nih tapi ini masih awal konflik inget. Belum termasuk konflik berat.
Btw kalau ada yang bingung kenapa nama pelakunya tiba-tiba aku ubah di chapter 14 itu aku udah ganti yaa