3
|Hutan Avalon dan Rumah Kacang Tupai|
"Aku hanya ingin kau tahu, bahwa sekekar apapun tubuhmu kau bukan apa-apa di mata pengecut yang tidak pernah mau menyerah."
~Quito~
Ini merupakan siang yang panjang teruntuk Paul, Nollan, dan Si paling tenang, Jovita. Sebelumnya mereka berhasil mengikuti para makhluk penghuni Avolen ke sebuah gubuk berbentuk kacang tupai, lalu turun ke sebuah lubang tersembunyi di bawah kasur jerami dan mendekam di bawah sana selama berjam-jam. Lubang itu merupakan jalan menuju terowongan persembunyian rahasia, ukurannya tidak terlalu luas, di tambah pengap, yang mengharuskan mereka berdesakan walau tidak sampai membuat nafas mereka buntu.
Jovita, Nollan, dan Paul berdiri saling berdekatan di samping undakan tangga jerami-tidak ada satu katapun yang mampu di utarakan ketiganya ataupun para makhluk Avolen. Keheningan tercipta, bahkan Jo mulai ragu saat hendak menelan ludah, atau Paul yang takut berdehem saat tenggorokannya terasa gatal. Sementara Nollan berulang kali mencoba menatap Tuan Grimbel beserta Istrinya yang memang berdiri tepat di hadapan mereka-kali ini mahkota dengan segala pernak-pernik di tubuh keduannya tersamarkan oleh ekpresi ketegangan.
Sekarang Jo mulai berani merapatkan tali pinggangnya yang longgar, sementara tuan Bible menunduk meraba lehernya yang pendek lalu bergulir mengelus jenggot merah jagungnya. Dia merasa bersalah dan menyesal karena telah meninggalkan Ellen di luar sana, seharusnya dia mengangkat atau menyeret gadis itu tidak peduli jika Edward datang lalu mengutuknya-tapi ya, tidak semua orang berani melawan rasa takut mereka.
Susana benar-benar hening, sampai Tuan Bible yang duduk di antara kaki besar Tuan Muth-yang mati-matian menekuk punggungnya ke depan agar tubuhnya muat mengisi terowongan-membuka obrolan, "Maaf. Tuan Grimble."
Tuan Grimble hanya menoleh di ikuti makhluk lainya, 'tak terkecuali Nollan beserta Jo, dan Paul.
Tuan Bible melanjutkan sesaat setelah menelan ludah, "Anak perempuan itu, Ellen. Kaki gadis itu terlalu pendek dan kecil, dia juga tidak mahir berlari. Semua orang ketakutan tadi sampai tidak ada yang memperhatikan gadis itu. Hanya aku ... Anak itu terjatuh, aku ingin menolongnya, tapi, kereta Edward sudah dekat, jadi ak...."
Tuan Grimble langsung memotong kalimat pria berjenggot itu dengan nada marah, tapi tidak kasar, "Aku yakin kalau Edward sudah menangkapnya." Raja itu enggan (Tak punya cukup keberanian) menoleh ke arah tiga bersaudara di hadapnya saat melanjutkan kalimat. "Seharusnya kau tidak meninggalkan anak itu, Bible. Gadis itu terlalu polos untuk Edward, dia bisa melakukan apapun agar Avelon tetap berada dalam genggamannya. Aku tidak bilang kau tidak bertanggung jawab, tapi ini sebuah kesalahan, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Edward pada anak malang itu." Kata terakhir diakhiri erangan. Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahan Bible, dan Grimble tahu itu. "Jelas ini bukan hal baik, kita harus melakukan sesuatu. Kita harus cari jalan keluarnya." tambahnya.