Malam harinya kondisi Orion masih sama, ia masih harus berjuang di ruang ICCU yang mengerikan itu agar bisa melewati masa kritisnya. Ucapan dokter Arlen benar-benar menampar keluarga Nataprawira, tak ada yang baik-baik saja setelah mereka mengetahui kondisi Orion, terutama si bungsu Rigel. Saat ini yang menunggu di ruang tunggu ICCU hanya ada Gibran, si sulung Alaska, Kavin dan juga Zayn. Sedangkan si cantik Aletta baru saja pulang bersama ibu dan adik bungsunya menuruti perintah sang ayah agar mereka beristirahat di rumah saja biar para laki-laki yang menjaga Orion di rumah sakit. Rigel juga sempat bersikeras tak mau pulang, namun sang ayah tetap memaksanya pulang untuk beristirahat.
Dan sepulang dari rumah sakit yang Rigel lakukan saat ini hanya melamun. Sesekali terlihat air mata mengalir di kedua pipinya. Nampaknya Rigel lah yang paling shock atas kondisi sang kakak karena sebelum kakaknya kembali collapse mereka sempat berbicara empat mata yang mana dapat Rigel lihat sorot kecewa terlihat di kedua netra sayu sang kakak saat itu.
"Kak, gue minta maaf kak.. gue bener-bener minta maaf, tolong jangan tinggalin gue, jangan pergi.." lirih Rigel.
Kamarnya saat ini sudah tak berbentuk. Ya, barang-barang berserakan dimana-mana. Bahkan terlihat ada serpihan dari kaca yang berceceran di lantai bercampur dengan darah yang keluar dari punggung tangan Rigel.
"Kalau terjadi sesuatu sama lo gue harus gimana? Gue ga bisa kak, ga bisa.."
•••
Keesokan harinya Gibran, Alaska, Kavin dan Zayn masih menunggu di depan ruang ICCU, sudah semalaman mereka menunggu namun masih belum ada kabar baik mengenai kondisi Orion di dalam sana, kondisinya masih sama saja bahkan dokter Arlen yang baru selesai visit pun mengatakan bahwa tidak ada perkembangan sama sekali, sang dokter hanya meminta agar keluarga Nataprawira terus berdo'a dan tim medis akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk Orion, agar ia tetap berada di antara mereka.
Baik Gibran maupun anak-anaknya hanya duduk dalam diam. Raut lelah terlihat sangat jelas di wajah mereka lantaran semalam hanya bisa tidur sebentar dan saling bergantian menjaga satu sama lain berharap bahwa akan ada berita baik, namun sayangnya nihil yang mereka dapatkan hanya kondisi Orion yang terus naik turun, tidak stabil. Gibran dan ketiga anaknya masih terdiam hingga tak lama dapat mereka dengar derap langkah yang berjalan menghampiri mereka.
"Yah, mas, Kavin, Zayn.." panggil seseorang itu yang tak lain adalah si cantik Aletta.
"Al.."
"Ayah, mas Aka, Kavin sama Zayn istirahat dulu ya? Biar Ale yang gantian jaga disini hari ini Ale free kok. Ayah, mas Aka, Kavin sama Zayn makan dulu gih di kantin rumah sakit, dari kemarin malam kalian kan belum makan," ucap Aletta.
"Iya mbak nanti kita makan, mbak kesini ga sama ibu? Ga sama adek juga?" tanya Gibran.
"Ibu masih istirahat di rumah yah, pas Ale cek ibu masih tidur jadi Ale biarin ibu istirahat aja. Kalau adek.." si cantik nampak menggantungkan ucapannya.
"Adek kenapa, mbak?"
"Adek ngurung diri di kamar yah, ga mau keluar dari semalem. Tadi aja Ale ajak adek untuk ke rumah sakit tapi adek ga nyaut, pintu kamarnya di kunci dari dalam," jawab Aletta dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.
"Yaampun adek.." Gibran mengurut pangkat hidungnya pelan, "yaudah gini aja biar ayah pulang dulu, ayah coba ngomong sama adek biar ga nyalahin diri sendiri terus menerus karna kondisi Rion saat ini bukan salah adek."
KAMU SEDANG MEMBACA
•What If Orion & Rigel Live Together•
FanfictionJika kehidupan selanjutnya itu ada, bagaimana jika Orion dan Rigel hidup bersama?