Keenam belas ‐ Pertarungan

197 10 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya, yaa!Kemarin, aku coba nulis yang berbau 18+ tapi sepertinya kurang diminati sama readers /sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komennya, yaa!
Kemarin, aku coba nulis yang berbau 18+ tapi sepertinya kurang diminati sama readers
/sedih.

FOLLOW KEDUA IG GARA!!
@eljurin
@wpalgara

16. Pertarungan.

Ya Allah, bantu aku, batin Reka.

Keringat bercucuran mulai dari kepala hingga membasahi rambut tebal miliknya. Ia tetap ketakutan meski dirinya diberi izin oleh kelima kakaknya. Masalahnya, yang ia hadapi saat ini adalah Juan. Ia merutuki dirinya sendiri karena masuk ke ruangan kakaknya tanpa memikirkan resiko yang akan ia hadapi.

"Adek?" Juan sudah memanggil si bungsu sebanyak tiga kali dan ini adalah yang keempat kalinya, tetapi sama sekali tak dijawab oleh sang adik.

"Astaga ... Adek! Kamu ngapain berdiri di pintu terus?" tanya Juan. Dia sudah tak mampu menahan rasa kesalnya pada si bungsu.

Reka pun mengangguk dan berjalan menggontaikan langkahnya untuk mendekati kakaknya. Setelah itu, ia tatap kakaknya secara perlahan dan mulai mengangkat suaranya. "Maaf, Kak, tadi Adek kelamaan mainnya."

"Adek gak ada sama sekali niat untuk pulang malam, Kak," lanjut Reka dengan perasaan takut.

Reka takut Juan. Caci maki dari kakak pertamanya yang kerap kali ia dapatkan di masa lalu masih membekas dan akan selalu membekas, meskipun itu sudah berangsur-angsur lamanya.

Juan terdiam sesaat, lalu ia menatap sang adik setelah ia paham apa yang terjadi sebenarnya. Pria itupun beranjak bangun dari kursi kerjanya dan menghampiri Reka.

Reka spontan terkejut begitu tubuhnya dibawa ke dalam pelukan Juan.

Tangan yang mengusap punggung serta surai lembut, ia berkata, "Kakak paham kamu masih takut, Dek tapi mohon, jangan terus-terusan seperti itu sama Kakak. Ketakutan kamu benar-benar nyiksa batin Kakak dan buat Kakak dalam perasaan bersalah, Dek."

Reka pun mengangguk dan beralih menatap wajah sang kakak. Ia tatap kakaknya dengan begitu dalam, hingga membuat Juan terpaku pada wajah imut adiknya itu yang sehabis menangis.

"Apa?" tanya Juan.

"Kakak gak marah, kan?"

"Marah karena?"

"Ih! Segala pake nanya lagi, sih!" kesal Reka. Ia memukul pelan lengan kekar milik kakaknya itu.

"Serius, nih!" Reka marah pada kakaknya dan berjalan menuju sofa. Ia duduk di sana, menunjukkan wajah kesalnya, serta mata yang sinis.

THE GOOD AND CUTE BOY | Kim Sunoo/김선우Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang