🍁Ke Mana Hilangnya Nollan?🍁

54 15 21
                                    

3

| Ke Mana Hilangnya Nollan? |

"Aku mungkin marah, aku mungkin membenci dirimu. Tapi semua itu hanya sementara. Karena aku selalu menyesal setiap kali melihatmu menderita ketika aku 'tak ada di sisimu."

~Nollan Carpentern~

"Pagi yang sempurna," celetuk Jovita, anak gadis tertua di keluarga Carpenter berdiri takjub di depan jendela kamar mereka, mengamati beberapa rumah penduduk berbentuk kotak korek api yang tersusun rapi, pegunungan tinggi yang membatasi Gible Hill...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi yang sempurna," celetuk Jovita, anak gadis tertua di keluarga Carpenter berdiri takjub di depan jendela kamar mereka, mengamati beberapa rumah penduduk berbentuk kotak korek api yang tersusun rapi, pegunungan tinggi yang membatasi Gible Hill dan Natel Sean-menjadi mengejutkan karena tampak menyentuh langit. Dia berlari ke jendela seberang, bibirnya mengembang takkala melihat gelombang laut bergulung menerjang tebing batu, dan kereta barang lain mirip seperti yang ditumpanginya semalam melaju cepat di atasnya. Angin menyeret pepohonan palem di sepanjang garis pantai. Nelayan menyandarkan perahu mereka di air dangkal setelah berbulan-bulan melaut. Para wanita langsung mendekat mengerubung berebut tangkapan ikan.

Persetan dengan orang-orang tua yang saling bahu-membahu membangun kota kecil ini, gadis 14 tahun itu sedikit sibuk dengan resleting belakang gaunnya yang tidak mau menutup sempurna.

Ellen lompat dari kasur dan langsung berdiri di sebelah Jo. "Aku tidak lihat Nollan. Apa dia benar-benar menghilang semalam?"

"Lupakan dulu tentang Nollan. Lebih baik bantu aku merapatkan Zipperku," pinta Jo sambil merentangkan tangannya.

"Ikatkan talinya juga," inbuhnya.
Ellen langsung membantu menyelesaikan masalah Gaun dan, "Apa kita perlu mengabari Ayah kalau kita sudah sampai kemarin malam? Sebenarnya aku tidak berharap, tapi dia perlu tahu, kan?"

"Tapi aku merasa tidak ada telfon di sini." Jo mengedikkan bahu lalu berbalik.

Ellen berjalan meraih topi baseballnya di sebelah bantal. "Kurasa kita harus tanya ke Bibi En. Siapa tahu dia punya telfon. Dan ya, kak Jo." Dia ingat sesuatu, "Kita belum bertemu Kakek."

"Oh, ya ampun." Jo menepuk jidatnya, kaget. "Aku sampai lupa kalau kita belum bertemu Kakek." Dengan cepat melepas kaos kakinya dan membuka pintu. "Kurasa Nollan sudah bertemu. Makanya kita tidak melihatnya."

Dua pasang kaki mereka berdebum melewati lorong dan menuruni tangga, sangat cepat hingga dalam sekejab mereka sampai di ruang makan. "Itu Bibi En." Ellen memberitahu.

Nyonya En Cuthpert tengah meletakkan mangkuk makanan di atas meja. Menyiapkan piring, minuman, dan menata serbet. Kedua gadis itu mendekat memperhatikan sederet makanan yang seakan berkilauan tertimpa cahaya matahari dari luar jendela. Tapi yang paling membuat perut keduanya berkeruyuk adalah roti tawar dan madu. Ada beberapa masakan berbahan jamur, kedelai, pai madu, susu, kentang rebus, ikan goreng dan manisan asam dalam toples. Jo menelan ludah lalu menyapa sekaligus menawari bantuan, "Selamat pagi Bibi En? Apa ada yang bisa kami kerjakan?"

ARVELON : The Little CarpenternTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang