7 : Nasi Goreng Dan Hujan

13 7 0
                                    

Vania pamit pulang lebih awal dari biasanya, tidak cuma Angkasa ternyata Vania juga sedang menyandang status "dekat" dengan siswa kelas sebelah bernama Davis. Vania menceritakan bahwa Davis mengajaknya untuk melihat pameran seni yang baru dibuka hari ini di alun - alun kota Bandung. Indah sekali ya kisah percintaan orang.

Apartemen Delara kini terasa sepi saat Vania pergi, Delara mengerti perasaan apa ini, perasaan yang kosong, kesepian, seperti ada yang hilang.

Tak ada waktu untuk bersedih karena perutnya sedang meronta - ronta kelaparan, Delara memutuskan membeli nasi goreng langganan yang berada cukup dekat dari apartemen nya. Jangan heran mengapa Delara memilih membeli, ia terlalu malas untuk memasak terlalu ribet pikirnya, Delara sekarang ingin makanan siap saji saja sambil menikmati kota Bandung di malam hari.

-

Menghela nafas pelan, kembali tenggelam menatap langit malam kota Bandung yang indah, bintang memancarkan sinar eloknya di angkasa dan membentuk ribuan formasi. Sangat memanjakan mata dan tak ada yang pernah bosan untuk melihatnya. Angin malam membelai rambut orang - orang yang berlalu - lalang di kota Bandung saat ini. Lembut.

Padahal jam sudah menunjukkan angka di 10.00 pm, tetapi masih ada saja orang yang berlalu - lalang di sini, orang yang baru pulang dari kantor, para remaja yang menikmati suasana malam di Bandung bersama pasangan maupun teman, toko - toko yang hampir semua sudah tutup.

"Ngapain malam - malam keluar?" Tanya seseorang.

Merasa ada yang berbicara tepat di belakangnya, Delara sontak menoleh, ia melihat sosok Angkasa ada di belakangnya.

"Mau beli nasgor," ucap Delara sambil berjalan santai.

"Gue ikut," balas Angkasa yang menyesuaikan langkahnya dengan Delara.

"Habis dari mana Sa?" Tanya Delara.

"Pulang kerja." Balas Angkasa.


-

Mereka memesan nasi goreng Mas Ji, lalu duduk berhadap - hadapan sambil menyantap nasi goreng spesial.

Delara baru menyadari detail wajah yang dimiliki oleh Angkasa. Memiliki mata coklat hazel, kulit putih yang pucat, rambut hitam yang sepertinya lembut jika dipegang, hidung mancung, rahang tegas, terdapat tahi lalat di pinggir kiri mata coklat Angkasa, dan ia memiliki nafas yang tenang.

"Kenapa lo gak masuk sekolah selama ini?" Tanya Angkasa.

"Gak papa," balas Delara.

"Besok masuk, izin lo selama itu bisa memengaruhi nilai di semester akhir," ceramah Angkasa.

"Tau," balas Delara singkat.

Karena sudah selesai makan dan menunjukkan bahwa malam mulai gelap, serta jalanan Bandung yang mulai sepi, toko - toko sudah mulai tutup. Angkasa berniat untuk mengantarkan Delara pulang, awalnya Delara menolak karena takut merepotkan lagi pula jarak nasi goreng dan apartemennya tidak terlalu jauh.

Tetapi setelah Angkasa mengingatkan bahwa terdapat begal atau penculik di jalanan malam, Delara menerima tawaran Angkasa untuk mengantarkannya. Tidak lucu ketika ia diculik tengah malam di jalanan sepi ini, ayolah, tidak ada yang berharga dari organ tubuhnya.

"Del," ucap Angkasa yang sudah menancapkan gas motornya untuk mengantarkan Delara.

"Iya?" Balas Delara.

"Gue ngeliat kejadian waktu itu, dan emang tindakan Jaena udah keterlaluan," ucap Angkasa yang mulai mengarahkan kaca spion motornya untuk melihat wajah Delara.

"Ah, sepertinya udah tersebar luas ya," Delara menghela nafas panjang.

"Sabar ya Del, sabar emang sulit tapi hadiahnya seindah langit," ucap Angkasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAMGAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang