Chapter 3 : Lights

60 11 1
                                    

✳️✳️✳️


Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Kim Namjoon, saat dirinya mengajar di kelas namun atensi dari para mahasiswanya bukanlah tertuju pada pelajaran yang ia berikan tapi lebih tertuju kepada ketampanan yang ia miliki—terlebih para mahasiswi yang begitu memuja-muja ketampanan dosen muda itu.

Bisa dibilang bahwa Namjoon adalah dosen terpopular dan terfavorit di kalangan mahasiswi, sekalipun Namjoon sendiri tergolong sebagai dosen yang kaku dan kejam.

Tidak sedikit mahasiswa yang harus mengulangi lagi mata kuliahnya karena nilai yang mereka peroleh tidak memumpuni untuk diluluskan. Namjoon cukup ketat dan disiplin dalam hal memberi nilai sehingga setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliahnya, perlu berjuang lebih keras agar mendapatkan nilai yang cukup.

“Hari ini sampai di sini dulu. . . Minggu depan kita lanjutkan lagi dan jangan lupakan projek yang harus kalian kerjakan.” ucap Namjoon sebagai penutup kelas kuliahnya.

“Yaa!” sahut para mahasiswa secara serempak.

Ji Ran yang termasuk di kelas tersebut, segera membereskan peralatan belajarnya karena siang ini ia ada pertemuan dengan dekannya guna membahas tawaran S2 yang diberikan pihak kampus kepadanya.

Segera Ji Ran meninggalkan ruang kelas lalu pergi menuju ruangan dekan yang akan ditemuinya itu.

“Permisi, Profesor Han.” ucap Ji Ran saat ia memasuki ruangan profesor Han yang tidak lain adalah kepala jurusannya.

“Ya, silahkan masuk Nona Choi.” sahut Profesor Han. Ji Ran segera masuk dan duduk di bangku yang tersedia di sana.

“Jadi bagaimana. . kau sudah memikirkan tawaran S2 nya?” tanya profesor Han.

Ji Ran menghela napas sesaat lalu menjawab, “Untuk tawaran itu. . . sebenarnya saya sangat tertarik untuk menerimanya tapi maaf prof—saya tidak bisa menerimanya.”

“Kenapa?”

Ji Ran kembali menghela napasnya dalam-dalam kemudian menjawab, “Ada hal pribadi yang tidak bisa saya ceritakan saat ini  sehingga saya tidak bisa menerima tawaran tersebut, prof.” jawab Ji Ran.

Profesor Han mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak memaksa Ji Ran untuk menerima tawaran tersebut karena semua keputusan ada di tangan Ji Ran.

“Baiklah. . Tapi jika kau berubah pikiran, kau bisa bilang padaku.” ucap profesor Han.

“Baik, prof.” sahut Ji Ran. Setelah itu Ji Ran pun berpamitan pergi dari ruangan profesor Han.

Jika boleh jujur, Ji Ran sebenarnya sangat ingin menerima tawaran S2 yang diberikan kampus padanya tetapi Ji Ran merasa berat menerimanya karena tawaran S2 itu adalah di Amerika. Ji Ran harus tinggal di sana selama 3 tahun lalu setelah lulus ia harus kembali dan menjadi dosen di SNU.

Ji Ran bisa saja menerima tawaran tersebut tetapi jika memikirkan biaya hidupnya di Amerika—Ji Ran merasa ia akan kesulitan menjalaninya karena tabungannya pun tidak akan cukup membiayai kehidupan sehari-harinya.

“Hhh... Mungkin bukan sekarang.” gumam Ji Ran.

Ia melangkah dengan lesu menuju gedung perpustakaan. Ada beberapa tugas yang harus ia kerjakan sehingga ia membutuhkan beberapa buku untuk dipinjam di sana. Di pertengahan jalan menuju perpustakaan—Ji Ran tanpa sengaja berpapasan dengan Namjoon yang saat itu baru kembali dari kelas dan hendak pergi juga ke perpustakaan.

Pria Kim itu hanya tersenyum tipis menatap Ji Ran, begitu pula Ji Ran yang balas tersenyum dan membungkuk hormat padanya.

“Kau sudah memikirkan design nya?” tanya Namjoon sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan langkah Ji Ran.

Dear Prof. KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang