"Bersenanglah kalian para perusak bumi Agnipura, pada masa mendatang tidak hanya Tanah Lor yang direbut kembali tapi Istana Danapati akan takluk pada Agnipura. Saya bersumpah!"
-Ki Anom-
...
"Tapi kau tau Indra, saya dan Ki Anom memimpikan hal yang sama," ucapan Nararya mengembalikan fokus Indrasena.
"Pedang Wijaya membelah kursi singgasana Raja Danapati."
-Maharaja Nararya Respati-
...
Sosok tangan kecil yang menggenggam tangan kirinya membuat Indrasena tersadar, diantara kemelut bara api lintang kemukus dan deru langkah manusia dibelakangnya, sosok kecil itu memberinya tatapan menuntut.
"Bukankah Anda terlalu banyak berfikir?"
Indra mengernyitkan dahi, apa maksud dari ucapan anak itu. Berakhir dengan menjajarkan tinggi badan, Indrasena meletakkan dua tangannya di bahu anak yang lebih muda.
"Saya tidak tahu apa kamu sama seperti mereka yang lenyap dalam sekejap, tapi jika berkenan ayo lari mencari tempat berlindung"ucap Indrasena berusaha menjelaskan.Namun, anak kecil itu menggeleng.
"Apa Anda akan terus bersembunyi?" pertanyaan sederhana yang terucap dari mulut kecilnya menyeruak batin Indra, bagaimana bisa ia merasa disepelekan hanya dari ucapan anak yang usianya mungkin belum sampai sepuluh tahun itu.
Tak ada waktu lagi, pasukan Danapati di belakangnya semakin mendekat. Lantas Indrasena menarik tangan kecil itu untuk ia ajak berlari, tapi tanpa ia duga tangannya ditepis dengan kasar. Anak laki-laki itu berlari menuju rombongan Danapati. Indra membelalakkan mata.
"Jangan!!"
Hingga pada detik ketika ia melihat anak kecil tadi mengangkat kedua tangannya sejajar dengan siku, dan bibirnya merapalkan kalimat, Indrasena dibuat lebih terkejut. Seluruh pasukan didepannya jatuh bergelimpangan, diawali dengan menguap seolah mereka terpercik obat tidur hingga seluruh dari prajurit itu rata tanah.
Aji Sirep Megananda tingkat tinggi. Bagaimana mungkin anak sekecil itu menguasai aji-aji yang bahkan belum pernah ia temui tetua manapun yang memiliki kekuatan sirep sekuat tadi. Nafas Indrasena kembali tercekat, tatkala pusara pasir dan bebatuan seolah tergerak mengubur paksa ratusan tentara perang yang terlelap diatasnya. Kekuatan macam apa yang baru saja ia lihat.
"Saya tidak suka berlama-lama Romo."
Mata Indrasena terbelalak, terbangun dari mimpi yang ia sendiripun tidak mampu menangkap makna didalamnya.
-Mimpi Indrasena-
...
"Cobalah bertaruh keberuntunganmu, mereka hanya akan menunjukkan diri pada tuannya atau darah yang akan menghadirkan tuannya." ucap Sang Mahapatih.
-Mahapatih Dhanu Wiragati-
"Aromamu seperti tuan kami."
-Asta Wijaya-
......
"Bahkan jika aku menjadi iblis seutuhnya, aku tidak akan mungkin menghancurkan kerajaan ku sendiri." Wirasana menatap tajam pada sosok Jalak Ireng di depannya. Langit Danapati berubah menjadi gelap, racau burung bersahutan, sosok sosok hitam keluar dari tanah, saling bergelayut dan membentuk pasukan perang.
Senapati Danapati itu mendengus pelan, menatap ratusan iblis dibelakang Wirasana.
"Bagaimana mungkin Respati membiarkan iblis sepertimu melindungi Agnipura, kau...tidak lebih seperti pemberontak dengan baju panglima kerajaan. Menjunjung lebih tinggi untuk membunuh lebih banyak, bahkan rajamu sendiri."....
"Bayaran apa yang kamu sajikan untuk iblis, sampai sampai bangkai sepertimu tidak mampu dibunuh dengan pedang dewa." ucap Adhikara.Wirasana mengangkat satu sudut bibirnya, melangkah lebih maju dan menyisakan jarak empat jengkal dari wajah lawan bicaranya.
"Bagaimana jika aku iblis pilihan dewa?" Wirasana berbisik pelan.
Segera setelah ia menyelesaikan ucapannya, Wira memenggal kepala Adhikara dalam sekali tebas. Darah merah mengenai wajahnya. Tubuh tanpa kepala di depannya lenyap menyisakan abu, sementara seonggok kepala utuh tersenyum dan membuka mata tanpa pupilnya.
"Mari bertemu lagi, setelah dirimu memakan bangkai manusia yang kamu bunuh dalam peperangan kedua Agnipura." Adhikara lenyap bersama percikan api kecil yang tertiup angin kering menuju bumi utara.
...
"Keturunan Indrasena akan membawa Agnipura menuju masa kejayaan, sekaligus merobohkan kekuasaan wangsa Nararya."
-Patih Adhikara Premadi-
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIH SENAPATI [END]
Historical FictionPada penghujung bulan Margasiramasa tahun 1380, salah satu wilayah ujung utara Kerajaan Agnipura, berhasil direbut oleh Kerajaan Danapati. Tanah Lor yang merupakan daerah tambang penghasil bijih besi terbaik di Agnipura, takluk atas penyerangan yang...