Happy readingggg!!~~~
"Dapat Bokap baru dia." Jawab Chika tak terduga, membuat orang yang dibicarakan membelalakkan mata seketika.
"HEH-!!. MANA ADA YA!" Bantah Dilla sambil melotot tajam pada Chika.
Orang yang di pelototi malah tertawa terbahak-bahak. Sementara, duo bestie Vahen dan Arin kompak mengeluarkan ekspresi bingung dengan tawa garing.
"By the way, besok kita belajar apa, ya?. Gue belum dapat jadwal." Tanya Dilla kepada Vahen saat Chika sedang menyebutkan satu persatu pesanan mereka kepada pelayan café.
"Eh, lo belum tau kalau hari Kamis sama Jum'at di sekolah kita bebas milih mapel?" Arin bertanya balik.
Vahen yang tadinya ingin berhenti menyeruput matcha nya untuk menjawab pun mengurungkan niatnya.
"Well.. I don't know, karena Nyokap tiba-tiba ngajak pindah ke Jakarta. So, gue gak begitu merhatiin rules sekolah baru." Tutur Dilla menjelaskan.
"Tapi, serius 'kan besok bisa milih mapel secara bebas?" Lanjutnya, menuntut konfirmasi.
Vahen mengangguk. "You bet. That's the reason why besok adalah hari favorit gue."
"Ohh.. Kalau gak milih mapel boleh?" Tanya Dilla agak ngawur.
"Hah?. Terus lo mau bolos gitu?" Kali ini Chika yang menjawab.
Dilla spontan memutar mata. Entahlah, dari awal mereka memang terlihat akrab. Tapi, lebih sering terlihat gak akurnya. Kalau dari sudut pandang Vahen, itu mungkin adalah cara mereka menunjukkan kedekatannya.
"Oh ya, gimana ceritanya kalian bisa temenan?. 'Kan beda pulau, ya?" Arin tampak tertarik dengan kisah pertemanan mereka yang juga tak biasa, layaknya dia, Vahen, dan makhluk satu lagi yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
"Kita temenan belum lama kok. Kebetulan, kita ketemu pas mau ngurus perpindahan. Yaudah, jadi klop deh karena masuk ke sekolah yang sama." Cerita Chika tak panjang lebar.
"Kalau cerita kenapa kalian bisa pindah kesini, gimana?. May I ask?" Ujar Vahen yang mulai penasaran.
"Hm.. Before that, gue cuma mau nanya. Vahen emang always ngomong pakai bahasa Inggris, ya?"
Alis Arin terangkat, merespon ucapan Dilla. "Yah, dia anaknya si paling Inggris emang. Anak ambis~." Arin membisikkan kata-kata terakhirnya sambil menutup wajahnya dari samping agar Vahen tak melihat ekspresi nya yang tengah mengejek Vahen.
Vahen yang menyadari dan tak terima pun menepuk pelan pundak Arin seraya tersenyum cheek to cheek. Arin seketika merinding, mendesis pelan saat Dilla dan Chika malah sibuk tertawa. Begitulah pertemanan mereka.
"Well, alasan pindahnya gue sih kaya yang sering lo pada denger. Karena dibawa Nyokap yang suddenly pindah kerja ke Jakarta." Tutur Dilla menjawab pertanyaan Vahen sebelumya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With THE ALPHAS Prince
Любовные романыKisah ini berisi tentang VAHENZY VAN DEZALEN, seorang gadis yang hanya mencintai buku yang tiba-tiba mendapati fakta bahwa ia dijodohkan dengan salah satu dari tiga pangeran sekolah yang juga adalah rivalnya, KAFKA GAVIN ADLAWAN, pangeran terkalem g...