Welcome to SHP: 02.44
Tinggalkan bacaan ini jika melalaikan dari beribadah karena sejatinya tujuan manusia diciptakan adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Azza Wajalla.
اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ•
•
•Sekolah menengah kejuruan merebak dengan stigma mengerikan. Pembuat onar, tukang bolos, sering telat, terkenal dengan tidak mematuhi asas-asas pancasila, bahkan anak-anak yang memilih untuk mengambil jenjang kejuruan justru dianggap tidak memiliki masa depan.
Masyarakat acapkali melabeli sekolah kejuruan yang dulu dikenal-- kata Ami sebagai STM dengan kualitas pendidikan akademis nya yang rendah. Mereka belum tahu saja sekolahku. Kami harus dijemur tiap jam enam lebih empat puluh lima untuk apel setiap harinya-- pagi dan sore. Rambut cepak seolah menjadi simbol kepala siswa-siswa di sekolah kami. Ciput dan pet seharusnya tidak pernah lepas dari kepala siwi sehingga penampilan kami tetap rapih alih-alih seperti cara pakai kerudung masha di serial beruang. Sabuk putih setiap senin dan selasa wajib kami kenakan bersama seragam korp kebanggaan.
Melanggar? Habislah kamu!
Telat? Matilah kamu!
Tidak disiplin? Aku yakin kamu pasti jadi fosil yang menghuni sekolah ini.
Itu hiperbola, sungguh. Namun, kepatuhan terhadap kedisiplinan menjadi langkah besar lembaga sekolah dalam menerapkan pancasila di setiap hari-hari kami selama mengenyam bangku pendidikan.
Kesiswaan seringkali gembar-gembor soal pendidikan karakter untuk dijunjung tinggi. Sekolah paham betul arti sila ke dua dalam pancasila. Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur dan beradab, begitu kata kepala sekolah ku suatu hari.
Sekolahku bukan termasuk jajaran sekolah favorit satu provinsi, tapi masuk ke dalam sekolah menengah kejuruan program keunggulan sehingga sudah banyak dikenal oleh masyarakat betapa susahnya administrasi dan persyaratan masuk ke sekolah kejuruan itu. Pernah sekali dua kali aku ditanya oleh orang-orang yang baru kukenal atau sekedar bertemu di angkutan umum seperti sekolah di sana ya dek? Keren sekali.
Yap, aku tahu kalau aku keren.
Kakiku melangkah ringan saat angkot menurunkanku di simpang jalan. Dari sini, aku harus jalan kaki lima ratus meter. Lumayan untuk berolahraga di pagi buta. Jam masih menunjukkan pukul enam lebih lima. Dari sekian banyaknya manusia, ada yang meninggal tadi malam tapi aku tidak. Ada yang tidak bisa bangun pagi ini, tapi aku masih bisa berjalan normal, maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan?
Aku hampir saja mengumpat-- kalau tidak ingat dengan pesan Ami soal larangan berkata kasar dan kotor. Hujan mengguyur salah satu kabupaten di Jawa Barat tadi malam. Genangan air diatas aspal beriak ketika aku menginjak sambil berlari.
Guk.. Guk...
Dari sekian banyak nya makhluk yang Allah ciptakan, kenapa bukan gorila yang mengejarku sekarang?
Guk... Gukk...
Kaki panjangnya terlihat berat saat menapaki tanah basah, mengikuti kakiku yang kian kencang berlari. Dadanya lebar dengan hidung nya mancung membuatku justru teringat pada teman Viona yang cewek itu deskripsikan dua minggu ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAWA: Singularitas Hitam Putih
Teen FictionAllah itu romantis ya. Dari segala alur kisah yang ada, Dia menulis skenario hidupku dengan tanpa di duga. Diluar kemampuan berpikiran sebagai manusia. Allah itu sayang banget sama hambanya. Dari semua dosa yang kulakukan, aku tetap diberikan kese...