#3

69 29 31
                                    

± HAPPY READING ±

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

± HAPPY READING ±



Satu hal yang paling ia sukai dalam kehidupan adalah ketenangan. Mungkin itu juga menjadi suatu hal yang diinginkan semua orang. Tapi bukan kah mendapat kan nya tak semudah itu? Sebagaimana mereka selalu berisik membicarakan hal yang sekira nya tak begitu penting, Berceloteh tanpa makna. Dan tanpa mereka sadari mereka telah merenggut ketenangan seseorang. Berhasil mengacaukan pikiran yang sebelum nya terkesan damai.

Seperti hal nya yang dirasakan Zenya kini, Kedua mata nya terpejam erat menahan emosi yang sedikit lagi akan meledak, akibat ulah para gadis yang tengah bercengkrama dibelakang kursi nya.

Mereka membicarakan Zenya dengan terang-terangan. Mengatakan bahwa Zenya adalah seseorang yang sangat membosan kan, tidak suka berbagi apalagi dalam hal nyontek menyontek.

“Siklus orang yang takut tersaingi ya gitu gak sih?”

“Iya, bilang nya sih belum selesai eh tapi ngumpul paling awal, kocak banget anjir”

Zenya bangkit dari kursi nya dan menoleh kearah belakang, dimana Sintya bersama dengan 3 teman nya yang lain tengah asik membicarakan nya.

“Kalian sehari gak ngebacotin orang kayak nya gak bisa ya?”

Sintya tertawa kecil, yang dimana tawa itu terlihat menyebalkan dimata Zenya.

“Waduh... Ga bisa tuh, ajarin jadi orang sok alim kayak lu dong, puhh sepuhhh”

Zenya menatap Sintya dengan penuh amarah, namun ia berusaha untuk terus mengontrol emosi agar tak terjadi keributan..lagi.

“Anjay suhu, ampun dah” imbuh Yera, salah satu teman sepergaulan Sintya.

“Cuma karena gak ngasih contekan, kalian jadi gini?” Rindu menyahut, dia adalah anak yang paling polos dan baik, namun sayang nya dia masuk kedalam kelompok Sintya.

“Udah mending lu diem deh ndu, bukan perkara contekan doang ini” Gea menyikut lengan Rindu memberi peringatan, Rindu yang dasar nya memang anak O2N hanya bisa menurut.

“Gausah bacotin gua dibelakang. Sekarang bilang, apa yang bikin kalian ngerasa ke ganggu? Gua gak ngasih contekan? Iya? Kalian masih punya otak kan? Gunain dong, kalo kalian apa-apa nya aja harus nyontek kalian sama aja kayak gak ngehargain tuhan. Dia ngasih kalian otak itu ya buat mikir, bukan cuma pajangan doang. Payah banget”

Mendengar apa yang baru saja Zenya ucapkan, Sintya bangkit dari kursi nya. Bergerak maju mendekati Zenya dengan nafas memburu.

“Pinter banget omongan lo, terus jadi anak yang pinter ya ZENYA!” Sintya berteriak saat menyebut nama Zenya bersamaan dengan telapak tangan nya yang tanpa permisi menjambak surai hitam milik Zenya dengan kuat, hingga membuat sang empu meringis kesakitan.

PERSADA JIWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang