8

16K 1.2K 9
                                    

Renzi seakan mati karena bosan berada didalam kamar sejak tadi, ingin memainkan handphone juga tak bisa karena banyak pesan yang menyakitkan berdatangan sekarang, jujur ia merasa takut melihat pesan mereka yang seperti tak pernah sekolah dengan baik dan juga belajar dengan baik tentang tata krama.

"Mau sampai kapan meleka kilim pesan kayak gitu?" ujar Renzi, tadi ia sudah memaksakan diri untuk tidur siang agar tak memikirkan semua masalah itu lagi, tapi nyatanya saat bangun dari tidurnya ia masih memikirkan itu semua, karena ini pertama kalinya dirinya merasakan hal seperti ini.

Jujur ia takut namun Renzi tak tahu harus bagaimana agar mereka berhenti melakukan hal seperti ini lagi, karena melihat handphone saja tak berani apa lagi harus berhadapan secara langsung dengan mereka besok? Renzi takut, karena selama bersekolah dan kuliah hal seperti ini baru ia rasakan, sehingga membuatnya tertekan sedikit.

Tatapan itu mengarah pada pintu kamar miliknya dan juga Kalandra yang tengah di ketuk dengan pelan, membuat tubuh kecil itu tersentak sebelum beranjak dari atas tempat tidur, namun sebelum sampai di depan pintu kamar, pintu itu sudah dibuka lebih dulu oleh seseorang membuat Renzi terdiam saat melihat suaminya berada disana, ia menatap kearah jam yang ada didalam kamar ini untuk melihat pukul berapa pria itu pulang sekarang.

"Jam 3 sole," lirih Renzi sebelum terdiam saat melihat suaminya itu menyerahkan sebuah bingkisan padanya sekarang, kedua mata bulat itu mengerjab dengan pelan sebelum menerima itu semua dengan senang hati.

"Makasih mas Kalandla," ujar Renzi dengan menatap punggung suaminya yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi, sejujurnya ia ingin sekali mengatakan tentang apa yang menimpa dirinya sekarang, tapi melihat sikap pria itu barusan, ia jadi ragu untuk mengatakan semuanya.

Karena biasanya saat ada masalah pasti Renzi akan mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya agar mendapatkan jalan terbaik dari semua masalah yang ada, tapi sekarang ia jauh dari mereka berdua. Mau tak mau, berani tak berani ia harus mengatakan semuanya pada suaminya itu nanti, mungkin setelah mas Kalandranya selesai istirahat nantinya.

Pemuda itu kembali menunduk untuk melihat apa yang baru saja suaminya itu berikan selagi menunggu Kalandra mandi, ia berjalan kearah sofa yang ada sebelum duduk disana dan terdiam karena fokus membuka itu semua.

Isi didalamnya ternyata, cake, beberapa coklat dan makanan manis lainnya, bibir kecil itu tersenyum karena merasa senang, dari mana suaminya itu tahu jika ia menyukai makanan manis? Biasanya Renzi pasti akan membeli makanan manis setiap beberapa hari sekali agar tetap menjaga kesehatan tubuhnya, karena terlalu sering makan manis juga tak baik bukan?

"Mas Kalandla tau aja kalo Lenzi suka makanan manis, soalnya sama kayak Lenzi, manis." Pemuda itu terkekeh karena perkataannya sendiri sebelum mengeluarkan semua makanan itu didalam bungkusan, lumayan banyak membuat ia tersenyum lagi dan lagi.

Ia menyusun makanan itu diatas meja, cake sama cake, coklat sama coklat, dan makanan lainnya sesuai kesamaan mereka, ini memang kebiasaan Renzi jika memiliki banyak makanan pasti selalu menyusun mereka perkategori.

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dengan Kalandra keluar dari sana, membuat Renzi langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambilkan pakaian tidur pria itu karena sekarang sudah mulai sore, sedangkan Kalandra yang melihat pemuda itu bergerak dengan cepat mengambil pakaian untuknya hanya bisa diam, karena ia sama sekali tak minta disiapkan pakaian, karena tahu pemuda itu pasti mau memakan, makanan yang sempat ia beli tadi.

Itu semua atas saran dari temannya, dia mengatakan jika dirinya harus membelikan itu semua sebagai permintaan maaf karena hari pertama pernikahan sudah pergi ke kantor, ia hanya menuruti itu semua dengan membeli makanan random yang menurutnya pasti akan Renzi sukai nantinya.

"Ini baju tidulnya," ujar Renzi, ia mengulurkan pakaian itu pada suaminya itu seperti kebiasaannya selama satu hari ini menjadi istri pria itu.

"Kenapa tidak makan?" tanya Kalandra dengan mengambil pakaian yang pemuda itu serahkan, membuat Renzi menggeleng dengan cepat.

"Tak suka?" tanya Kalandra lagi, ia seperti di hipnotis dengan tatapan kedua mata bulat yang sekarang tengah memerhatikan dirinya, sehingga mau berbicara walaupun tak ada jawaban apapun, padahal ia paling anti jika mendengar seseorang tak menjawab pertanyaan miliknya, karena bicara juga butuh tenaga bukan?

Renzi menggeleng semakin cepat sebelum tersenyum sehingga gigi ginsulnya terlihat, " Lenzi mau makan baleng sama Mas Kalandla bial selu!" ujar pemuda itu, karena biasanya bundanya selalu makan bersama dengan ayahnya, entah makanan apapun itu pasti selalu di nikmati bersama-sama.

"Saya tak suka makanan manis," ujar Kalandra, ia memang tak menyukai makanan manis, selain merusak gigi dan juga hal lainnya, ia memang tak suka makanan itu sejak kecil sampai sekarang ini.

Kedua mata yang terlihat sangat berbinar mengatakan jika mereka akan memakan, makanan itu bersama dengan perlahan mulai menghilang, tergantikan wajah sendu dari pemuda itu, ia menatap kearah Kalandra sebentar sebelum menunduk agar tak menangis sekarang, karena ini sangat berbeda. Seharusnya sejak awal ia tak boleh terlalu berharap jika hubungan pernikahannya akan semulus hubungan kedua orang tuanya, karena mereka jelas berbeda.

Kalandra terdiam melihat itu semua, selama ini ia tak pernah peduli dengan tatapan atau perasaan orang lain padanya, tapi kenapa saat melihat pemuda itu bersedih ia ikut merasakan itu juga?

"Baiklah, saya akan mencoba sedikit," ujar Kalandra pada akhirnya, entah kenapa ia selalu kalah oleh pemuda itu, entah karena menatapnya atau memerhatikan pemuda itu, semua membuatnya menjadi lemah, dalam satu hari pernikahan mereka.

Renzi mendongak saat mendengar suara itu, kedua mata bulat yang terlihat memerah itu menatap kearah suaminya dengan senyuman manis juga, ia sama sekali tak masalah jika Kalandra makan sedikit karena ia tahu jika seseorang ada seleranya masing-masing dan tak bisa di paksakan.

"Aku tungguin disana ya?" ujar Renzi dengan menunjuk kearah sofa yang ada, bermaksud memberitahu suaminya itu jika mereka akan makan bersama disana nantinya.

"Hm."

Kalandra hanya menjawab itu sebelum masuk kedalam tempat berganti pakaian, ia merasa tak ada salahnya mencoba hal yang baru kan? Ini semua demi kenyamanan pemuda itu.

Beberapa menit kemudian Kalandra kembali keluar dari dalam ruang ganti pakaian, pria itu langsung berjalan mendekat kearah pemuda yang tengah menunggunya itu, duduk disamping Renzi dengan tatapan datar tanpa ekspresi apapun, membuat pemuda itu tersenyum.

"Kalena mas balu makan manis, kita coba dali hal yang nda tellalu manis dulu," ujar pemuda itu sebelum mengambil salah satu makanan yang ada disana.

Bersambung...

Votmen_

#lupa update🗿🙏

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang