Tak terasa kini KASANGGA HIGH SCHOOL sudah mendekati semester akhir, banyaknya ujian dan praktek membuat siswa di sana sangat kewalahan, Delara di semester ini belajar dengan keras ia ingin mengejar universitas impiannya dan masuk ke jurusan sastra untuk menjadi seorang penulis.
Sebenarnya orang tua Delara tidak merestui ia masuk ke jurusan sastra orang tuanya meremehkan jika menjadi seorang penulis tidak akan berdampak pada kesuksesan, orang tuanya sangat merendahkan penulis. "Itu tidak penting dan akan membuang - buang waktu saja." Itu kata - kata orang tuanya jika ia mengatakan ingin menjadi seorang penulis.
Tanpa Delara sadari ia sudah didaftarkan secara diam - diam oleh orang tuanya di jurusan manajemen orang tuanya gila perusahaan, itu yang membuat Delara sangat amat benci dengan perusahaan, orang tuanya tidak peduli dengannya lagi semenjak sibuk dengan perusahaan masing - masing.
Ayah Delara ingin ia meneruskan perusahaan milik keluarga, di balik Delara yang tidak suka dalam hal bisnis dulunya ia sangat suka di bidang ini tetapi lama - kelamaan ia mulai di tekan, belajar sendirian seharian penuh membuat otak Delara panas itu yang membuatnya memutuskan untuk kabur dari rumah dan bersekolah di desa secara diam - diam saat orang tuanya sedang meeting di luar negeri.
-
Delara kini sedang duduk sendiri di bangku kelasnya sambil membaca buku, jangan bertanya di mana Vania gadis itu sedang belajar bersama Angkasa untuk olimpiade jadi Vania tidak bisa menemaninya, Delara tidak mempermasalahkan bukan hak Delara untuk melarang.
Saat Delara sedang asik membaca buku sendiri ada seseorang yang menumpahkan kopi kepadanya. Benar itu Jaena, Delara tahu gadis yang melemparkannya kopi itu masih marah akibat kejadian di Prom Night dan ia yakin akan ada pertengkaran di kelas ini.
Mereka yang sekarang menjadi pusat perhatian, Delara memutuskan untuk pergi tetapi, saat ia hendak keluar dari ruangan ini Jaena mendorong Delara dengan keras sehingga tubuhnya mengenai loker yang ada di belakang kelas mereka. Terasa sangat sangat sakit ketika Delara di dorong sangat keras apalagi sampai mengenai loker, ia rasa tubuh bagian belakangnya sudah merah.
"Sakit..." Lirih Delara pelan.
"Lo gak pantes di sini kampungan!" Ucap Jaena dengan nada tinggi.
"Ayah Lo pemabuk berat, dan wanita yang selama ini Lo sebut ibu itu dia wanita penghibur, sialan!" Ucap Jaena yang meludahi Delara yang sedang mematung.
"MAMA LO SELINGKUH SAMA AYAH GUE BANGSAT, LO SAMA MAMA LO SAMA - SAMA ORANG RENDAH GAK ADA MORAL!" Pekik Jaena sambil mendorong kepala Delara lalu pergi meninggalkan kelas dengan amarah yang berapi - api.
Tidak ada tenaga lagi bagi Delara untuk berbicara, dia terlalu syok apa yang di katakan oleh Jaena. Temen sekelas nya mulai menatapnya tajam dengan tatapan seakan - akan membunuh Delara saat ini juga, ada juga yang menertawakan nya, membicarakan nya, dan menatap rendah diri nya. Delara tak ada ruang untuk melawan jika ia melawan pun, tak ada gunanya tidak ada lagi yang percaya kepadanya di kelas ini, Delara paham mengapa mereka seperti itu ia sudah memberikan kesan yang buruk terhadap mereka saat pertama kali masuk ke kelas ini.
"Lo gak lebih dari anjing yang nurut sama majikannya, pantes Vania ingin berteman sama Lo dia lagi cari anjing yang nurut sama dia tolol, dan Lo orang nya."
"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya ya."
"Jadi mama lo tukang selingkuh."
"Bukan, mama nya wanita penghibur."
"Dasar, pantas saja anak nya seperti ini ternyata kelakuan orang tuanya tidak menggambarkan jika mereka manusia."
Itu yang Delara dengar saat teman kelas nya melihat kejadian ini.
Dengan keadaan baju yang masih terkena tumpahan kopi, Delara berlari keluar kelas meninggalkan tasnya terus berlari tak tahu arah mencari tempat ternyaman untuk pulang terlalu sakit untuk tetap berada di ruangan itu, ia memutuskan nekad berlari keluar dari sekolah dengan tangannya menutupi baju basah kerena tumpahan kopi, terlihat matanya yang mengalir mengeluarkan air, dadanya sakit menahan sesak.
Persetan jika ia akan menghadap kesiswaan untuk segera dikeluarkan dari sekolah dengan akreditasi tertinggi di kota ini, hati nya terlalu sakit mendengar perkataan orang - orang yang menjelekkan wanita yang selama ini ia sayang.
Bunda apa yang kau perbuat sehingga mereka mampu menjelekkanmu? Bun setiap perlakuan buruk mu mengapa aku yang selalu terkena sialnya? Bun... Delara selalu iri melihat orang lain yang selalu beruntung dalam hal keluarga, mereka bisa bercerita secara leluasa di rumah yang katanya tempat ternyaman untuk pulang dan beristirahat.
Rumah kita berbeda ya Bun? Rumah yang penuh dengan perselisihan, perselingkuhan, isi yang sangat berantakan, tak ada tempat ternyaman di rumah, mereka bohong ya Bun? Kapan Delara bisa mendapatkan rumah itu Bun? Berapa yang harus Delara bayar untuk isi kepala yang tenang? Berapa yang harus Delara bayar untuk bisa merasakan pelukan tulus seorang ibu? Delara tidak ingin sebuah pelukan sandiwara yang kita lakukan ketika Kakek dan Nenek berkunjung ke rumah.
Berusaha baik - baik saja untuk menutupi dalamnya yang berantakan luar biasa.
-
Setelah Delara berlari tak tahu arah, ia sudah sampai di Taman Balai Kota Bandung, walaupun keadaan siang tetapi sangat sejuk ketika berada di sini. Inilah sekarang tempat sementara untuk menyemangati dirinya sendiri, tempat yang sepi, sejuk, tenang, dengan hati dan pikiran yang berantakan.
Delara duduk meringkuk sendirian di pinggir taman di kota Bandung yang penuh dengan kenangan itu.
"Bun... Sakit." Lirih Delara sambil sesenggukan.
Saat sedang melamun, Delara merasakan ada yang duduk di sampingnya dan mengelus pelan rambut panjang miliknya yang menjuntai, merasakan adanya sentuhan di kepalanya Delara menoleh ke samping dan melihat sosok Areksa ada di samping nya sambil tersenyum hangat.
"Ra, ngapain di sini?" tanya Areksa.
Delara enggan menjawab ia hanya menggeleng saja, sekarang terlalu berat untuknya mengeluarkan suara. Hatinya terlalu sakit, dadanya terasa sesak,matanya yang sudah mulai lelah dan terlihat bengkak, serta pikirannya yang berantakan sangat berisik.
Areksa paham apa yang dirasakan sahabatnya sekarang, sebenarnya ia sudah melihat Delara saat keluar dari sekolah nya lalu memutuskan untuk mengikuti Delara, jangan bertanya kenapa Areksa bisa melihat Delara padahal jarak sekolah mereka bisa di bilang tidak dekat juga, jawabannya yang pasti adalah Areksa membolos pelajaran yang membosankan.
"Gapapa Ra, gue paham puasin aja dulu nangis nya gue tahu Lo udah banyak nyimpan luka," ucap Areksa sambil memeluk Delara dan mengelus punggung gadis itu.
"Sa, Lo tau tentang rumah yang di ceritakan oleh orang - orang?" Tanya Delara di pelukan Areksa.
"Entahlah Ra, gue enggak paham apa yang di maksud mereka, rumah ternyaman? Rumah gue aja berantakan Ra," jawab Areksa sambil tersenyum kekeh.
"Lo udah ketemu?" Tanya Delara lagi sambil melepaskan dirinya dari pelukan Areksa.
"Belum, gue belum ketemu Ra. Hidup gue seperti bab yang kosong tak ada yang menarik untuk di ceritakan hanya bab yang penuh dengan kesepian di dalamnya." Tanya Areksa tersenyum hangat.
"Gue juga belum, Sa." Ucap Delara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMGAZE
Teen Fiction"Jadi gimana cerita kehidupan Lo?" Tanya Angkasa dengan penasaran. "Gak ada yang menarik Sa, gue di paksa sempurna sama orang - orang di sekitar gue, gue di tekan buat sesuatu yang gak gue suka dan gue gak tau tujuan gue hidup buat apa Sa, di saat g...