***
Pagi adalah titik di mana kita memulai segala hal baru. Gladsyta memulai harinya dengan persiapan mental untuk menghadapi kenyataan atas pengumuman SNBP sore nanti, sedari kemarin perasaannya tak karuan, takut akan hasilnya tak sesuai kenyataan.
Selesai melakukan rutinitas paginya, Gladysta beranjak pergi ke dapur, membuka laci pada seat kitchen di kostnya, mengambil satu sachet kopi favoritnya dan menyeduhnya.
Merasa cacing di perutnya melakukan demo, Ia mengambil 2 helai roti tawar gandum dan memasukkannya dalam toaster, lalu mengoleskan nutella dan melipat rotinya menjadi 1 helai pada genggamannya.
Sembari berjalan menuju kamar, Ia menyantap rotinya lalu mendudukkan dirinya di meja yang menghadap pada jalanan Kota Bandung.
Pukul 11:00 kondisi Kota Bandung hari ini terlihat mendung, bahkan matahari tak nampak wujudnya, terlebih lagi sedang di musim penghujan.
Gladysta beranjak dari kursi dan mengambil helmnya. Rencananya, hari ini Ia akan mengantar kekasihnya membeli peralatan yang dibutuhkan untuk tugas kuliahnya, semalam saat berbicara lewat telepon, kekasihnya meminta dirinya untuk menemaninya membeli beberapa barang.
Rambut sebahunya Ia catok, membuat layer bob di shorthair-nya yang nampak indah dan halus, tak lupa Ia pakaikan vitamin pada rambutnya, jangan lupakan wangi Chanel Coco khas-nya. Ia bergegas turun karena Lelaki kesayangannya sudah menunggu di bawah.
Saat pintu terbuka, matanya langsung dapat melihat Lelakinya yang sudah stay dengan Arzy—motor kesayangannya.
"Selamat siang, Tuan Putri" ucap Lelaki itu dengan membungkukkan badannya seolah-olah memberi hormat pada kekasih anggunnya. Matanya menyipit karena lengkungan di bibirnya.
Gladysta tertawa menatap tingkah lucu kekasihnya itu, Lelaki yang ada di depannya sekarang tak pernah sekalipun gagal membuat dirinya tertawa dan merasakan kupu-kupu berterbangan di mana-mana.
"Selamat pagi, Pangeran hatiku" Gladysta membalas dengan sapaan yang tak kalah manisnya, membuat Lelaki itu merasakan kupu-kupu mengintai dirinya secara tiba-tiba.
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan membawa helm yang berada dalam genggaman Gladysta, namun tersadar akan sesuatu, Ia menghentikan aktivitasnya.
"Sayang?" Ardo mengulurkan tangannya pada rambut kekasihnya, mengelus pelan pada jepitan yang terpampang di sana.
Gladysta mengerutkan keningnya, tingkah apa lagi yang kekasihnya keluarkan? Ah, sebentar, Ia tak tahan melihat ekspresi Lelaki di depannya, sangat lucu.
"Cantik banget hari ini? lebih dari hari-hari biasanya, layer bob sangat cocok dengan wajah cantik kamu"
"Lebay" satu kata namun mampu membuat Ardo tertawa karena kondisi pipi gadisnya itu memerah.
Lelaki itu segera mengambil helm yang ada pada genggaman Gladysta dan memasangkannya dengan hati-hati.
Ricardo memang tak pernah sekalipun melewatkan rutinitasnya setiap pergi keluar bersama kekasihnya. Memasangkan helm, menurunkan footstep, membukakan helm, membawakan tas belanjaan, dan hal lain sebagainya.
Dahulu, Ardo bukan tipe yang terlalu memikirkan percintaan, bahkan hampir mengutuk teman-temannya karena sibuk dengan dunia percintaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sraddha
Teen FictionApakah semua orang percaya akan orang tulus tak akan pergi bagaimanapun kondisinya? Memang, sulit untuk menghindar dari adanya people come and go, tapi percayalah akan "orang tulus tak akan memilih pergi" itu nyata. Ini kehidupanku, Kehidupan meman...