6

112 19 2
                                    

Dini hari ini Shaw kembali dari kandang kuda istana usai menyantap darah segar lezat hewan di istana, pastinya kini ia menghancurkan bangkai hewan tersebut dengan kekuatan yang dimiliki menjadi butiran abu gosong sehingga tak akan ada yang curiga.

Ia mengelap sisi bibirnya, memastikan tak ada jejak darah di sana saat memasuki istana. Namun, langkahnya mendadak terhenti saat melihat Altaric, perdana menteri, dan penasihat istana berjalan mengendap-endap menuju satu arah.

Sebab penasaran, ia mengikuti mereka dari kejauhan. Ikut mengendap-endap agar mereka tak menyadari sedang diikuti. Gelagat tiga pengurus istana itu sungguh mencurigakan dengan memakai jubah hitam yang hampir menutupi seluruh tubuh, lagipula untuk apa memakai pakaian seperti itu di istana sendiri.

Langkah mereka mengantar sampai pada halaman belakang dekat dengan tembok besar yang membatasi antara istana dan hutan belantara. Shaw memilih bersembunyi pada balik pot bunga besar di sisi halaman.

Dilihatnya sang penasihat istana menggeser bangku dan membaca mantra, lalu sinar merah keluar dari telapak tangan dan sekejap membuka papan kayu yang berada di bawah bangku tadi.

Shaw mengernyit heran, ada sesuatu di bawah papan kayu itu. Tapi apa? Ia melihat ketiga orang itu masuk ke dalam sana dan papan tertutup kembali dengan rapat. Tak mau melewatkan hal ini sendirian, ia bergegas menghampiri Jay dan Jack ke kamar mereka untuk ikut melihat satu lagi kejanggalan yang ditemukan di istana Altaric ini.

Beberapa menit terlewat, namun papan itu tak kunjung dibuka. Shaw, Jay, dan Jack masih mengawasi papan dan sekitar untuk memastikan tak ada prajurit yang akan datang.

Setelahnya baru terdengar suara kayu yang berdecit, papan kayu itu terbuka lalu tiga pengurus istana keluar dengan tawa mereka yang menggelegar riang sembari berjalan kembali memasuki istana.

"Apa yang mereka sembunyikan di sana?" Jay bergumam.

"Bisakah kamu memeriksanya, Jack?" tanya Shaw.

"Iya. Beri aku wadah dengan air, aku akan memeriksa apa yang ada di dalam sana."

Jay dan Shaw bergegas mencari wadah lalu mengisinya dengan air sebelum kembali untuk menyerahkannya pada Jack. Masih di tempat yang sama, mereka duduk melingkari wadah tersebut. Jack mulai menutup mata dan menyatukan tangan di depan dada sembari membaca mantra, lalu tangannya diarahkan di atas wadah air itu.

Nihil, air itu tetap berwujud air dan tak berubah menampakkan keadaan di sebuah tempat. Jack kembali merapalkan mantra, mengulangi hal serupa tetapi air itu tetap tak mau berubah.

"Ada apa? Kenapa airnya tidak berubah?" Shaw bertanya.

"Sepertinya tempat di bawah papan itu sudah dilindungi dengan sebuah mantra, kekuatanku tidak berfungsi untuk melihat keadaan di dalam sana."

"Lalu bagaimana kita tau apa yang ada di dalam sana?!" tanya Shaw menuntut.

"Tidak ada cara lain selain kita sendiri yang memeriksanya," pungkas Jay dan mendapat pandangan heran dari dua pemuda yang bersamanya.

"Kamu gila?!" sungut Shaw. "Bagaimana kalau ketauan?"

"Kita tidak punya pilihan lagi, Shaw. Hari bulan purnama semakin dekat dan kita masih belum menemukan di mana mereka mengurung bangsa kita." Jay menjeda kalimatnya. "Kita harus mengambil resiko, demi tujuan kita menghancurkan vampir-vampir jahat itu."

"Jay benar, kita harus mendekati papan itu," tambah Jack.

Shaw menurut, meski ada keraguan di hatinya tetapi benar adanya jika mereka tak punya pilihan lagi selain mengambil resiko atas kesempatan yang ada di hadapan mereka.

Sacrifice | Jangkku ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang