Masih merindu.

138 48 35
                                    

± HAPPY READING ±

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

± HAPPY READING ±









Cklek.

"bun.."

Jenan perlahan membawa langkah nya memasuki kamar sang bunda, kamar yang dulu sangat hangat kini terasa begitu dingin karena pemilik nya yang sudah tidak lagi memancarkan cahaya hangatnya.

Helaan nafas terdengar berat dari buah bibir Jenan kala melihat pemandangan yang beberapa bulan terakhir tak pernah berubah, dimana diatas ranjang itu sang bunda hanya terdiam sembari membuka sebuah memory book yang didalam nya terdapat banyak sekali foto sikecil Regan, Jenan, juga Bunda nya.

Dengan berat, Jenan mendudukan bokong nya disamping ranjang dekat bunda nya duduk, menatap wajah ayu itu dari samping, wajah yang sudah lama sekali tidak melukiskan sebuah senyuman indah seperti waktu itu, saat Regan masih disini bersamanya.

Jenan membawa tangan nya untuk menggenggam tangan sang bunda yang sibuk mengusap usap foto Regan disana, membawa tangan itu kepangkuan, mengusap nya lembut sesekali mengecup nya dengan gerakan lambat.

"Bunda Jenan mau ngomong" kata Jenan, pandangan nya masih enggan untuk beralih dari wajah sang bunda.

Laras mengangkat wajah nya untuk sekedar menatap putra nya yang kini tersenyum kearah nya, namun Laras hanya mampu membalasnya dengan bibir terkantup rapat.

"Hari ini Jenan menang olimpiade IPA, Jenan seneng banget bun...sebagai perayaan, bunda mau ngga Jenan ajak makan malam diluar nanti?"

Jenan menatap penuh harap bunda nya, sungguh semenjak kejadian dimana Regan nya pergi dari rumah, bunda nya jadi jarang sekali membuka suara bahkan Jenan tak pernah medengar suara lembut khas milik bunda nya lagi, yang ia terima jika mengajukan sebuah pertanyaan dan pernyataan hanyalah anggukan juga gelengan kepala saja sebagai balasan yang bunda nya berikan.

Laras diam, ia membuang pandangan kearah foto Regan kembali, mengacuhkan Jenan begitu saja.

Jenan yang melihat itu merasa sedikit sakit, terkadang ia berpikir bunda nya sangat lah egois, disini bukan hanya ia yang merindukan bahkan menginginkan Regan kembali tetapi Jenan pun sama, sama rindu nya, sama sakit nya. Tetapi bukan kah waktu harus terus bergulir? Tidak selama nya kita harus stuck ditempat yang sama bertemani rasa sakit, sementara dunia harus terus berjalan sebagaimana mesti nya.

Jenan menghela nafas sejenak untuk menetralkan rasa bergemuruh didada nya, Lantas ia mengusap kembali punggung tangan bunda nya yang masih senantiasa ia genggam.

"Jenan izin keluar buat kerja kelompok dirumah Malvin, nanti pas Jenan pulang bunda mau Jenan bawain sesuatu?"

Laras menggeleng singkat sebagai jawaban atas pertanyaan Jenan, dan Jenan lagi lagi harus tersenyum sembari mengangguk tanda mengerti.

"Jenan pulang nya ngga larut kok bun, kisaran jam 8 malem Jenan udah pulang"

Laras melepaskan tangan nya dari genggaman Jenan dengan lemah, lantas ia menutup buku memori itu dan meletakannya diatas nakas dekat ranjang, kini ia gunakan atensi nya guna menatap penuh putra sulungnya.

PERSADA JIWA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang