04. Semobil

3 1 1
                                    

Terdengar suara jarum jam berdetak. seorang perempuan sibuk menganyunkan kakinya dengan bibir yang ditekuk, sepertinya sudah bosan menunggu seseorang yang tengah asik berdiskusi  hingga lupa waktu. perempuan itu berdecak saat melihat seorang pria yang berada dihadapannya yang hanya menundukan kepalanya. seperti ada yang memerhatikan, pria itu menengok orang yang sedang menatap dirinya. mengalihkan pandangan dari orang didepannya, perempuan itu berpura-pura berbicara dengan orang sebelahnya.

"bun, ayok. Aku harus kekampus soalnya ada acara sama pengarahan buat KKN." bisik Luna kepada maya namun bisikan luna terdengar orang mariam. perempuan yang duduk di sebelah pria itu.

"bang, kamu nanti ada jadwal ceramah di kampusnya Luna kan?" tanya Mariam kepada pria yang berada disebelahnya kebetulan memiliki jadwal undangan di kampus Luna. pria itu adalah Abizar.

"Iya umi." jawab Abizar sembari menganggukkan kepalanya.

"Luna nanti bareng Abizar saja." ungkapan mariam membuat luna reflek menatap kearah mariam.

maya yang medengar itu tersenyum ke arah luna. "iya dek, nanti bareng sama Abizar aja ya?" 

Luna malihat abizar yang hanya terdiam dengan kepala yang menunduk. sedikit berdecik pelan dan ada perasaan tidak suka jika bundanya seperti ini. "ya bun." luna tidak bisa menolaknya ada perasaan yang berdosa jika ia menolak nantinya.

maya dan luna pun akhirnya pulang kerumah. Sesampainya dirumah, Luna langsung merebahkan dirinya dan membuang nafas kesalnya itu. Berangkat bersamanya? siapa dia? Abizar?. Dia saja tidak tau siapa abizar, bagaimana bisa bundanya menyuruhnya untuk berangkat bersama dengannya.

Luna melamun. Menatap langit-langit dengan tubuh yang merebahkan di kasurnya hingga akhirnya memejamkan matanya. Mungkin karena kesal dengan bundanya luna merasa sangat mengantuk. Baru saja memejamkan matanya terdengar suara ketukan pintu. 

Tok...tok...

"dek, bangun. Kamu jadi kekampus ga? Sudah ada Abizar dibawah." ujar maya dibalik pintu

Luna yang mendengar nama itu langsung terbangun dari tidurnya. Bisa gila dia sekarang, apa kata teman-temannya nanti kalau dia bersama seorang ustadz yang jelas temannya tau bahwa ini bukan tipenya Luna.

"dek, udah bangun belum?" tanya maya sekali lagi memastikan apakah putrinya sudah bangun atau belum.

"iya bun, udah. Sebentar." Saut luna dari dalam. Luna menarik nafas panjang sembari melihat kearah jam dinding. 

Maya pun turun kebawah. Abizar yang melihat maya hanya turun sendiri, dia bernafas lega.  Sekarang abizar sedang meredakan detakkan jantungnya yang berdetak cepat tak karuan, pasalnya ia harus berangkat bersama wanita yang ia kagumi sejak dulu. 

"tunggu sebentar ya, nak Abizar."

"ya tante. jangan terlalu terburu-buru." jawab abizar yang tersenyum tipis.

"maklum anak gadis."

Abizar hanya tersenyum memperlihat gigi putih dan rapihnya itu.

Luna sudah siap. ia tidak memakai make up namun memakai lipbab untuk melembabkan bibirnya sengaja luna tidak berdandan ini hanya acara kajian dan pengarahan untuk KKN saja. Dari arah tangga, luna mematung sesaat melihat Abizar yang tengah duduk di sofa ruang tamu. 

Luna memandangi Abizar dari tangga, hati bergumam tentang diri Abizar yang memakai baju koko berwarna putih dan memakai sarung berwarna hitam disertai corak batik. "ganteng, berkulit kuning langsat, tinggi, menawan, pakai baju koko putih ditambah sarung berwarna hitam. Ganteng banget gila?" gumam Luna yang memandangi abizar di tangga.

Maya yang melihat anaknya yang sedang melamun ditangga. Maya tau kalau anak gadisnya itu terpesona oleh sosok pria yang tengah duduk di sofa. "dek, ngapain ngelamun disitu. Udah ditungguin juga!" ujar maya mengehentikan lamunan Luna. 

"ah, iya bun." luna langsung menuju ke ruang tamu. 

Abizar melihat ke arah luna yang lagi-lagi hatinya bergumam menganggumi sok-sok Luna. Rasanya sangat gugup saat berhadapan dengan wanita idamannya itu.

"pamit bun, assalamualaikum." Mencium punggung tangan Maya.

"wa'alaikumsalam. Hati-hati ya kalian."

"assalamualaikum, tante." ujar abizar yang menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"waalaikumsalam, nak abizar."

Abizar pun menyalakan mesin mobilnya.  Luna memilih duduk di kursi tengah, baru pertama kali ia diantar seorang lelaki yang tidak ia kenal ini juga hanya sebuah kebetulan. Tapi, suara bantin dirinya tidak bisa berbohong, bahwa ia kagum pada pesona serta sikap Abizar yang begitu manis didepan bundanya tadi.

Selama diperjalan, hanya ada suara murottal yang di setel abizar. Abizar fokus menyetir sedangkan Luna sibuk memainkan ponselnya. Sebenarnya luna ingin sekali bertanya-tanya, tapi ia merasa malu dan gugup kalau ngomong sama laki-laki.

"mau bicara apa?"tanya Abizar tiba-tiba.

"ha? Ga kok." Kaget Luna, bagaimana dia tau kalau dirinya ini ingin sekali bertanya.

"nanti Abizar tungguin atau tidak?" matanya melihat cermin yang berada di tengah.

"ga usah, nanti situ langsung pulang aja." 

Abizar tidak menjawab dan fokus kembali menyetir. Suasana menjadi hening yang hanya terdengar suara murottal.

Sebelum sampai di depan kampus, Luna meminta abizar untuk diturun kan di depan cafe yang tidak jauh dari kampusnya. Ia tau kalau Abizar akan disambut oleh para  dosen serta rektor fakultasnya. Mau taruh dimana mukanya kalau semua orang melihat seorang pendakwah datang bersama wanita abal-abalan seperti dia.

 Luna yang baru sampai di kampus langsung menuju kearah masjid untuk mengikuti kajian rutin. terlihat didalam masjid sudah di penuhi oleh ustadz, rektor, dekan, dosen, dan mahasiswa dan mahasiswi. Luna mencari keberadaan teman-temannya, benar saja pasti mereka lebih memilih duduk di barisan paling belakang. 

Semua mata tertuju kepada pria yang tengah berbicang dengan dekan kampusnya. Dari kejauhan terlihat Abizar yang tengah berbincang dengan dekan kampusnya. Acara kajian dimulai, mata Luna fokus melihat Abizar dengan gagahnya dan begitu menawan yang sedang berdakwah didepan banyak orang.

Banyak wanita yang tertarik dengan Abizar. Luna bersikap biasa saja tapi sesekali mencuri pandang untuk menatap Abizar yang sedang menyampaikan dakwah dan beberapa pesan.

"kenapa dia tersenyum melihat ustadz itu?" gumam seseorang saat melihat Luna yang sedang tersenyum melihat ustadz muda yang sedang ceramah. 

.

.

.

terimakasih sudah membaca :')

bantu dukung cerita ini dengan cara vote, follow akun ini dan juga komen(spam juga boleh).

Mohon maaf jika terdapat typo di tulisannya. jangan lupa kalau ini hanya fiksi ya teman-teman.

Cinta Bersama mu || ANLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang