Perayaan minum dan makan di lakukan setelah pertandingan, esok Jorell sudah harus pulang ke Jakarta. Ia menikmati waktu malam nya di Monaco tanpa rasa beban. Di rangkul nya bahu Racco sang adik bungsu, sembari bersulam bersama tim.
"Wooahh!" Seruan Sezo menggema di seisi ruangan restoran VIP.
"Jangan banyak-banyak, nanti repot kamu pas pagi." Jorell memperingati Jothello yang kembali menenggak bir.
"Ehehe, abis ini udah."
Jorell menggeleng lantas pandangan nya mengedar, ia tidak melihat eksistensi pria itu. Namun seperti kebetulan, pintu ruangan terbuka, seorang pelayan masuk bersama seseorang di belakang nya. Ah, itu dia.
"Maaf ya, saya telat."
"Gak apa-apa, Sir." Sezo menyambar jabatan tangan itu. Jorell hanya tersenyum saat tatapan kedua nya bertemu tidak berjabat tangan sebab jarak kedua nya jauh.
"Masih bisa di tambah lagi ga nih?" Hegas bergurau sebab bir nya baru saja datang.
"Jorell sih Sir, tadi bilang ke saya." Jorell menatap Jamy yang menunjuk nya.
"Sinting! Ngga ya! Boong itu Sir."
Semua tim tertawa melihat ekspresi Jorell yang menyangkal. Wajah memerah karena mabuk, mata bulat yang melotot, bibir plum yang mengerucut lucu. Itu semua tidak lepas dari pandangan Hegas.
Namun tatapan nya berpindah ke arah pria muda di samping kiri pria itu, yang ikut menatap nya. Sedangkan pria yang di sebelah Jorell hanya tertawa dan terus memegangi pipi Jorell. Apa Hegas melongkap satu bab yang penting?
———
Semua tim pulang ke hotel satu persatu, menyisakan 6 orang di sana. Jorell melihat ke arah wajah kedua adik nya. Jothello sudah termenung sedari tadi, anak itu mabuk. Sedangkan Racco masih asik berbincang dengan Jamy. Jorell menepuk bahu sang bungsu.
"Bopong Jothello, tidurin di kamar aku aja." Jorell berbicara pelan di samping telinga Racco yang mana di angguki dengan cepat.
"Cabut duluan ya gua bang." Racco melakukan fist bump ke arah Jamy dan Sezo, lalu tersenyum dan menjabat tangan Hegas. "Duluan, Sir."
Hegas tersenyum tanpa menjawab, lalu kembali duduk. Alis nya terangkat satu saat ia lihat pria itu membopong ala bridal style pria yang sempat memegangi pipi Jorell.
"Itu adek-adek nya Jorell, Sir. Yang di gendong Jothello nama nya, nah kalo yang ngegendong Racco. Anak bungsu."
Entah mengapa perasaan lega langsung muncul, pantas ketiga nya terlihat dekat sekali. Ternyata memiliki hubungan darah. Ia tersenyum ke arah Sezo yang memberi nya info baru.
"Saya kaya nya udah harus pergi deh," Hegas berujar sembari beranjak dari tempat nya.
"Oh! Gak masalah Sir, makasih lho udah sempetin dateng." Sezo berbicara mewakili para team nya.
Bahu kokoh Sezo di tepuk. "Nanti saya tinggalin kartu saya, malem ini kalian saya traktir." Hegas mengeluarkan satu kartu nya lalu berjalan santai keluar.
Suara sorak kegembiraan dari Sezo dan Jamy menggema, Jorell memilih membuka ponsel nya tak ingin ikut nimbrung. Ternyata Racco mengirimi nya pesan, foto Jothello yang tertidur di ranjang hotel nya.
"Cabut duluan ya gue," Kata Jorell, setelah melakukan fist bump tangan nya usil mengambil jaket levis milik Jamy tanpa malu memakai nya.
"Hoodie dia mana?" Jamy bertanya ke arah Sezo, masalah nya Jamy hanya mengenakan kaus singlet tipis. Setelah di lemparkan hoodie hijau army milik Jorell, Jamy keluar bersamaan dengan Sezo. Sezo yang seperti sudah biasa melihat hal yang di lakukan dua pembalap muda itu, tidak heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S MOVE | HEEJAKE
FanfictionJorell North Austin seperti memiliki kebiasaan yang mengharuskan nya berciuman sebelum ia turun ke arena balap, di malam sebelum pertandingan di Monaco di mulai ia di tinggalkan kekasih nya begitu saja ke luar negeri sebab perjodohan yang di lakukan...