13

1K 136 9
                                    

Chiquita berkali-kali mengucapkan terima kasih pada kedua orang tua Eunchae, ia tak menyangka kedua orang tua sahabatnya itu sangat-sangat baik padanya, Chiquita jadi ragu jika Eunchae benar anak kandung dari orang tuanya itu, beda sekali sifatnya.

"Om, tante, sekali lagi terima kasih. Aku izin pulang dulu, terima kasih juga akunya sampe dianterin." ucap Chiquita. Om Anta harus lembur malam ini untuk mengantarnya, Chiquita tak enak sebenarnya.

"Sama-sama sayang, itu sudah keharusan kami. Tapi bener kamu gak mau nginep aja? ini udah malam loh." tawar Ibunya Eunchae, yang Chiquita baru tahu namanya adalah Mawar.

"Gapapa tante, aku pulang aja. Gak biasa nginep juga, takut dicariin."

"Kamu anak baik ya sampe takut nginep segala. Yasudah hati-hati ya, salam buat orang tua kamu." ucap Ayah Eunchae, Darma.

"Dadda, Neyya gak punya orang tua." ucap Eunchae memotong.

Chiquita hanya tersenyum tipis melihat wajah kaget orang tua Eunchae.

"Nak, maaf ya Dadda sama Momma ya." ucap Mawar merasa bersalah, lantas ia memeluk sekilas Chiquita.

"Gapapa kok Tante." ucap Chiquita.

"Orang tua itu gak harus Ayah sama Ibu kan, mungkin di rumah juga ada saudara ya?" ucap Darma diangguki Chiquita.

Chiquita memandangi rumahnya yang sudah gelap, ia berjalan masuk kedalam. Bu Mijah pasti sudah pulang ke rumahnya, Pak Anwar juga setelah mengantar Rora langsung pulang ke rumahnya, karena alasan kurang enak badan, makanya Asa yang menjemput Rora di rumah Ahyeon.

Chiquita menebak-nebak reaksi Kakak-kakaknya, melihat dirinya untuk pertama kali keluar malam tanpa izin, lalu pulang dengan tangan yang terdapat luka, namun matanya tak menangkap pergerakan manusia didalam rumah ini, bahkan sampai sekarang ia sudah ada dalam rumahnya, tak ada satupun notifikasi dari Kakak-kakaknya. Kenapa ia malah berharap Kakak-kakaknya akan mencari dan memarahinya?

Ia mencoba mencari saklar lampu dan menghidupkannya, siapa tahu ada Kakaknya yang sedang mencoba mengelabuhi, tapi nihil, tak ada siapapun. Semuanya sudah sibuk di dalam kamarnya masing-masing.

Karena itu, Chiquita kembali mematikan lampu dan berjalan ke dalam kamarnya, gadis itu segara membersihkan badannya. Setelah siap dengan pakaian tidurnya, Chiquita duduk memerhatikan kaktusnya, seperti biasa, ia kali ini butuh teman ceritanya. "Mr Hukky, kok Ney sedih sih?"

"Kenapa ya Ney malah berharap Kakak-kakaknya Ney marahin Ney, mereka larang Ney keluar malem lagi, terus abis itu mereka sayang-sayang Ney. Tapi kayaknya mereka semua juga lagi cape ya, jadi gapapa deh. Ney bisa urus dan sayangin diri Ney sendiri. Aduh tapi kenapa tetep aja sedih,"

"Oh iya Mr Hukky, Ney pengen tahu ngerasain disayang Mami Papi, kayak Eunchae disayang Momma sama Dadda-nya. Tapi sekarang sih udah gak mungkin ya? takut juga kalau sampe Ney baru disayang sama Mami Papi sekarang, merinding sih pasti."

Seperti ini lah, memang saat malam tiba semua pikiran muncul menghantui Chiquita, perasaannya juga menjadi sangat sensitif jika sudah seperti ini. Mulutnya bermonolog mencoba menenangkan dirinya sendiri, lain hal dengan buliran air mata yang malah semakin deras keluar.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, namun mata Chiquita masih belum terpejam, berkali-kali mencoba tertidur dengan mencoba berbagai macam posisi tidur, hingga tak sengaja tertidur karena kelelahan sendiri.

Chiquita terbangun oleh sinar matahari yang menganggu wajahnya, Chiquita menarik dirinya sendiri dengan langsung berdiri dari tidurnya, matanya melihat pada jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Gadis itu buru-buru mengguyur seluruh badannya dengan air dan segera bersiap, setelahnya Chiquita langsung menuruni anak tangga dengan tangan kirinya yang menenteng sepatu, saat di meja makan gadis itu terdiam melihat Kakak-kakaknya yang masih menggunakan pakaian tidur.

"Loh? Adek kok pake baju sekolah sih?" tanya Asa dengan heran. Hal itu membuat dua pasang mata lainnya melihat kearah Chiquita. Rora sudah menahan tawanya melihat raut wajah panik Chiquita, pasti adiknya itu sudah beranggapan akan terlambat ke sekolah.

"Rajin banget adik aku, hari libur saja masih mau sekolah."

Kalimat yang Rora lontarkan mengundang tawa Pharita dan Asa, Chiquita masih bingung, otaknya masih mencerna ucapan Kakak-kakaknya, libur katanya? ini bukannya hari rabu?

"Udah sini makan dulu, jangan malah diem disitu." ajak Pharita.

Dengan wajah kikuknya, Chiquita berjalan dan duduk disebelah Rora, Kakaknya itu terus memperhatikannya membuat Chiquita menatap pada Rora.

"Kenapa Kak Rora lihat aku terus?" tanya Chiquita.

"Lingkaran mata Adek hitam, Adek bergadang semalam?"

Chiquita sedikit terkejut dengan pertanyaan yang Rora lontarkan, dirinya tidak menyadari jika lingkaran matanya menghitam, ah tapi wajar juga, tidurnya semalam kurang.

"Adek susah tidur Kak,"

"Adek lagi kenapa sampe gak bisa tidur?" tanya Asa, yang sedari tadi ia dan Pharita memerhatikan interaksi kedua adiknya.

Chiquita sempat terdiam beberapa a detik memikirkan jawaban, masa ia harus berbicara tidak bisa tidur karena memikirkan bahwa Kakak-kakaknya seperti tidak peduli padanya? pernyataan itu hanya sebatas pikiran saja, lagi pula Kakak-kakaknya masih peduli padanya, buktinya sekarang, mereka masih khawatir dengan keadaannya.

"Biasa lah Kak, aku kebanyakan main hp. Jadi gak ngantuk-ngantuk." ucap Chiquita berbohong, karena kejadian semalem, Chiquita jadi malas membuka ponselnya.

"Lain kali dikontrol ya main hp-nya. Atau kamu panggil Kakak, nanti Kakak temenin sampe kamu bisa tidur." ucap Asa membuat Chiquita berdehem.

Chiquita menikmati sarapannya dengan lahap, namun kegiatannya terhenti saat Rora memegang tangannya, gadis itu menatap Kakaknya yang menampilkan raut wajah khawatir. "Kenapa Kak?"

"Tangan Adek kenapa luka?"

Chiquita langsung menyembunyikan luka ditangannya dengan menutupnya menggunakan telapak tangan. Bisa-bisanya ia lupa menutupi luka itu, harus memberikan penjelasan apa dirinya? Sekarang ketiga Kakaknya menatap pada dirinya menunggu ia bicara, bolehkah Chiquita menghabiskan makanannya terlebih dahulu?

"Ini, itu, Ney kemaren jatuh di sekolah." ucap Chiquita dengan sedikit terbata.

"Kapan jatuhnya? kemarin malem Kakak lihat tangan Adek belum kenapa-kenapa loh." ucap Asa, gadis itu mencurigai gelagat adiknya.

"Iya sih bener, tapi ini beneran jatoh Kak." ucap Chiquita.

"Kakak tanya, Adek jatuhnya dimana?" ucap  Asa lagi.

"Di aspal, makanya sampe lecet." ucap Chiquita membuat Asa menghela nafas, sedangkan Rora beberapa kali melihat pada Pharita yang memberi tahunya apa yang Chiquita ucapkan.

"Udah diobatin belum?" ucap Asa, menanyakan hal ini lebih penting daripada menanyakan sebabnya.

"Udah kok semalem." ucap Chiquita, ia kembali menyuapkan nasi pada mulutnya lagi.

Setelah selesai makan, Chiquita akan beranjak keluar rumah, namun ditahan oleh Asa. Adiknya ini lagi kenapa, padahal tadi sudah diberi tahu jika hari ini tanggal merah.

"Adek hari ini tuh tanggal merah, kamu ganti baju terus tidur gih. Lihat sayu banget mata kamu, nanti Kakak bangunin buat makan ya." ucap Asa pada Chiquita.

"Kakak gak kuliah emang?" ucap Chiquita heran, bukak kah Kakaknya yang satu ini sedang sibuk-sibuknya?

"Ya Kak Asa libur dong Adek, udah gih istirahat." ucap Asa membuat Chiquita mengangguk.

"Eh, berarti kita semua di rumah aja?" tanya Chiquita pada ketiga Kakaknya.

"Engga, Kakak hari ini mau cuci darah." jawab Pharita membuat Chiquita mengangguk mengerti.

"Ditemenin siapa Kak? berangkatnya jam berapa?" tanya Chiquita beruntun.

"Ditemenin Asa, sama Rora, nanti berangkatnya jam sembilan." ucap Pharita membuat Chiquita mengangguk pelan, dirinya tidak diajak?

"Ney sendirian dong di rumah?" tanya Chiquita lagi, banyak tanya sekali.

"Ada Bu Mijah kok Dek. Tapi kalau Adek takut sendirian, ikut aja." ucap Asa.

"Adek mau ikut."

OMG HAI GUYS, MAAF YA BARU UP😭😭😭😭😭

Almost PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang