7. Penolong

41 3 0
                                    

Jiyong melenguh memegangi pipinya yang terkena bogeman Taehyung. Beberapa detik kemudian munculah sirene polisi diikuti dengan tiga polisi yang dengan sigap memborgol lengan Jiyong.

"hei kau menelepon polisi?!" bisik Jennie

Taehyung mengangguk. "Aku melihatnya di cctv pengawas, saat dia menembus pagar, akhirnya aku menelepon polisi."

Jennie menghela nafas panjang. "setidaknya dia pergi dari sini."

***

"Dia mantan kekasihmu? serius?!"

Jennie mengangguk sambil menyendok es krim ke mulutnya. "Iya, dulu dia baik. tapi entah mengapa berubah seperti orang gila."

"Dia memang gila dari awal, hanya saja kau tertipu sejak awal." bantah Taehyung.

"Ya mungkin begitu. Dia beberapakali kepergoki selingkuh dengan wanita lain. Namun aku tetap kembali memaafkannya hanya karena aku tidak punya lagi tempat bersandar. Ternyata lama kelamaan hal-hal seperti itu menguras mentalku. Aku baru menyadari, lebih baik sendiri tapi kesepian dari pada bersama dengan orang yang salah. Bersama orang yang salah akan membuat hidupku lebih kacau."

"Benar sekali!" Taehyung menyetujui. "Kau harusnya pilih-pilih dalam memilih pasangan. Jangan sembarangan orang kau bisa percaya."

"Memang harusnya begitu. Tapi ini sudah terjadi kan? aku harus berbuat apa selain menghindari dan melawannya? Mungkin ini sebagai pelajaran untukku kedepannya dalam memilih pasangan. Wajar saja ada bila aku salah mengenai pilihanku, aku hanya manusia, tidak sempurna. Lagi pula aku juga baru pertamakali hidup di dunia."

Taehyung terkekeh mendengar ucapan akhir Jennie yang menyebutkan bahwa dia baru pertamakali hidup di dunia.

"kau ini hidup dua kali tau."

Jennie menatap Taehyung sinis. "Ya mana aku tahu. ingatanku saja hilang. Aku sekarang seperti orang gila yang tidak tahu apa sebenarnya jalan hidup yang Semesta takdirkan untukku." Ucap Jennie seraya mendelik ke arah Taehyung. "dan sekarang aku bertemu dengan orang aneh yang entah dari mana dan untuk apa tujuannya menemuiku lagi."

"Nanti kau akan tahu sendiri." Ujar Taehyung, sepertinya ia berusaha mengalihkan pembicaraan. "Aku kelelahan, sepertinya harus tidur"

"Mengapa kau selalu mengalihkan pembicaraan saat aku ingin mengetahui jejakku di masa lalu."

Taehyung tertegun sejenak lalu ia menatap Jennie. "Terlalu banyak... " ia menggantungkan kalimatnya lalu berbalik badan dan tidur di sofa membelakangi Jennie. "Aku ingin tidur sejenak."

"Dasar seperti kebo! Jangan tidur! 2 jam lagi aku ada kelas. Tolong antarkan aku pergi dengan mobil teleportmu" ujar jennie yang pergi berlalu.

Taehyung tersenyum miris ia berbalik badan memastikan bahwa Jennie sudah tidak ada disekitarnya.

"Terlalu banyak kenangan, kesakitan, trauma dan kesedihan yang membekas. Bagaimana bisa aku menceritakan semuanya? semua ini terlalu nyata untuk disebut fana. Semuanya terekam dengan detail di mata dan pikiranku. Namun mendadak mulutku bisu, semuanya membuatku sakit." Taehyung bergumam seraya menitikkan air matanya.

***

Taehyung memutar-mutarkan kunci mobilnya. Ia nampak bosan menunggu seharian di kampus Jennie. Jennie bilang pukul 5 sudah selesai, namun sudah 30 menit batang hidungnya belum juga muncul. Akhirnya Taehyung memutuskan pergi menyusulnya.

Di setiap lorong kampus banyak mata memandanginya. Mungkin mereka nampak asing dengan sosok Taehyung, ataukah sosok Taehyung ini terlalu menarik untuk dilewatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang