Beberapa hari kemudian, rencana Kalandra untuk liburan bersama dengan Renzi berjalan dengan mulus sehingga sekarang mereka sudah berada didalam hotel tempat yang akan mereka tempati selama beberapa hari kedepan nanti.
Kalandra menatap kearah Renzi yang tengah mengenakan pakaian yang sama dengannya, pakaian yang mereka beli beberapa hari yang lalu saat berjalan-jalan bersama. Pemuda itu terlihat sangat menggemaskan dengan pakaian berwarna putihnya, sama sepertinya sekarang.
"Hotelnya luas banget!" seru Renzi dengan tatapan mengarah pada ruangan hotel mereka berdua sekarang, ia merasa nyaman dan juga senang sekarang, karena setelah menunggu beberapa hari, akhirnya mereka memang benar-benar pergi berlibur bersama.
"Kamu suka hotelnya?" tanya Kalandra, pria itu lebih memilih duduk disalah satu sofa yang ada, karena ingin menikmati pemandangan dari jendela besar yang ada didalam hotel ini.
Renzi menganguk, ia berjalan mendekat kearah suaminya itu sebelum dengan berani duduk diatas pangkuan pria itu, kedua tangan kecil itu menangkup wajah tegas suaminya itu sehingga sekarang tatapan mereka bertemu.
"Semua hal kalo sama mas Kalandla pasti Lenzi suka, huh! Lenzi udah lama nda duduk diatas pangkuan ayah, tapi lasanya masih sama telnyata kalo duduk diatas pangkuannya mas!" ujar Renzi, seakan-akan mengatakan alasannya duduk diatas pangkuan suaminya itu, ia hanya rindu dengan pangkuan ayahnya sehingga sekarang melakukan ini semua pada suaminya itu.
Kalandra menggenggam tangan pemuda itu yang berada di kedua pipinya sekarang ini, mencium kedua tangan itu dengan pelan, refleks dari tubuhnya sendiri dan ia menikmati itu semua. Ia merasa bukan seperti dirinya dulu, pria yang dulunya jarang bicara, tak menyukai kontak fisik dengan seseorang, sekarang malah kebalikan dari itu semua, sering bicara walaupun tak terlalu banyak, sering melakukan kontak fisik dengan pemuda yang sekarang ada didalam pangkuan miliknya.
"Jadi kamu sering dipangku oleh ayah?" tanya Kalandra, ia mengelus pipi pemuda itu yang terasa sangat halus di tangannya, membuat pemuda itu menganguk dengan pelan.
"Seling! Soalnya lasanya nyaman sama hangat! Telus sekalang pas Lenzi duduk dipangkuannya mas juga lasanya nyaman," ujar Renzi, kedua mata bulat itu menutup merasakan sentuhan dari suaminya yang terasa sangat nyaman untuknya.
"Kamu bahagia hidup bersama dengan saya?" tanya Kalandra, setiap orang yang tak menyukainya pasti mengatakan jika pasangannya tak akan mungkin betah hidup bersama dengannya, jadi sekarang ia ingin tahu dari pemuda itu, terlebih melihat Renzi begitu nyaman dengannya, ia bisa merasakan itu semua.
"Bahagia! Lenzi seneng bisa jadi pasangannya mas Kalandla, kalena mas baik dan juga pelhatian sama Lenzi, mas juga seling bicala sama Lenzi sedangkan sama olang lain nggak, makanya aku ngelasa jadi olang spesial buat mas Kalandla," ujar Renzi, ia tahu jika perkataannya mungkin akan sulit suaminya itu pahami, tapi ia tahu jika pria itu pasti mengerti setiap perkataan yang ia ucapkan tanpa harus menjelaskan semuanya lebih dulu.
"Saya harap kamu akan selalu bahagia bersama dengan saya, karena saya akan mencoba menjadi yang terbaik secara perlahan-lahan demi masa depan yang baik bersama denganmu, mungkin perjalanannya akan sulit tapi saya yakin jika kita menjalani semuanya bersama maka semuanya akan lebih muda." ujar Kalandra, ia sudah yakin dengan pernikahan mereka berdua sekarang, ia ingin menjadikan ini semua sebagai sumber kebahagiaan untuknya, ia juga akan membuktikan pada orang-orang yang mengatakan jika dirinya tak pantas mendapatkan pasangan, bahwa ia pantas mendapatkan itu semua jika ia mau berubah.
"Lenzi bakalan sama mas Kalandla telus, kalena kita adalah pasangan kan? Semuanya halus dijalani belsama," ujar Renzi, ia tak terlalu mengerti apa yang suaminya itu katakan, tapi ia yakin jika itu semua pasti hal yang sangat luar biasa.
Kalandra memeluk pemuda itu saat mendengar jawaban dari Renzi yang cukup membuatnya paham jika pemuda itu pasti tak paham dengan apa yang ia katakan. Ia tahu jika disini pemuda itu masih kurang mengerti semuanya, namun secara perlahan-lahan mungkin nanti Renzi akan mengerti dengan sendirinya.
"Mas? Mas suka peluk Lenzi? Soalnya bunda seling bilang kalo badannya Lenzi enak buat dipeluk, apa itu benel?"tanya Renzi, ia membalas pelukan yang suaminya itu berikan tanpa banyak bertanya karena sekarang ia ingin menikmati kebersamaan mereka berdua juga.
"Hm," ujar Kalandra, ia tengah menikmati pelukan dari tubuh kecil yang memang terasa candu untuk dipeluk, tubuh pemuda itu memang lumayan berisi sehingga rasanya sangat nyaman dan juga empuk saat dipeluk, ia tak pernah tahu jika memeluk seseorang bisa secandu ini rasanya.
"Kita istirahat dulu sekalang, soalnya pasti besok kita bakalan banyak kelual dari hotel kan? Pellu banyak tenaga," ujar Renzi, pemuda itu memang sangat suka sekali berbicara tanpa merasa lelah sedikitpun, bahkan setelah mendapat jawaban seperti itu ia masih bertanya dan berbicara.
"Benar," ujar Kalandra, ia melepaskan pelukan miliknya ditubuh pemuda itu sebelum kembali mengelus pipi bulat yang terasa sangat lembut itu.
"Kamu sudah membawa semuanya kan? Obat ruam merah diwajahmu juga kamu bawah?" tanya Kalandra saat melihat merah-merah diwajah pemuda itu walaupun samar tapi masih terlihat oleh matanya sekarang ini. Ia bahkan salah fokus sekarang, bahkan tadi ia hanya ingin mengelus pipi pemuda itu saja tapi malah melihat merah-merah diwajah pemuda itu, ini karena ulah mereka semua.
"Em? Lenzi nggak kenapa-kenapa kok! Luamnya emang lama hilangnya kalena kulit tubuhnya Lenzi emang sensitif palah, paling seminggu lagi sembuh." ujar Renzi, pemuda itu tak ingin suaminya merasa khawatir karena bagaimana pun itu semua pasti akan mengganggu acara liburan mereka sekarang ini.
"Nanti kita akan periksa ke dokter saat kembali dari liburan, karena takutnya kulit kamu bermasalah karena orang tak bertanggung jawab seperti mereka," ujar Kalandra, ia mulai merasa khawatir dengan setiap hal yang berhubungan dengan pemuda itu karena ia merasa jika ke bahagiaan Renzi merupakan keseharusan untuknya.
"Em! Baiklah, Lenzi nulut aja," ujar Renzi mereka kembali berpelukan untuk beberapa saat, menikmati saat-saat seperti ini yang tak akan mungkin terjadi jika mereka berada dirumah, karena pasti baik Kalandra mau pun Renzi akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Kalandra menutup kedua mata tajam miliknya untuk menikmati semuanya dengan baik, ia mulai merasakan perasaan aneh namun ia kurang mengerti perasaan apa ini. Yang hanya pria itu tahu, jika ini semua sangat baru untuknya, selama ini ia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Satu yang pasti, ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran pemuda itu didalam hidupnya sekarang ini.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS KALANDRA {BXB} END✔️
RomanceKalandra Wiryasatya, pria yang selalu hidup sendirian walaupun mempunyai keluarga yang lengkap, ia sering merasa jika hidup sendirian itu sangat menenangkan di bandingkan harus hidup bersama seseorang bahkan kedua orang tuanya sendiri. Ia tak ada ma...