10. Kantor polisi?

759 128 40
                                    

Warpen sudah menjadi salah satu warung tongkrongan ternyaman untuk Rigel dan kawan-kawan. Terbukti dengan sejauh-jauhnya Rigel kabur, si bungsu Nataprawira itu akan kembali ke Warpen yang memang sudah seperti markasnya sendiri karena sang pemilik warung pun tak pernah mempermasalahkannya, malahan sang pemilik warung tersebut senang jika Rigel dan kawan-kawan kumpul di warungnya yang mana dengan kehadiran mereka secara tidak langsung Warpen pun menjadi laris manis. Bukan hanya itu, sang pemilik warung pun sudah dekat sekali dengan anak-anak yang kerap kali nongkrong di warungnya khususnya Rigel dan kawan-kawan.

Seperti saat ini, setelah membantu Rigel untuk melarikan diri. Ketiganya yang tak lain adalah Rigel sendiri, Raka dan Barry tengah mengistirahatkan diri mereka di Warpen.

"Gel, gue sama Barry udah taruhin nyawa nih buat jemput lo yang nekat kabur dari rumah, tapi.. Kenapa kaburnya malah ke Warpen anying? Sia-sia ga sih?" ucap Raka membuka obrolan di antara ketiganya.

"Lo ngerti konsep dari melarikan diri alias kabur ga sih, Gel? Orang normal tuh kabur nya ke luar kota, ke tempat yang ga mungkin bisa di cari keberadaannya. Lha ini? Kita di Warpen anying, like.. EMANG GA ADA TEMPAT YANG JAUHAN DIKIT?!" Barry ikut menambahkan dengan penuh emosi, sedikit sih.

"Capek ah kalau tempatnya jauh, mending juga di Warpen tempatnya adem dan asri. Entar deh gue pikirin next nya mau kemana, sans dulu ga sih?" sahut Rigel dengan santainya seraya menyeruput es kopi susu yang baru di pesannya.

"Ini kalau kita ketauan bawa kabur lo sanksi nya apa, Gel?" tanya Raka yang sedari tadi emang was-was, takut ketauan keluarga Nataprawira. Ingatkan sekali lagi bahwa Rigel adalah anak bungsunya keluarga Nataprawira.

"Ya paling kita berdua bakal di intropeksi," bukan Rigel yang menjawab melainkan Barry.

"Kok intropeksi?!" sewot Raka.

"Ya terus?"

"Harusnya interview ga sih?"

"Interview ceunah, lo mau ngelamar jadi tukang kebun di rumahnya Rigel?! Ya emang sih muka lo cocok banget Rak jadi kang kebun, tapi jangan di rumah Rigel juga lah, rumah gue aja gue bayar gratis!"

"introgasi goblok, kenapa sih gue punya temen pada bego kaya gini? Makanya lo berdua tuh belajar, jangan bolos mulu kerjaannya," ucap Rigel.

"ELU ANYING!" sahut Raka dan Barry kompak membuat Rigel tertawa pelan.

"Gue ingetin ya siapa yang chat di grup minta bantuan buat kabur dari rumah?!" cetus Raka.

"Nah bener! Mana posisinya kita lagi belajar–"

"Gue tau ya lo berdua lagi diem di Warpen alias bolos," Rigel menyela dengan cepat seraya melemparkan kentang goreng yang tengah ia makan pada kedua temannya.

"Eh iya juga sih hehe," cengir Barry.

"Terus sekarang gimana, Gel?" tanya Raka.

"Ya macam tuh lah," jawab Rigel seadanya.

"Nih anak emang ga ada takut-takutnya, lo emang ga takut apa entar di amuk keluarga Nataprawira?" Barry yang tengah memakan cireng pun menimpali.

"Ya takut sih, tapi gapapa di hadapi aja, gue kan laki-laki sejati."

"Gipipi di hidipi iji, gii kin liki-liki sijiti. Hilih tai, kalau lo laki-laki sejati, lo ga akan baru kaya gini Rigel!"

"Yaudah sih udah terlanjur ini. Mau ketauan apa engga, ya urusan nanti lah."

Barry dan Raka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Rigel yang sangat awikwok ini. Bagaimana anak bungsu Nataprawira ini masih bisa santai padahal dalam hati Barry dan juga Raka, mereka tengah ketar-ketir karena takut ketauan telah membantu aksi kaburnya si bungsu Nataprawira.

•What If Orion & Rigel Live Together•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang