Penelusuran beberapa siswa demi mengungkap kan kotak musik misterius yang selalu terdengar dari sebuah sekolah tua.
Sekolah itu bernama "SMP Sinar Cahaya 165".
Sekolah ini sudah berdiri sejak satu setengah abad lalu. Dengan banyaknya kisah mistis, a...
Waktu berjalan dengan cepat, hari ini sudah berganti menjadi hari esok.
Seperti biasa, hari ini semua yang bersekolah di SMP Sinar Cahaya belajar lalu istirahat.
Semuanya masih berjalan dengan lancar.
Kini sampailah, ke waktu yang mereka tunggu.. 11.57.
Arya yang sedang duduk sambil menatap bukunya masih tersenyum tipis namun, bukan senyum biasa.
Itu adalah senyuman yang tertekan.
Alasannya?
Ada hal yang membuat nya semakin stres setelah melihat grup chat nya.
"Semoga lo kembali dengan selamat ya bro, hahaha" ujar Ludfi yang kebetulan melewati meja Arya sambil menepuk bahu kanan bestie nya itu, guna menenangkan tapi malah terkesan ngeledek.
Mau tau apa yang terjadi sampai membuat Arya merasa stres dan tertekan di saat yang bersamaan?
Flashback, 10 menit yang lalu.
Grup chat (di ponsel Arya).
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terlihat saat ini jam sudah menunjukan pukul 12.00 tepat, para murid dan juga guru sudah menutup rapat telinga mereka menggunakan earphone/headphone masing-masing.
Teng...!
Alunan suara kotak musik mulai memasuki indra pendengaran yang MC nomor 5, membuat sang empu yang sedang berdiri memegang ponselnya di kamar mandi langsung merinding hebat. Apa kalian berpikir Arya sendiri? Jika kalian berpikir seperti itu..
Maka kalian salah.
Gak sepenuh nya salah sih karna, emang Arya berdiri sendiri di dalam kamar mandi, tapi di luar kamar mandi atau lebih tepatnya di toilet guru laki-laki ada 3 bestienya loh. Yap! Mereka adalah Ludfi, Rizky, dan Marcello.
Mungkin posisi mereka terdengar agak ambigu mengingat kecilnya toilet itu, tapi lupakan saja, toh gak terlalu ko.
Di dalam toilet, mereka sudah mengambil posisi masing-masing.
Ludfi bertugas merekam kejadian sambil mendengarkan musik, Rizky bertugas mengabari kelompok perempuan jika rencana pertama mereka benar-benar gagal, sementara Cello? Gak usah di tanya, tugas dia cuma duduk diem soalnya udah keringat dingin duluan. Marcello duduk anteng sambil dengerin dangdut koplo sambil ngawasin pergerakan di luar, caranya?
Dia ngintip dari atas, ko bisa? Gatau.
Sementara di sisi lain ralat, di perjalanan otw ke lantai 4.
"Ohh, ternyata gini suara kotak musik nya" ujar seorang gadis yang sedang menenteng tas yang berisi proyektor.
Temannya yang sedang menenteng 3 buku pake ikut mengangguk. "Iya, tapi kenapa harus di suruh nutup kuping sih? Ribet banget sumpah, padahal enak loh suaranya" ocehnya.
Tiba-tiba...
TAP!
Langkah mereka terhenti di anak tangga ke 8.
"Lo takut ya?" Tanya gadis yang menenteng tas proyektor.
Yang di tanya "takut ya?" langsung melirik tajam temannya, "ha? Maksud lo apa ya, nanya gue takut atau gak?" Balasnya.
"Bukan gitu, maksud gua lo mulai takut ya? Sampe megangin tangan gue gitu, awas aja kalo proyektor nya jatoh! Gue bilang ke Bu Fitri kalo lo yang bikin rusak!"
Gadis yang tadi di bilang "takut ya?" langsung terdiam tanpa menjawab apapun.
Temannya yang membawa tas proyektor langsung meliriknya kesal, "nape lu diem? Ayo gc naek, ini juga lepasin tangan gue" katanya lagi.
"Din.." ya, gadis yang membawa tas proyektor itu adalah Adina, sementara yang satunya?
"Apaan si Nay? Jangan bikin gue takut lah kampret!" Cetus Adina ke Nayla.
"Lu lupa ya kalo gua lagi bawa buku paket IPA punya Keyla, Reva, sama Cantiqa?" Tanya Nayla dengan nada lirih.
Seketika, atmosfer yang tadinya santai kini mulai terasa dingin.
"Nay.. kaki gue lemes Nay.." gumam Adina dengan kaki yang mulai bergetar.
Mendengar itu Nayla mulai panik, "jangan pingsan dulu Din! Gua gak kuat gendong lu..!!" ujar Nayla.
Adina yang tadinya sudah keringat dingin bertambah panik ketika sesuatu menyentuh pergelangan kaki nya.
"Nay, kaki gua.. kaki gua di pegang in Nay..!!!" pekik Adina dengan air mata di pelupuk matanya, ia meremas tas proyektor nya.
Nayla sendiri wajahnya sudah berubah pucat pasi, "Din, itungan ketiga kita lari, oke..?"
Adina mengangguk kaku, berusaha tenang meskipun wajah sudah seperti orang tidak masuk kamar mandi 3 hari. "H-hmm!"
"Satu.." -Nayla
"D-dua.." -Adina
"Tiga! Run Din!"
Mereka berdua pun langsung berlari dengan kencang, namun..
BRAKH!
Baru ingin berbelok, kaki mereka di tarik menggunakan sebuah benang merah yang entah muncul dari mana.
"AAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!"
Sesosok perempuan dengan dress balerina muncul di belakang mereka, wajahnya yang menyeramkan membuat siapapun akan langsung pingsan melihat nya.
"Mau kemana kalian? Ayo kita latihan menari, hihihi.." suara lembut namun mampu membuat bulu kuduk langsung meremang berhasil di dengar oleh Adina dan Nayla.
"S-setan!!"
BRUKH!
"HUAAA, LEPAS WOI! LEPASIN! DIN BANGUN!" Pekik Nayla yang langsung tambah panik ketika melihat Adina pingsan membuat tas proyektor itu terjatuh.
"Kalian.. KENAPA KALIAN SELALU MENINGGALKAN KU?!" Suara yang tadinya lembut kita berubah menjadi sangat keras dan berat, jantung Nayla yang tadinya lagi maraton kini berubah menjadi berdisko.
"DINAAA! BANGUN HEH! LO JAHAT BANGET NINGGALIN GUA PINGSAN!" Teriak Nayla dengan suara yang mulai putus asa.
"Kau manis.. ayo kita menari bersama..!" Mata Nayla melotot, dengan cepat ia mundur perlahan.
"GAK MA-.. WAAAAAAA!!!!" Ucapan Nayla terpotong ketika tiba-tiba ikatan benang merah yang ternyata milik nona balerina mengikat tubuh nya.
Nona balerina tertawa seram, namun tawaan itu terhenti ketika tiba-tiba ada sebuah suara yang membuatnya berhenti tertawa.