Untukmu
Kata mereka aku delusi.
Aku tak tahu, kau ini ilusi, imajinasi atau fiksi.
Tak peduli, sebagaimana kau selalu ku tangisi.
Kau tetap mengisi ruang kosong di hati.Selalu kata rindu yang bergema.
Namun kau tak pernah datang menjelma.
Rindu ini membuatku tersiksa.
Tapi rasa ini tak pernah putus asa.Aku merindukanmu...
Rindu mengelus setiap helai rambutmu.
Rindu akan hembusan nafasmu.
Rindu bersandar di pundakmu.
Namun yang kau beri hanya harapan semu.
Menjadikan rindu yang tak kunjung temu.Jennie kini menempelkan kertas berisi puisi tersebut pada tembok yang berada di rumah kaca miliknya.
Jennie beberapa bulan ini sering menulis puisi. Padahal dulu ia tak menyukai kata-kata yang puitis. Tapi hanya ini yang bisa ia lakukan untuk menyalurkan segala perasaannya. Walaupun Jennie tahu, entah kapan rasa ini akan sampai pada seseorang yang dituju. Ataukah tulisan-tulisan ini tak akan pernah sampai.
Jennie juga menatap bunga-bunga yang banyak dihinggapi oleh kupu-kupu yang cantik. Entah sejak kapan Jennie menyukai kupu-kupu. Padahal dulu ia amat membencinya karena ia tak suka ulat dan rupa kupu-kupu menjijikan. Sayapnya memang indah, namun wajahnya mengerikan. Oleh sebab itu, ia selalu membuang ulat maupun kepompong yang berada disekitar bunganya.
Tapi sekarang Jennie menyukai mereka. Jennie membiarkan ulat-ulat itu memakan daun-daun yang sengaja ia tanam agar menjadi kupu-kupu indah. Jennie kini selalu tak sabar menunggu kepompong menetas, karena ia menunggu. Menunggu kupu-kupu cantik yang datang menghampirinya.
***
2 tahun yang lalu
Jennie melempar guci antik berwarna biru ke lantai kamarnya. Ia menjerit histeris dan tak percaya apa yang dilihatnya beberapa jam yang lalu.
Namun beberapa menit kemudian, ia mengambil handphonenya dan membuka aplikasi Instagram. Disana ia mulai menghapus foto-fotonya bersama mantan kekasihnya.
"brengsek!"
Kini dering di ponselnya tak henti-henti. Banyak panggilan dari orang-orang yang mengkhawatirkannya.
Lisa: Jennie kau dimana sekarang? angkat teleponku!
Jisoo: Jennie angkat teleponku! Apa kau baik-baik saja?
Rose: Jennie apa yang terjadi?! Segera kabari aku!
Jennie menghiraukan beberapa panggilan dan pesan dari teman-temannya. Ia hanya ingin sendirian dan melampiaskan semuanya.
Jennie kini meraih serpihan guci yang pecah di lantai. Guci tersebut terbuat dari kaca dan jika pecah, serpihannya bisa melukai kulit. Tanpa ragi mengangkat lengan bajunya. Disana nampak banyak luka sayat yang Jennie buat.
Srek!
Satu sayatan baru kini tercipta di pergelangan tangannya. Entahlah, ia selalu begini. Merusak diri sendiri jika sedih, marah ataupun kesal terhadap sesuatu.
Perlahan kaki Jennie menuju rumah kaca yang didalamnya terdapat banyak tumbuhan. Samar-samar ia melihat bunga mawar putih yang terdapat persis di meja rumah kaca tersebut.
Jennie berniat mencuci lukanya, tapi hal itu ia urungkan karena melihat mawar putih yang nampak berkilau di matanya. Bunga itu cantik sekali, ia seperti dejavu dan pernah melihatnya. Namun entah dimana, ataukah hanya perasaannya saja?
"Ini seperti baru. Apa Mama membelinya lagi?"
Jennie kini melihat kepompong kecil yang bertengger di tangkai bunga mawar tersebut.
"Aneh sekali. Mengapa bunga ini masih cantik meskipun di hinggapi kepompong? Harusnya ada gigitan ulat disini, tapi kenapa tak ada satupun daun yang jelek?"
Jennie kini menyentuh kepompong itu dan berniat untuk membuangnya. Telunjuk jennie yang sedikit bersimbah darah kini mulai menyentuh kepompong tersebut.
Namun beberapa detik kemudian kepompong itu bergerak. Darah yang mengenainya kini lenyap seperti serap olehnya.
Semakin lama kepompong itu seperti ingin menetas dan perlahan kepompong itu menampakkan isinya. Mendadak cahaya menyilaukan datang dari kepompong tersebut.
Seekor kupu-kupu cantik kini terbang disekitarnya. Kupu-kupu berwarna putih itu hinggap di rambut Jennie yang kecoklatan. Beberapa detik kemudian ia terbang dan memutari bunga mawar putih yang berada di sekitar Jennie.
Namun kini mata Jennie terbelalak sempurna. Ia melihat cahaya menyilaukan, cahaya itu berasal dari bunga mawar yang dihinggapi kupu-kupu tersebut. Cahaya itu kini membentuk tubuh seorang pria.
Kupu-kupu itu terus memutarinya dan menghilang saat tubuh seorang pria itu semakin jelas.
Mulut Jennie menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah lelaki ini jelmaan peri?
Lelaki itu kini menatapnya tajam. Ia sangat tampan dan nampak sempurna. Lelaki itu punya mata yang sipit, hidung mancung, badan kekar dan bibir yang pink.
Jennie refleks menjauhkan dirinya dari lelaki tersebut. Ketampanan lelaki itu dihiraukan olehnya, karena Jennie pikir barangkali itu ulah penyihir jahat yang mengirimnya iblis untuk mencelakainya.
"SIAPA KAU?!"
Lelaki jangkung itu mendekatinya perlahan. Ia menyodorkan tangannya di depan wajah Jennie.
"Tuan Putri, ayo pulang."
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi
FanfictionJennie, seorang gadis muda yang tidak menyadari bahwa dirinya bereinkarnasi dari masa lalu, ia mengalami kehidupan normal dengan ingatannya yang hilang. Namun tiba-tiba Jennie menyadari jejak masa lalunya, ia menemukan dirinya terjebak dalam pusaran...