2

1.6K 151 17
                                    

Senin pagi di kediaman keluarga Retania, empat Retania itu berkumpul di meja makan menikmati hidangan yang disiapkan oleh Ibu Mijah, asisten rumah tangga yang mengabdi dari Pharita berumur dua tahun hingga sekarang.

Ibu Mijah tidak bekerja sendiri, ada Suaminya, Pak Anwar yang bertugas sebagai supir, dan anaknya bernama Mas Edi, yang mengurus kebun peninggalan mendiang Ayah dari keempat saudari itu.

Chiquita, gadis kecil yang sedang menikmati makanannya dengan diiringi celotehan kecil dari mulutnya, sesekali ia juga bersenandung sembari menggoyangkan kakinya.

Asa tersenyum lembut melihat adiknya, ia tidak ingin menegurnya karena ia tidak ingin membatasi ruang gerak adiknya itu.

Sama halnya dengan Rora, ia memerhatikan adiknya dengan senyuman, sesekali ia menanyakan apa yang sedang adiknya bicarakan pada Pharita, dan dengan senang hati Pharita memberi tahu setiap kalimat yang keluar dari mulut Chiquita.

Merasa perut dari mereka sudah terisi, Asa mengajak Rora dan Chiquita untuk berangkat dengannya, karena pagi ini ia ada kelas pagi.

Meski kampus dan sekolah kedua adiknya tidak berada dijalur yang sama, tapi itu bukan masalah bagi Asa.

Pharita tersenyum tipis melihat kepergian tiga adiknya, terkadang ia iri kepada adik-adiknya yang masih bisa bersekolah dan menikmati masa kecil hingga remaja.

Sedangkan dirinya hanya berdiam diri di rumah, ia tidak pernah merasakan rasanya belajar dengan seorang teman, Pharita home schooling dari SD hingga SMA. Namun tak apa, setidaknya ketiga adiknya tidak merasakan apa yang ia rasakan.

Bu Mijah membantu Pharita kembali ke kamarnya. Meski hanya bisa beraktivitas di dalam ruangan, Pharita sering melakukan berbagai kegiatan, terkadang ia membaca buku, ia juga mahir dalam bernyanyi dan bermain alat musik seperti gitar dan piano. Jadi, berdiam diri di rumah tidak begitu menyeramkan bagi Pharita.

Asa tersenyum tipis melihat Chiquita yang diam memerhatikan Rora yang bercerita padanya, sesekali Chiquita terkekeh melihat raut wajah Rora yang nampak ikut menjelaskan perasaannya.

"Guru sejarahnya suka bercanda, dia tidak bisa bahasa Isyarat tapi dia mencoba berbicara dengan Kakak dengan menuliskannya di buku tulis."

Guru-guru di sekolahnya teramat sangat baik pada Rora, mereka memperlakukan Rora selayaknya murid pada umumnya.

Terkadang jika Rora sulit menangkap gerakan mulut dari guru saat menjelaskan materi, ia akan bertanya dan dengan senang hati guru-guru akan menjelaskan kembali pada Rora.

"Bagus, kalau Kakak ketemu guru sejarahnya. Tolong sampaikan terimakasih dari Neyya."

Rora tersenyum dan mengangguk setelah Chiquita berhenti menggerakkan tangannya. Disisi lain Asa memberi tahu kepada adiknya karena telah sampai sekolah, Chiquita mengajak Rora untuk turun.

Asa ikut turun dari mobil, ia memerhatikan kedua adiknya lalu ia menatap pada Rora, Asa tersenyum hangat dan mengusap pelan surai milik Rora, membuat Rora juga melihatnya, Rora tahu akan ada yang Asa sampaikan padanya.

"Rora jangan terlalu keras belajarnya, santai saja ya. Jangan lupa makan siang juga. Nanti kakak jemput kamu sama adek."

Rora mengangguk mengerti, ia memeluk Asa sekilas. Lalu Asa berganti pada Chiquita, Rora ikut memerhatikan interaksi Kakak dan adiknya.

"Jangan tidur mulu di kelas dek. Tolong jagain Kakaknya kalau ada yang isengin." ucap Asa mengacak poni Chiquita, membuat sang empu berdecak sebal. Tolong jangan mengusik poni miliknya.

"Iya-iya. Tapi Neyya nanti gak langsung pulang ya. Kakak jemput Kak Rora aja, aku mau main sama Eunchae." ucap Chiquita membuat Rora melihatnya dengan wajah kebingungan, gerakan mulut Chiquita terlalu cepat, Rora sulit menangkapnya.

"Main kemana? Pulang jam berapa?" tanya Asa membuat Chiquita jengah.

"Caffe deket rumah Eunchae Kak, paling dua jam setelah bubar Sekolah juga aku pulang." ucap Chiquita diangguki Asa.

"Yaudah, kalian masuk gih. Kakak mau pergi." ucap Asa membuat Chiquita mengangguk dan langsung menarik tangan Rora.

"Neyya, hei!" ucap Asa membuat Chiquita kembali membalikkan badannya dan menatap malas pada Asa.

"Kenapa lagi Kakak?" ucap Chiquita dengan geram.

"Gak mau peluk Kakak? Rora tadi peluk Kakak loh, kok adek engga sih?"

Dengan langkahnya yang berat, Chiquita memeluk Asa dengan malas. Ayo lah, ia ingin cepat duduk di kursinya.

Rora dan Chiquita tak melepaskan tangannya yang saling bertaut, Chiquita mengantarkan Rora ke kelasnya, Rora sebenarnya satu kelas dengan sepupunya, Ahyeon.

Keduanya berada berada di kelas 12-IPA 1. Sedangkan Rami, ia adalah anak 12-IPA 3. Setelah sampai di depan kelas Rora, Chiquita memasukkan kepalanya ke dalam pintu, ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Ahyeon.

Sosok yang dicarinya sepertinya belum datang, Chiquita kembali ke posisi semula. Ia menatap Rora yang sedang memperhatikannya, Kakaknya itu terlihat bingung.

"Kakak kenapa kayak bingung gitu?" tanya Chiquita.

"Adek tadi bilang apa sama Kak Asa? terus adek kenapa barusan lihat-lihat kelas Kakak?"

Oh itu, Kakaknya pasti kebingungan dengan ucapannya tadi, terkadang ia harus memberi tahu apa yang sedang ia dan orang lain bicarakan pada Rora. Duh terkadang Chiquita lupa akan hal itu.

"Adek nanti pulangnya mau main dulu Kak. Kalau barusan ya adek mau lihat aja, siapa tau ada Kak Ahyeon." ucap Chiquita membuat Rora membulatkan mulutnya mengerti.

"Adek segera ke kelas ya, Kakak mau masuk."

Chiquita mengangkat jempolnya dan melenggang pergi, setelahnya Rora masuk ke dalam kelasnya. Meja dan kursi Rora berada paling depan tepat berhadapan dengan papan tulis, ia tidak memiliki teman sebangku.

Jika menanyakan kenapa Ahyeon sebagai sepupunya tidak menemani Rora, jawabannya cukup simple, Ahyeon tidak terlalu suka belajar, Ahyeon memilih meja paling belakang dekat tembok.

Chiquita berjalan di lorong kelas, sesekali menjawab sapaan dari beberapa teman dan kenalannya. Kakinya membawa pada plang yang bertulisan 11-IPS 2.

Tangannya terangkat menyapa teman sebangkunya, Eunchae. Satu-satunya sahabat yang bisa Chiquita andalkan.

"Tumben lo pagi-pagi udah disini." ucap Chiquita seraya mendudukkan dirinya disamping Eunchae.

"Yaelah Ney, gue tuh udah tobat ya asal lo tahu." ucap Eunchae dengan sombong membuat Chiquita memutar bola matanya malas.

Tangan kanannya memegang bahu kiri sahabatnya, membuat Eunchae memutar badannya menghadap Chiquita, ia menatap serius sahabatnya itu.

"Bener ya tobat? mapel ketiga gue ke rooftop sendiri aja berarti." ucap Chiquita dengan jari telunjuknya yang sudah berada didepan wajah Eunchae.

Dengan cepat Eunchae menangkap jari milik Chiquita dengan tangannya lalu memasukkan jari itu kedalam mulutnya, giginya ia rapatkan membuat sang empu mengerang kesakitan dan segera menarik jarinya.

"Sakit bego, ngapain lo gigit sih." ucap Chiquita dengan sebal, ia sedikit meniup jarinya yang memerah dan ada bekas gigi Eunchae disana.

"Lagian, udah tahu gua bercanda. Yakali lo sendiri kesana, sama gue lah." ucap Eunchae membuat Chiquita terkekeh pelan.

"Kan, emang gak bisa lo tuh jauh dari gue Chae." ucap Chiquita dengan bangga membuat Eunchae mencibirkan bibirnya.

GUYS, IDK WHYYYYY NOTIF UP-NYA GA MASUK (LAGI) MAU TANTRUM RASANYAAAA. EMOSI BANGET😇😇😇😇😇 

AKU NYOBA UP DI LAPTOP (MAGER BGT BUKA LAPTOP TUH) TAPI GAPAPA LAH, SEMOGA UDAH PULIH LAGI YA AKUNKU. ENJOYYYYYYYYYYY LOPPP

Almost PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang