35

877 134 76
                                    

Ahyeon dan Rami tak henti-hentinya menangis, Ruka yang sedari tadi mencoba membujuk anak kembar itu, sekarang telah terdiam karena lelah, biarkan saja kedua adiknya menangis hingga air matanya habis sekalian. Apalagi saat Ruka mencoba menenangkan, keduanya malah semakin menangis dengan kencang.

"Gak suka banget, gak ada Papah di sini." ucap Rami, yang entah ke-berapa kali mengatakan itu.

Ahyeon merasa energi untuk menangis semakin terisi saat melihat Rami.

"Gara-gara Oma Mela, pake selingkuh segala. Kan jadinya Papah yang jadi korban, kita jadi gak punya Papah sekarang."

Lestari berjalan menghampiri ketiga anaknya, ia meletakkan minuman dingin. Seolah tak terganggu oleh tangisan anak kembarnya, setelahnya ia duduk di sebelah Ruka.

"Minum dulu tuh, kasian tenggorokannya kering." ucap Lestari membuat Ruka terkekeh.

Dengan cepat anak kembar tersebut mengambil minum dan meneguknya hingga habis setengah. Lalu keduanya menghempaskan punggungnya pada sofa sambil terengah.

"Udah nangisnya? Cape?" tanya Lestari diangguki Ahyeon dan Rami.

"Mamah gak sedih?" Rami melontarkan pertanyaan pada Lestari.

Mengingat masalah yang baru saja menimpa keluarganya, bukan kah sangat aneh melihat reaksi Lestari yang biasa-biasa saja?

Lestari tersenyum tipis, Ruka juga sepertinya penasaran dengan jawaban Lestari, terbukti dengan berubahnya duduk Ruka yang semakin mendekat pada Lestari.

"Sedih, tapi mau gimana lagi. Papah yang ngelakuin aja legowo sama apa yang bakal Papah dapet nanti. Tadi aja masih bisa bercanda kan sama kita? Masa kita harus berlarut-larut sih, lebih baik kita berdoa buat nanti sidang, sering-sering juga tengok Papah bawain makanan enak."

Ahyeon dan Rami saling pandang, kenapa mudah sekali ya kalau berbicara?

"Tapi Papah udah gak sama kita loh Mah?" beo Ahyeon, ia benar-benar heran dengan reaksi Mamahnya ini.

"Selagi Papah masih sehat di lapas, terus kalian juga masih bisa makan dan baik-baik aja. Itu artinya Mamah mending mensyukuri hal itu daripada meratapi masalahnya."

"Tapi Mah-"

"Udah sayang, Mamah gak minta kalian buat cepet-cepet nerima. Mamah gapapa kok kalau kalian masih mau sedih ataupun marah. Tapi, Mamah cuma gak mau lagi ya denger kalian ngomong yang engga-engga sama sepupu-sepupu kalian. Mereka paling banyak dirugikan, kalian harus bisa ngerti posisi mereka." peringat Lestari.

"Iya tuh Ahyeon sama Kak Ruka parah banget. Rami gak tega liat Kak Pharita, mana kalian belum minta maaf lagi."

Rami mengompori Ahyeon dan Ruka, ia marah juga kemarin. Tapi untungnya ia masih bisa menahan mulutnya.

"Kakak udah ya minta maaf sama Neyya." bela Ruka.

Dengan cepat Rami menjawab, ia menggerakkan tangannya beberapa kali tanda tidak setuju. "Gak sah, Kak Ruka. Kita harus minta maaf lagi."

"Kamu juga gak usah nyalahin Kakak-kakaknya gitu."

Lestari berbicara, Rami langsung diam. Sedangkan Ruka dan Ahyeon tersenyum puas sambil menggoda adik bungsunya.

"Oh iya, kemarin yang udah di kantor polisi duluan siapa sih? Itu beneran yang bantu Papah ya Mah?" Ahyeon bertanya, ia mengingat kemarin ada satu orang yang sudah memakai baju tahanan lebih dulu.

"Iya, namanya Pak Amar. Sekertaris Om Arta yang diturunin jabatannya jadi karyawan biasa secara tiba-tiba."

Pantas saja orang itu membantu Ganta, padahal sudah tahu resikonya. Ternyata karena kelakuan semena-mena Arta sendiri.

Almost PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang