22

13.2K 1K 14
                                    

Tatapan Kalandra terlihat sangat datar saat melihat teman bangsatnya ada diruang keluarga dirumahnya, apa yang membawa temannya itu datang kemari? Seingatnya ia tak meminta temannya itu datang karena tak ingin Al menggangu istrinya yaitu Renzi, tapi kenapa sekarang pria itu ada disini?

"Ka, dimana istri lo?" tanya Al, ia memang sangat senang menggoda temannya itu karena melihat Kalandra begitu posesif dengan pasangannya membuatnya merasa senang, demi apapun melihat temannya yang tak tersentuh itu bucin akut sekarang, seperti kebanggaan tersendiri untuknya karena ia tahu bagaimana sikap temannya itu sejak dulu.

"Kenapa?" ujar Kalandra, seharusnya Al tahu jika sekarang tatapan miliknya terlihat sangat tak bersahabat tapi kenapa temannya itu masih memancing  rasa kesalnya? Ingin sekali ia menarik pria bajingan itu keluar dari dalam rumahnya, jika tak ingat kalau mereka adalah teman.

"Gue mau ketemu sama istri lo yang unyu itu," ujar Al, tatapan itu termakin terlihat sangat menyebalkan membuat Kalandra semakin mendatarkan tatapan miliknya, andai membunuh orang tak masuk penjara mungkin sekarang temannya itu sudah mati di tangannya.

"Mau mati?" Jelas Kalandra kesal, ia benci basa-basi dengan temannya itu karena sikap Al sangat-sangat menyebalkan.

"Loh? Ada om kesini," ujar Renzi yang baru saja turun dari lantai atas untuk mengambil makanan dibawah, pemuda itu mengurungkan tujuan utamanya karena sekarang ia berjalan kearah suaminya itu dan juga seorang pria yang ia ketahui teman dari suaminya.

Senyuman licik keluar dari Kalandra saat mendengar panggilan Renzi untuk temannya itu, ia menarik pemuda itu agar duduk disampingnya membuat Al mendengus melihat itu semua, ia menjahili Kalandra tapi malah dibalas oleh istri temannya itu, sial!

"Hai manis, bagaimana kabarmu? Apa suamimu baik denganmu? Jika tidak maka aku siap menjadi suami keduamu," ujar Al kembali, ia bisa merasakan aura tak mengenakan dari temannya itu, mereka menang satu sama.

"Lenzi nda mau sama om! Soalnya kata mas Kalandla, om penjahat kelamin!" ujar Renzi dengan kalimat sangat mengebu, bahkan sekarang pemuda itu terlihat semakin mendekatkan tubuhnya kearah suaminya itu dengan tatapan memicing kearah pria yang ia panggil om itu.

Al terdiam dengan tatapan permusuhan pada temannya itu, ternyata sebelum ia mulai sikap jahilnya, temannya itu sudah lebih dulu mengatakan sesuatu yang tidak-tidak pada istrinya sehingga sekarang ia merasa serangan dua orang sekaligus, andai pemuda itu tak polos pasti ia sudah berkata kasar sejak tadi.

"Kenapa?" ulang Kalandra, ia merasa sangat puas melihat wajah masam dari temannya itu, ia sudah tahu jika pasti Al akan membuat kejahilan saat bertemu dengannya, maka dari itu sebelum itu semua terjadi, ia lebih dulu mencuci pikiran istrinya agar tak ikut menyukai teman bangsatnya itu.

"Gue datang kesini buat kasih undangan buat kalian berdua, karena akhirnya gue juga bisa ketemu jodoh kayak lo. Dia cukup manis juga, cuman nggak polos banget kek punya lo," ujar Al, ia mengeluarkan sebuah undangan dari saku jas, miliknya membuat Kalandra menganguk sebelum menerima undangan itu. Ia ikut senang karena pada akhirnya Al juga mempunyai seseorang yang harus dia jaga dan perhatikan dengan baik, karena selama ini temannya itu selalu berganti-ganti pasangan setiap kali mereka bertemu.

"Lo juga datang nanti sama Kalandra, gue cuman bercanda mau jadi suami lo," ujar Al dengan senyuman kecil menatap kearah Renzi sekarang, membuat pemuda yang sejak tadi menyimak langsung menatap kearah suaminya itu sekarang.

"Om-nya mau nikah mas? Ada yang mau sama penjahat kelamin? Kan selem..." ujar Renzi dengan sangat pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Kalandra sehingga membuat pria itu tersenyum tipis sekarang.

"Pasti ada yang mau, mas saja yang dingin dan jarang bicara, kamu mau menikah sama mas. Begitupun dengan dia, pasti ada seseorang juga yang mau menikah dengan dia seberapa jahat pun sikapnya," ujar Kalandra dengan sangat lembut membuat Renzi menganguk dengan pelan, karena itu memang benar.

"Nanti Lenzi dateng baleng sama mas Kalandla kesananya, semoga lancal ya acalanya," ujar Renzi dengan senyuman miliknya, ia ikut merasa senang karena akan datang ke acara pernikahan bersama dengan suaminya, karena ini pertama kalinya mereka datang ke acara pernikahan setelah menikah selama beberapa bulan ini.

"Makasih, lo juga jangan pernah bosen sama temen gue karena sikapnya emang kayak tai gini sejak dulu, cuman gue ngerasa ada sedikit perubahaan sejak sama lo," ujar Al, ia bisa merasakan perubahaan yang ada didalam diri temannya itu, walaupun bukan untuk semua orang tapi itu saja sudah lebih dari cukup.

Mereka berbincang beberapa saat sebelum Al pamit pulang, dengan Kalandra yang mengantar temannya itu sampai di teras depan rumah kedua orang tuanya sekarang.

"Apa gue bilang, kalo istri lo itu unyu dan sekarang lo ngerasain sendiri kan betapa manisnya istri lo itu sampai bisa baper kek gini? Kuncinya ya belajar buat berubah, itu udah lebih dari cukup kok," ujar Al dengan menepuk punggung temannya itu sebelum beranjak dari sana.

Kalandra terdiam, ia memang tengah belajar untuk menerima semuanya dan menikmati apa yang sudah ia miliki sekarang ini. Pemikirannya selama ini tak sebetulnya salah semua, karena ada hubungan yang baik juga, bukan hancur terus seperti kebanyakan berita yang ada di internet. Dulu ia hanya terlalu takut untuk memulai semuanya, sehingga semuanya menjadi gelap dan juga suram, tapi sekarang saat bersama dengan Renzi, ia bisa merasakan kenyamanan dari sebuah hubungan yang dulunya sangat ia takuti itu.

"Mas?" panggil Renzi, ia sudah cukup lama menunggu suaminya itu untuk kembali masuk namun tak kunjung datang, maka dari itu sekarang ia memutuskan untuk menghampiri suaminya itu.

"Hm?" ujar Kalandra, ia sedikit terkejut melihat pemuda itu memanggilnya karena sejak tadi bisa dikatakan jika ia melamun.

"Temannya mas nikahnya satu bulan lagi, tadi Lenzi liat soalnya," ujar Renzi mengatakan apa yang ia lakukan selagi menunggu suaminya itu kembali tadi, membuat Kalandra tersenyum tipis sebelum mengelus pipi bulat itu dengan sangat pelan.

"Nanti kita akan datang ke pernikahan dia, sekalian melihat bagaimana seseorang yang sudah dia pilih untuk menjadi pasangan," ujar Kalandra, ia ingin terus menikmati kebersamaan bersama dengan pemuda yang sekarang tengah menutup kedua mata bulatnya, menikmati apapun yang ia lakukan sekarang.

"Jangan pernah pergi meninggalkan mas walaupun hanya sedetik saja hm? Karena sekarang kamu miliknya mas, tak boleh ada orang yang memiliki kamu atau bahkan membawamu pergi." Kalandra tak mengerti dengan dirinya sendiri, ia merasa harus mengatakan itu semua agar pemuda itu tahu betapa berharganya dia didalam hidupnya sekarang ini.

Bersambung..

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang