"Sial, sial, sial!" Delara menggerutu kepada dirinya sendiri, bagaimana tidak? Baru masuk SMA pindahan ia sudah telat.
Delara terburu - buru untuk bersiap, dengan keadaan rambut kusut yang berantakan, dasi yang miring, dan lip tint yang keluar dari area bibir gadis tersebut. Ia turun dari tangga dengan keadaan yang berantakan.
"Dek, kamu sarapan dulu yuk." Ajak Bibi yang melihat Delara sudah turun dari kamarnya.
"Aduh, gak sempet Bi, Delara udah telat," tolak Delara sambil memasang sepatu di kaki jenjang nya.
"Oke Dek, tapi benerin dulu penampilan mu, anak gadis kok berantakan kaya gitu sih," ucap Bibi yang melihat penampilan Delara sangat berantakan, seperti anak tidak terurus.
Delara yang mendengar itu sudah sangat pasrah, ia agak tersinggung dengan perkataan sang Bibi, memang kenapa jika penampilan ku seperti ini? Mereka cuma bisa menjelekan dan berkomentar buruk saja, mereka selalu ikut campur dengan urusan orang lain.
"Nanti aja Bi, Delara udah telat," balas Delara.
Melihat respon Delara Bibi cuma bisa menggeleng - gelengkan kepala saja, Delara berpamitan dengan Bibi lalu berlari menuju mobil yang sudah menunggu gadis itu, ia berangkat dengan supir pribadi keluarganya.
Jangan tanya kemana orang tua Delara, mereka sibuk dengan urusan mereka masing - masing, bahkan orang tua Delara tidak mengucapkan sepatah katapun pagi ini. Namun, Delara sudah biasa mendapat perlakuan itu dari orang tuanya, dia juga tidak tau masih di anggap hidup atau sudah mati dengan orang tuanya.
-
Delara sudah bungkam seribu bahasa semenjak mobil yang dikendarai supirnya itu, menurunkan dia di depan gerbang sekolahnya langsung.
Gerbang yang tertutup itu terlihat sangat mewah, besar, dengan patung di kanan kiri gerbang, dengan bangunan tinggi sehingga tidak akan ada murid yang bolos untuk memanjat bangunan tersebut, terdapat tulisan di atas gerbang yang bertuliskan.
"KASANGGA HIGH SCHOOL."
Delara mendengus pelan "jadi, karena ini bunda dan ayah pindahin gue ke sini, boleh juga nih sekolah." Delara dalam hati.
Jujur saja ia sangat merindukan sekolah lamanya, Delara suka sekali sekolah di desa dengan keadaan desa yang sejuk, asri, dan burung - burung yang berkicauan di pagi hari, rasa nya seperti di surga.
Namun, kedua orang tuanya melarang sehingga memindahkan Delara diluar persetujuannya sendiri. Delara tidak suka suasana sekolah barunya, sekolah di tengah - tengah kota, dengan pemandangan kendaraan - kendaraan yang menyebabkan polusi, udara di sini sangat panas, dan sesak.
Ya, benar tak ada lagi yang harus ia lakukan selain bersabar, lagipula beberapa bulan lagi ia akan lulus. Ia bisa bersabar, atau mungkin tidak?
Lamunan Delara seketika buyar ketika ada pemuda tinggi dengan jas hitam menatap tajam dirinya dari balik gerbang, bulu kuduk Delara seketika berdiri melihat pemuda tersebut menatap tajam dirinya.
"Lo murid baru?" Tanya pemuda tersebut dengan ekspresi datar.
"Iya, gue Delara," balas Delara dengan senyuman.
Jangan salah sangka, Delara masih diluar gerbang dengan senyuman dan keadaan yang berantakan. Seperti orang gila di pinggir jalan.
"Gue gak nanya nama lo, kenapa telat?" Tanya pemuda tersebut dengan ketus.
"Lupa pasang alarm hehe," balas Delara dengan cengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMGAZE
Teen Fiction"Jadi gimana cerita kehidupan Lo?" Tanya Angkasa dengan penasaran. "Gak ada yang menarik Sa, gue di paksa sempurna sama orang - orang di sekitar gue, gue di tekan buat sesuatu yang gak gue suka dan gue gak tau tujuan gue hidup buat apa Sa, di saat g...