Luka

19 4 0
                                    

Happy Reading







Luka adalah kata yang menyakitkan,
Luka hanya lah sebuah kata
Namun semua manusia pasti memiliki luka itu.
Luka fisik maupun luka batin

--the beginning of happiness--








"Gue kasian sama Nina bisa-bisanya Sindi lakuin itu." ucap Mora mengaduk-aduk bakso nya yg belum di makan.

Erin memicing kan matanya, Erin muak sedari tadi Mora masih terus memikirkan masalah kemarin.
" udahlah Mor nggak usah di pikirin, itu kan urusan dia bukan kita." sahut Erin sembari memasukkan satu suapan bakso ke mulutnya.

"Tapi om lo? " tanya Mora.
"Nggak tau, tapi......... Gue nggak Yakin kalau Nina bakal aman, om gue bakal terus nyari tau siapa yang udah sebar vidio itu."jawab Erin menatap Mora dengan tatapan sendu. Erin juga kasian ke Nina namun Erin tidak ingin mereka kena imbas.

" kita bantuin Nina yah Rin." bujuk Mora.

Erin menghembus napas pelan. "kali ini dengerin gue yah, gue takut kita kena masalah." Erin menggenggam tangan Mora memohon agar Mora tidak membantahnya.

Mora menatap Erin dan terdiam beberapa detik, lalu mengangguk.

" cepat makan tinggal 15 menit kita masuk kelas." ucap Erin melihat jam di pergelangan tangannya.

Mora dan Erin menghabiskan makanan mereka lalu kembali ke kelas. Mereka memutuskan untuk tidak ikut campur urusan  Nina. lebih baik memikirkan masalah sendiri daripada memikirkan masalah orang, belum tentu orang lain memikirkan masalah kita lebih baik memikirkan diri sendiri dan sayangi diri sendiri.

*****


Flasback



"Langsung ke intinya aja." sahut Nina.
Mora dan Erin hanya memandang satu sama lain lalu mengangguk.

" alasan gue lakuin itu karna daddy gue pernah selingkuh sama Sindi." ucap Nina dengan tatapan lurus ke depan

Mora dan Erin membulat kan mata, ternyata Sindi selingkuh bukan hanya dengan omnya ternyata dengan daddy Nina juga.

"Mommy gue meninggal juga gara-gara Sindi." lirih Nina menatap Mora dan Erin dengan tatapan sendu. Mora pikir Nina kuat namun ternyata setiap manusia memiliki sisi kelemahan mereka masing-masing.

"Mommy gue stroke pas tau daddy gue selingkuh dan akhirnya....... " ucapan Nina tertahan tak sanggup melanjutkan kalimat nya.

"Udah, udah nggak usah di lanjutin." Mora menenangkan Nina.

" dulu... Keluarga gue harmonis banget kami sekeluarga saling menyayangi dan saling melengkapi. Tapi...... "Lirih Nina lagi. Tatapan Nina seketika menjadi tatapan kerinduan yang mendalam. Tiba-tiba tatapan Nina berubah menjadi tatapan kosong " dia datang dan hancurin semuanya ."

" nyawa harus di bayar nyawa." Nina tersenyum mengangkat sebelah bibirnya.

******

"Maaf yah Mor, gue nggak bisa anterin lo." lirih Erin merasa bersalah karna tidak bisa mengantar Mora kerja.

Mora tersenyum lalu mengangguk"nggak papa Rin gue bisa naik ang... "

"Biar gue yg anter."Gevano memotong ucapan Mora, Gevano mendekati Mora dan Erin berdiri tepat di hadapi Mora lalu tersenyum ke arah Mora.

" nggak papa kak aku bisa naik angkot."Mora membalas senyuman Gevano dengan kikuk

"Dari pada kamu buang-buang uang buat bayar angkot, lebih baik nebeng sama aku. Rumah ku sama tempat kerja kamu kan searah." Gevano melirik Erin agar membujuk Mora.

"Iya Mor benar kata kak Gevan, lo nebeng aja dari pada lo buang-buang duit." usul Erin.

Mora menatap Erin dan Gevano secara bergantian, 1 detik, 2 detik, Mora pun mengangguk.

"Yuk." ajak Gevano.

"Gue duluan ya Rin, bay." pamit Mora ke Erin.

"Bay Mor." Erin melambaikan tangan ke Mora lalu tersenyum.

Gevano jalan mendahului Mora dan Mora mengekori Gevano dari belakang.

"Gue harap lo bisa Terima kak Gevan Mor." Gumam Erin menatap punggung Mora.


******

Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Mora dan Gevano sibuk dengan pikiran masing-masing, sedari tadi Gevano senyum-senyum sendiri memandang wajah cantik Mora dari spion motor nya.
Menurut Gevano Mora adalah perempuan paling cantik yang ia temui. Muka Mora yang tanpa make up dan bibir nya yang di polesi sedikit lipstik. Namun, sangat cantik apalagi Mora memakai make up pasti seperti bidadari.

"Cantik." batin Gevano.

Sedari tadi Mora hanya memandang jalan yang ramai yg di penuhi motor dan mobil yang berlalu lalang. Mata Mora tak sengaja melihat dia anak kecil umur mereka sekitar 9 atau 10 tahun, kedua bocah itu memungut sampah yang ada di samping jalan.
Tubuh mereka Kurus kering seperti tidak pernah makan, dan memakai pakaian compang-camping. Mora hanya bisa menatap mereka dari kejauhan, seketika air mata Mora lolos dari matanya yg sedari tadi ia tahan. Mora bersyukur karna karna dia masih memiliki seorang nenek, masih bisa sekolah, masih bisa makan, masih bisa minum dan masih bisa tinggal di rumah yang layak di huni.
Tapi, bocah-bocah tadi yang masih kecil harus bekerja banting tulang untuk mencari sesuap nasi. Mereka tersenyum seakan-akan tidak ada beban hidup. Namun Mora masih sering menyalahkan Tuhan karna jalan hidup yang tidak ia ingin kan.
Mora yakin Tuhan sedang merancang kehidupan nya.

Gevano menaut kedua alis nya melihat Mora tiba-tiba menangis "kamu kenapa?. " tanya Gevano khawatir.

"Nggak apa-apa kak, cuma kelilipan aja." Mora tersnyum lalu mengusap pipi nya.
Gevano pun mengangguk.

Hitung beberapa menit akhirnya mereka sampai di tempat kerja Mora.

"Makasih ya kak, udah anterin Mora." ucap mora ramah.

Gevano pun ikut tersenyum "iyaa sama-sama, yaudah aku pergi dulu ya." pamit Gevano.

Mora mengangguk dan tersenyum.

"Bay." Gevano melambaikan tangan ke arah Mora.

"Kak tunggu!." cegah Mora.
Gevano menautkan kedua alisnya menatap Mora bingung.

"Helemnya ketinggalan." Mora menyodorkan helem ke arah Gevano dan di Terima oleh Gevano.

"Sekali lagi makasih kak." ucap Mora tersenyum.

Gevano mengangguk dan menancap gas motor nya lalu melaju pergi dari hadapan Mora.









Apakah harus dia?
Tapi perasaan ini tidak bisa di paksa.

--the beginning of happiness--

















Maaf yah hari ini up nya Diki soalnya lagi sibuk banget
Dan pikiran aku juga lagi kacau banget
Semoga kalian nggak bosan buat baca cerita ku
Jangan lupa vote and komen.

THE BEGINNING OF HAPPINESS(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang