Altaric, penasihat istana, dan Wendy bersama-sama berdiri di depan pintu istana. Di depan sana ada sebuah mobil sedan kuno yang dikemudikan oleh supir membawa seseorang berjas hitam dengan tudungnya yang menutupi kepala.
Altaric dan penasihat istana tersenyum kala orang itu turun dari mobil dan mulai menaiki tangga.
Di balik tiang tepat di samping halaman istana, Jay, Jack, dan Shaw berdiri memerhatikan mereka dari kejauhan untuk mendapatkan informasi lebih mengenai hal-hal yang disembunyikan istana ini.
"Selamat datang kembali, Perdana Menteri." Altaric bergerak maju lalu memeluk pria yang disebut perdana menteri itu.
"Jadi itu perdana menteri istana ini," kata Shaw.
"Itu dia." Jay berucap tegas. "Orang itu adalah yang telah menculik ayah dan ibu."
"Kamu yakin?" Jack bertanya.
"Lihat saja bekas besatan benda tajam di pipinya. Paman bilang, ayah sempat melawan dan melukainya dengan pisau sebelum dibawa oleh sekumpulan vampir jahat." Jay menjelaskan sembari matanya memicing ke arah perdana menteri. "Kita sudah menemukan satu di antara mereka vampir-vampir jahat, kita masih harus mencari sisanya."
"Kamu bilang perdana menteri, penasihat istana, dan raja bekerja sama dalam konstitusi, bukan?" tanya Jay pada Shaw.
"Iya. Putri cerita padaku, mereka bertiga sangat dekat."
"Kalai begitu kita harus waspada dan mengawasi gerak-gerik ketiganya, bisa jadi mereka memang dalang dibalik penculikan bangsa kita."
Shaw dan Jack mengangguk mengerti. Perlahan tapi pasti mereka mulai menemukan petunjuk, semoga hal itu bisa mengantarkan mereka pada tujuan yang telah ditetapkan bersama. Semoga mereka bisa menemukan keberadaan bangsa vampir mereka yang telah diculik bertahun-tahun dan menghancurkan kuasa vampir-vampir jahat itu.
"Apa kabar, Putri?" Perdana menteri bertanya pada Wendy.
"Baik, Perdana Menteri. Sebaiknya kau istirahat saja, pasti lelah dengan perjalanan panjang."
"Saya baik-baik saja. Ada hal yang harus segera saya bicarakan dengan raja dan penasihat istana."
"Baiklah, kalau begitu mari ke aula." Altaric mengusulkan. "Wendy, bersiap-siaplah untuk kelas akademikmu."
"Baik, Ayah."
Setelah Wendy beranjak, ketiga pengurus istana itu tersenyum melihat pada sesama, sebuah senyum aneh yang bahkan tak bisa Jay, Jack, dan Shaw artikan. Mereka bertiga lalu masuk ke dalam istana menuju aula yang disebutkan Altaric tadi.
"Ayo ke kamarku, kita dengarkan apa yang mereka bicarakan," usul Jack.
Tak butuh waktu lama, mereka bertiga pun segera masuk ke istana melalui pintu samping. Sebab kamar Jack berada di sebelah selatan istana, itu cukup membutuhkan waktu dan tenaga untuk sampai sebab letaknya yang jauh dari bangunan utama istana.
Sampai di kamar Jack, Shaw mengunci pintu kamar rapat-rapat dan berlari menuju dua kembar yang duduk mengitari sebuah wadah berisikan air. Shaw duduk di sebelah Jack dan melihat pemuda itu menutup mata, menyatukan tangan di depan dada sembari bibirnya komat-kamit membaca sesuatu.
Selesai itu, Jack mengarahkan kedua tangannya di atas air yang semula bening dan tenang berubah menampakkan keadaan di dalam aula istana di mana Altaric, perdana menteri, dan penasihat istana berdiri.
Jack lantas fokus mendengarkan apa yang dibicarakan ketiga pengurus istana itu, sementara Shaw dan Jay hanya memerhatikan peristiwa yang ditunjukkan air bening itu lantaran yang dapat mendengarkan hanya Jack seorang.
![](https://img.wattpad.com/cover/361942750-288-k859568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice | Jangkku ✓
FantasyKehidupan bagai tak berpihak pada anak manusia yang murni itu, hidup normal yang diidamkan hanya sebuah angan belaka. Suatu perkara membuatnya dijatuhi kutukan mengerikan dan mengantar jauh dari tabiatnya sebagai manusia, berperilaku abnormal dengan...