Semenjak kejadian di malam itu, Delara selalu membuang muka kepada Angkasa, ia masih kesal tak percaya bahwa Angkasa mengucapkan kata - kata yang membuat Delara sedikit merasa tersinggung dengan santai dan mencampuri kehidupannya, cukup mereka kenal sebatas "Cewe lusuh" dan "Osis sialan" saja, Delara tak mau untuk mengenal lebih dalam tentang Angkasa persetan dengan lukisan Angkasa yang mampu menarik perhatian Delara toh lukisan itu tak akan mengubah pandangan orang - orang kepadanya.
Pikiran itu seketika buyar ketika Delara mengingat bahwa akan ada pesta Prom Night besok malam, ia seketika panik teringat ia belum menyiapkan apapun untuk Prom Night, hanya dress usang yang ia punya tentu saja ia akan di tertawakan oleh warga sekolah ketika memperlihatkan dirinya dengan dress usang.
Delara sudah meminta tolong Vania membantunya untuk menyiapkan keperluannya karena ia yakin Vania lebih tahu dan lebih ahli akan hal seperti ini daripada dia namun, Vania menolak karena gadis itu akan mengikuti olimpiade yang akan di laksanakan Minggu depan, awalnya Delara berniat untuk menemani Vania tetapi setelah mendengar bahwa partner Vania adalah Angkasa dan mereka akan belajar bersama.
Delara mengurungkan niat awalnya tidak lucu ketika Delara mati - matian untuk menghindari Angkasa tetapi malah di pertemukan dengan situasi seperti itu keadaan yang sangat konyol.
Harapan Delara sekarang adalah Areksa Sanjaya teman masa kecilnya sekaligus yang bersekolah di LEUFEY HIGH SCHOOL meskipun sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi Delara masih menyimpan nomor Areksa, Delara tidak peduli jika di bilang "datang ketika butuh saja" bener kok sekarang ia memang sedang membutuhkan bantuan.
Teman masa kecil itu, sekarang mereka sedang mengobrol asik lewat telepon mereka berdua memiliki kepribadian yang hampir sama salah satu contohnya mungkin mereka tidak suka makanan sehat dan masih banyak lagi sebenarnya tetapi yang sangat menonjol cuma itu saja.
Mereka sama - sama tahu jika besok malam akan diadakannya Prom Night Delara meminta tolong kepada Areksa untuk menemaninya, Areksa menyetujuinya mereka akan bertemu di mall siang ini.
Delara sudah bersiap sejam sebelum mereka bertemu, karena ia ingin bersantai di kafe langganannya sudah lama Delara tidak mampir ke kafe itu terakhir sebulan yang lalu.
-
Delara tercengang akan apa yang dilihatnya, Delara melihat Angkasa di kafe itu sebagai baristanya!! Ia sudah senang karena mengurungkan niat awalnya untuk menemani Vania belajar dan ia malah dipertemukan disini dengan Angkasa. Mau tak mau Delara harus tetap memesan karena ia sudah menginjakkan kaki di depan pintu kafe Delara tidak enak harus pulang lagi.
Angkasa yang menyadari akan kehadiran seseorang langsung menoleh ke arahnya bola mata mereka bertemu sesaat "Sial," batin Delara mengumpat.
Delara memesan coklat panas hingga suatu saat ada Waiter yang mengantarkannya roti hangat Delara menatap Waiter itu dengan bingung sebab Delara hanya memesan coklat panas tidak memesan roti.
Setelah Delara menanyakan kepada Waiter itu ia sudah mendapatkan jawabannya ternyata Angkasa yang memberikan roti itu kepadanya, Waiter itu pamit lalu pergi untuk mengantarkan pesanan pelanggan lain.
Tak lama setelah, itu Angkasa duduk di depan Delara awalnya Delara sedikit kaget tak ada angin tak ada hujan tiba - tiba saja Angkasa langsung duduk di depannya tetapi Delara berusaha untuk tenang.
"Kenapa lo?" tanya Delara santai sambil memainkan ponselnya.
"Lo harus jadi orang pertama yang nyobain resep baru gue." Balas Angkasa sambil menatap roti itu.
"Kenapa harus gue?" Tanya Delara serius.
Angkasa tidak menjawab ia hanya tersenyum tipis lalu meminta Delara mencoba resep terbarunya alias roti hangat, sebenarnya Delara juga penasaran akan rasanya, Delara mencobanya.
Ia tak percaya bahwa roti buatan Angkasa itu lebih enak dari yang ia kira.
"Enak, kalo bisa bikin tiap hari." Ucap Delara sambil mengunyah.
"Ra, maaf atas perkataan gue di sore itu," Angkasa menatap Delara.
"Gue maafin, jangan ngelewatin batas lo lagi." Balas Delara.
Situasi di antara keduanya sekarang sangat canggung tak ada yang mau memulai obrolan di antara keduanya, hingga ada sosok gadis perempuan yang mereka kenal sedang berdiri di samping meja mereka.
"Van? Ngapain," tanya Delara.
"Gue mau belajar sama Angkasa, lo ngapain?" Balas Vania.
"Gue lagi ngehabisin waktu di sini sebelum ketemu temen gue," ucap Delara.
"Oh iya di depan ada pemuda genteng nyariin lo tuh." Balas Vania sambil menunjuk ke arah luar.
Delara yang mendengar itu buru - buru untuk membereskan barang nya lalu bangkit dari tempat duduknya dan pamit kepada dua orang di depannya, ia berjalan cepat untuk keluar kerena Areksa sudah menunggunya di luar ia sebenarnya agak canggung untuk bertemu Areksa karena mereka sudah lama tidak berkomunikasi.
Namun, Delara salah besar ia kira sepanjang perjalanan mereka akan diam sambil melihat lihat jalanan Bandung yang indah ketika di sore hari ternyata Areksa tidak pernah berubah masih sama seperti dulu, yang selalu bisa membuat orang lain ketawa dengan lelucon lucunya dan menjadi tempat cerita orang lain ketika Areksa juga sedang di masa terpuruk.
Mereka bisa di bilang orang yang paling heboh ketika di mall, banyak yang menoleh dan menatap mereka sinis kerena mereka sangat ribut sekali ketika mengantri di kasir untuk membayar.
Bandung kamu adalah saksi bisu tentang bertemu nya kembali teman masa kecil itu, mereka sama - sama tahu jika mereka terlahir dengan keluarga yang sangat berantakan tak ada celah bagi mereka untuk hidup tenang di dalam rumah, mereka tak leluasa untuk berbicara dan bernafas terlalu sesak ketika berada di rumah, hingga ada kejadian 10 tahun lalu yang membuat Areksa trauma untuk berteman kembali, mereka selalu berfikir jika mereka sudah saling melengkapi namun seperti nya salah.
Mereka bersama masih menyimpan luka yang tidak bisa di ungkapkan satu sama lain mereka tahu beban mereka sama - sama beratnya jadi mereka tidak ingin merepotkan satu sama lain untuk mendengarkan cerita mereka yang tidak penting.
Ada Delara yang selalu menjadi bahan ekspetasi orang - orang ia selalu di paksa untuk sempurna dan tidak bisa menjadi dirinya sendiri, ada Areksa yang selalu menyembunyikan perasaan, menjadi tempat pulang orang lain ketika sedang membutuhkan teman cerita, selalu menampung banyak masalah sendiri ia seperti bumi yang menampung banyak kehidupan.
Bandung adalah luka sekaligus kebahagiaan buat mereka.
"Ra, tetap hidup ya," ucap Areksa tiba - tiba.
"Kok ngomong gitu?" Tanya Delara yang kaget ketika Areksa mengucapkan kata seperti itu dari mulutnya.
"Gak papa, tetep hidup Ra." Balas Areksa dengan senyuman hangat.
"Berbuat baik selagi masih sempat, kita masih bisa di atas tanah tidak tahu mungkin besok gue bisa ada di dalam tanah, Ra." Ucap Areksa sambil tersenyum tipis.
Delara yang mendengar itu langsung memukul punggung Areksa dengan keras, tentu saja itu sangat sakit.
Areksa langsung meminta maaf, sepertinya punggung Areksa sudah sangat merah sekarang, ia tidak ingin membuat perkara lagi.
"Semangat Ra, pasti ada saatnya lo bisa membuktikan kalo lo punya potensi." Ucap Areksa.
Delara tahu sebenarnya Areksa hanya ingin menyemangatinya saja Areksa selalu bisa di andalkan ketika orang lain membutuhkan bantuan, Delara berharap ia bisa menjadi energi positif untuk teman masa kecilnya itu seperti Areksa juga yang sudah membantu nya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMGAZE
Teen Fiction"Jadi gimana cerita kehidupan Lo?" Tanya Angkasa dengan penasaran. "Gak ada yang menarik Sa, gue di paksa sempurna sama orang - orang di sekitar gue, gue di tekan buat sesuatu yang gak gue suka dan gue gak tau tujuan gue hidup buat apa Sa, di saat g...