0.8 Tamu Pagi

20 3 1
                                    

"Cepat sembuh ya, Jaden. Ini onty bawain kamu buah, mau gak?" ujar Septi menunjukan barang bawaannya, yakni buah-buahan.

Pagi-pagi sekali Septi sudah berbelanja ke pasar, lalu ia segera berangkat ke rumah Alana untuk menjenguk anak dari sahabatnya tersebut yang dikabarkan sakit kemarin malam.

Jaden yang memang masih lemas hanya menerima bingkisan tersebut. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada ontynya ini. Hari ini dia terlihat sangat berbeda, tidak seperti biasanya yang selalu ceria.

"Dragon fruit ya onty?" tanya Jarez.

Septi mengangguk, "Hooh. Jarez mau? Kongsi aja ya. Onty belinya banyak kok itu," katanya.

"Thankyou, onty," ucap Jarez dengan penuh senyuman.

"My pleasure."

Alana datang dari dapur dengan membawa nampan berisi segelas air teh dan segelas susu untuk tamunya.

"Nih yang ada aja di minum. Lagian bertamu pagi-pagi buta, baru juga gue buka mata," cerocos Alana menaruh nampannya di atas meja.

Septi tersenyum tanpa dosa, "Yaelah. Kagak ada kan tamu kayak gue? Lagian juga udah jam 7 pagi masih aja molor lo," balas Septi.

Alana memutar bola matanya malas. Emang agak lain sahabatnya ini.

"Suami lo pasti masih turu gue tebak," sesuai dugaan Septi, Alana pun mengangguk.

"Dasar pasutri gaje," gumam Septi.

Alana menguap beberapa kali. Sesekali melihat interaksi ketiga bocah di sampingnya. Untungnya Jaden sudah lebih membaik dari kemarin, walaupun masih lemas.

"Bergadang lo ya?" tebak Septi lalu menyeruput tehnya yang sudah disediakan oleh Alana.

"Iyalah. Gue tidur cuma tiga jam doang, sisanya jagain si Jaden. Rewel banget dia semalem, sampe pusing kepala gue," curhat Alana.

Septi menganggukkan kepala, "Ya gitulah jadi ibu. Harus siap dan siaga."

"Eh cil," panggil Alana pada Cecilia.

Cecilia hanya menoleh tanpa menjawab panggilan Alana.

"Udah mam belum?" tanya Alana dan Cecilia mengangguk sedikit.

"Makan apaan? Gak mungkin nih pasti, emaknya aja kalo pagi males masak," ocehan Alana.

"Ngeledek lo!" sahut Septi.

"Udah makan biskuit," jawab Cecilia.

"Yaelah deh, biskuit kagak kenyang. Bentar ya, kesian amat sih lu neng," kata Alana, lalu ia berdiri dan berjalan ke dapur.

Mereka semua yang di ruang tamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh Alana. Akhirnya ketiga bocah itu kembali sibuk dengan obrolan mereka dan Septi hanya bermain ponsel.

Sekitar 15 menit, Alana kembali ke ruang tamu dan berkata, "Guys! Sarapan dulu sini."

Kemudian Septi, Cecilia, dan si kembar pun mengikuti Alana ke ruang makan. Di sana sudah di sajikan telur dan sosis goreng lengkap dengan persausan mereka. Tak lupa ada salad sayur, serta beberapa potong buah di setiap piring.

"Widih dapet sesajen," seru Septi duduk di salah satu kursi meja makan.

"Nyeh. Bawel lu, tinggal makan doang. Eh sini cil, makan makan, jangan makan biskuit doang kenyang kagak kerempeng iya," ujar Alana saat Cecilia berusaha naik ke atas kursi di bantu oleh uminya.

"Mami, can you help me?" ucap Jaden tiba-tiba.

Alana mengalihkan perhatiannya pada putra bungsunya yang terlihat kesulitan naik ke atas kursi karena tubuhnya yang sangat lemas. Dengan cekatan, Alana pun langsung mengangkat putranya ke dalam gendongannya.

"Hati-hati, Jaden," katanya lalu menurunkan Jaden untuk duduk di kursi, namun Jaden tidak mau turun.

"Mau di pangku mami," kata Jaden.

"Yaudah mam dulu baru di pangku," Jaden menggelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya.

Mau tidak mau Alana mengiyakan keinginan Jaden. Mungkin karena sedang sakit, makanya Jaden dua kali lebih manja.

"Jarez, mami minta tolong bangunin papi, boleh? Suruh sarapan gitu," titah Alana dan Jarez pun menurut.

"Oke mami."

Setelah Jay bangun dan mereka berkumpul di ruang makan. Sarapan bersama di tambah personil Septi dan Cecilia, membuat pagi hari ini semakin cerah.

♡♡♡

Kini hari sudah gelap. Si kembar sudah mandi dan sedang menunggu papinya selesai memasak sambil menonton TV di temani dengan cemilan.

"Mami, kalau dinosaurus itu besar ya?" tanya Jarez.

"Iya. Tinggi sekali dia, bahkan melebihi rumah," jawab Alana yang fokus memilih cookies yang terdapat banyak chocochips.

"Dinosaurus lahir dimana, mami?" Jarez bertanya kembali karena merasa belum puas.

Alana terdiam memikirkan jawaban yang tepat. Dia tidak bisa asal menjawab, terlebih lagi anaknya ini sangat amat kepo. Kalau belum masuk dengan logikanya pasti tidak akan berhenti bertanya.

"Dinosaurus lahirnya di hutan. Karena dia hewan purba dan bumi belum berevolusi seperti sekarang yang sudah menjadi lebih canggih. Makanya dia lahir di hutan, tapi sekarang dia sudah punah karena adanya perubahan pada bumi," bukan Alana yang berbicara, namun Jay yang tiba-tiba saja datang dari dapur.

"Kenapa bumi bisa berevolusi, papi?" tuhkan udah di bilang bocah kepoan, pasti nanya lagi.

Jay menghela nafas panjang, "Sekarang makan dulu yuk. Nanti selesai makan papi jelasin lebih detail, oke?"

"Oke!"

Jarez membatu Jaden berdiri dan mereka berdua berjalan lebih dulu ke ruang makan. Menyisakan orang tua mereka di ruang tengah.

"Kayaknya aku harus nyusun kalimat lebih bagus deh mas. Takut salah ngomong ih kalau sama Jarez, kepoan banget dia tuh. Susah nih susah," ucap Alana frustasi menghadapi kelakuan anaknya.

Jay terkekeh melihat istrinya, ia mengusap lembut pucuk kepala Alana, "Gak ada yang susah, Na. Semuanya memang butuh proses. Jarez masih kecil, wajar aja kalau dia kepo sama hal-hal baru."

"Tapi dia tuh kepo overload, mas. Kadang-kadang aku bingung nanggepinnya gimana. Aku kan takut salah ngomong atau kasih tau, nanti kan itu juga berpengaruh buat tumbuh kembangnya," cerocos Alana mengerucutkan bibirnya.

Dengan gemas Jay mengunyel-unyel pipi Alana, "Lucu banget sih istri aku. Gapapa kok, kalau kamu gak bisa jawab pertanyaan dari Jarez atau Jaden, suruh mereka tanya sama aku. Aku pastikan mereka mendapat jawaban dengan benar dan tepat. Oke cantik?" Alana mengangguk.

Senyuman manis Jay terbit di wajahnya, "Gemes banget sih. Sini cium dulu," Jay menarik Alana untuk lebih dekat dengannya.

Dengan sangat lembut ia mencium, kening, pipi kanan, pipi kiri, dan bibir milik Alana. Lalu memeluk tubuh istrinya.

"Becek banget muka aku," kata Alana dengan tertawa membuat Jay ikut tertawa.

"Cium aku juga dong," pinta Jay menunjuk pipinya.

Alana mencium kedua pipi Jay.

"Mami! Papi! Let's dinner," seru Jaden dari ruang makan.

"Wait, baby. We coming," balas Jay, lalu menggandeng tangan Alana untuk menghampiri kedua putranya.

♡♡♡
To Be Continue

Day In My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang