🍁Ellen dan Istana Penyihir

66 12 9
                                    

| Ellen dan Istana Penyihir |

"Hal-hal remeh yang biasa-biasa saja, mungkin akan membawamu ke sebuah tempat yang tidak pernah kau duga-duga."

Masih di malam yang sama, Jo, Nollan, serta Paul terus berlari membelah hutan-keadaan jauh dari perkiraan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di malam yang sama, Jo, Nollan, serta Paul terus berlari membelah hutan-keadaan jauh dari perkiraan mereka. Tuan Bible harus merelakan kaki kayunya patah-tersandung akar pohon saat melarikan diri dari kejaran manusia serigala, sementara Jo amat kelelahan setengah mati sampai-sampai nyaris pingsan. Begitupun Nollan dan juga Paul, kedua lelaki itu berulang kali menggosok lehernya kehausan, tapi perjalanan masih panjang dan mereka enggan berhenti. Sampai akhirnya deretan kaki loyo mereka mejajaki tebing batu, di sana pepohonan mulai berjauhan satu sama lain. Lalu, tanpa terduga kaki Tuan Muth yang besar nyaris terpeleset, terperosok ke dalam jurang di bawah tebing itu. Mengingat keadaan mereka tidak baik-baik saja, terlebih Tuan Bible, kakinya terpincang, dan mengeluh kesakitan. Jadi mereka memutuskan beristirahan sekali lagi.

Paul dibantu Quito berhasil menyalakan api unggun dari patahan ranting kayu yang di kumpulkan dengan cepat, kemudian meletakkanya di depan bongkahan batu raksasa dekat sebuah pohon cemara-untuk pertamakalinya mereka melihat cemara di Avelon. Suasana begitu sunyi saat mereka duduk bersama mengelilingi cahaya itu, sambil mewaspadai kegelapan. Siapa tahu manusia serigala bertekat mengejar mereka sampai ujung hutan.

Tuan Muth berkata, "Seharusnya kita sampai sini besok, saat fajar." Semua rekannya menoleh menatapnya. "Bukanya terasa terlalu cepat?"

"Sangat cepat," timpa Quito yang bergelung di dalam baret merah Paul-yang di lepas karena kepanasan. "Tapi kuharap kita sampai ke rumah Carles sebelum srigala Lican itu memberi tahu Edward keberadaan kita," harapnya.

"Lalu bagaimana jika kabar itu menyebar lebih dulu ke penjuru Avelon?" tanya Muth, khawatir.

Peri Floes berjalan di dekat sepatu Jo, berulang kali mengusap matanya yang lembab dan menjawab dengan nada rendah terisak, "Pastinya kita dalam bahaya. Lihat saja cara Lican memperlakukan teman-temanku."

Jo mengelus patahan kaki Bible di tangannya, kayu itu panjangnya selengan Nollan, tapi tebal dan tampak kuat-seharusnya begitu. "Aku bukan dokter." Jo menggeleng kecewa di hadapan Bible yang bersandar di paha Tuan Muth. "Aku tidak tahu cara menyambung kaki kayu ini. Maaf, Tuan Bible. Aku tidak bisa membantumu kali ini."

"Tidak masalah, Jo." Tuan Bible memaklumi, dan malah tersenyum. "Sesampainya di rumah Carles aku akan menyuruh teman-temanku mengganti kayunya."

"Omong-omong apa itu, dokter?" tanya Tuan Muth menggema, kebingungan.

Nollan melingkas lengan bajunya sampai siku sambil menjawab, "Apa kau tidak tahu siapa, dokter?" Sedikit terkekeh.

"Tidak."

"Dokter itu mengerikan," jelasnya dengan ekpresi takut-takut. "Biasanya membawa pisau, suntik, dan gunting. Dan oh, ya, alat jahit juga."

"Nollan," panggil Jovita, membuat bibi lelaki itu mengerut kesal.

ARVELON : The Little CarpenternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang