Chapter 3

340 53 61
                                    

Ayo di VOTE sebelum lanjut scroll ‼️

Sekian terima Jihoon 🐶

Selamat membaca















Ruangan sempit dengan cahaya temaram, tanpa jendela atau lubang sedikitpun sebagai jalan masuk cahaya, belum lagi debu yang sangat banyak serta sarang laba-laba di setiap sudut ruangan, benar-benar tampak mengerikan bagi Andira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan sempit dengan cahaya temaram, tanpa jendela atau lubang sedikitpun sebagai jalan masuk cahaya, belum lagi debu yang sangat banyak serta sarang laba-laba di setiap sudut ruangan, benar-benar tampak mengerikan bagi Andira. Apalagi saat ia terbangun tangannya telah terikat dengan tali serta mulutnya yang dibekap dengan lakban. Andira tentu panik menyadari dirinya yang diculik dan tak tau harus bagaimana sekarang. Andira tak mengenal tempat ini, belum lagi ruangan sempit ini membuat Andira sesak, otaknya tak dapat bekerja dengan baik.

Pintu yang berada di hadapan Andira terbuka dan menampakkan dua pria asing dengan wajah yang menyeramkan dan tubuh yang besar. Bahkan salah satu dari pria itu memiliki tato di setengah wajahnya, dan satunya lagi memiliki bekas luka di mata kirinya. Andira yang ketakutan menundukkan kepalanya, tak berani menatap orang-orang aneh dan menyeramkan itu.

"Rupanya kau sudah bangun. Bagaimana tidurmu, gadis manis?" tanyanya seraya melepaskan lakban di mulut Andira.

Andira bergeming, tetap pada posisinya tanpa bergerak atau bersuara sedikitpun, Andira terlalu takut untuk melakukannya. Namun, ternyata hal itu malah mengundang amarah dua orang itu. Pria dengan tato di setengah wajahnya menjambak rambut Andira hingga kepala Andira mendongak ke atas. Satu tamparan mengenai pipi Andira hingga tepi bibirnya mengeluarkan darah.

"Mau berpura-pura tuli, hah?!" geramnya di depan wajah Andira.

Andira berusaha menjauhkan wajahnya meskipun karena itu kepalanya menjadi semakin sakit, ditambah rasa perih dari bibirnya yang berdarah. Sungguh, rasa sakit itu tak tertahankan hingga Andira menitikkan air matanya. Kulit kepala Andira seperti ingin lepas rasanya.

"T-tolong lepas," mohon Andira.

Dua orang pria itu saling berpandangan satu sama lain kemudian tertawa terbahak-bahak. Nyali Andira yang sudah ciut semakin menghilang melihatnya, tawa mereka terdengar menyeramkan di telinga Andira.

"Hei, bagaimana bisa lepas jika kita saja belum mulai memasukkannya?" tawa mereka semakin pecah mendengar perkataan pria bermata satu itu. Namun tidak dengan Andira yang semakin bergetar ketakutan.

"Jangan takut, kami tak akan kasar," ucap pria bertato di wajah.

"Tidak, kumohon…"

"Apa yang kalian lakukan?" jambakan itu akhirnya terlepas saat seseorang masuk dan bertanya kepada dua orang pria itu, "bukankah bos sudah melarang untuk menyentuhnya?" ucapnya lagi dengan nada yang terkesan dingin dan mengintimidasi.

"Hanya sedikit bermain-main," jawab pria bermata satu dengan santai.

"Cepat keluar!" sergahnya lalu pergi.

The Faith | Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang